Pengalaman Abang Bulganon Amir Mursyid Spriritual Tangguh Yang Dapat Bisikan Masuk Neraka
Neraka dan
Surga Itu Urusan Allah Bukan Urusan manusia…
Syahdu dan merdunya dawai gulita malam, bertempat di
ruang astrajingga inilah latar kisah babad perjalanan spiritual Sang Mursyid
Abang Bulganon Amir. Saya mulai kisahkan, begini kisahnya…
Eksistensi perjalanan spiritual yang telah menapaki
durasi waktu 45 tahun berjalan, inilah tugas, amanah, dan kepatuhan yang paling
berat yang Abang rasakan fenomenanya. Begitu ujar Sang Pencerah.
Tidak percaya dan tidak yakin. Namun tidak berdaya
untuk menolak dan tetap melakoni proses hidup ini. Tidak tahu dan tidak mau
tahu mengapa proses hidup ini mesti dilakoni. Tidak berharap dan tidak juga
takut gagal. Tidak berani tetapi tidak takut, sederhananya telah memutuskan
urat nadi rasa berani dan takut itu sendiri sehingga visi dan misi ini mesti
dilakoni atau dijalani dengan patuh. Itu saja.
Namun realitasnya visi dan misi ini mesti
diparipurnakan dengan usaha, ikhtiar, dan doa kepada Tuhan agar akal, kalbu,
dan jiwa dapat legowo mengabulkan kehendak Tuhan atas diri ini.
Bahwa ada tanjung harapan itu fitrah sebagai manusia.
Namun bila rasa was-was, cemas, dan takut akan resiko dan kegagalan berkecamuk
dalam pikiran maka secepat itu pula perasaan ini dinetralisir dengan
mengalihkan pikiran untuk mengingat dan memikirkan hal bermanfaat lainnya.
Setelah tugas, tanggung jawab, pikiran, perkataan,
perbuatan, dan kewajiban finansial atau materi ditunaikan, maka tugas dan
tanggung jawab ini telah usai dilaksanakan dengan penuh kepatuhan. Itu saja.
Entitas akal, pikir, dan otak dalam totalitas
kesadaran bahwa visi dan misi ini ada resiko moral, materil, dan hukum buat
diri sendiri, keluarga, dan para pihak yang terkait juga mempertaruhkan
integritas, harkat, dan martabat dikalangan umat. Sekaligus ada fenomena
dikalangan umat yang berinteraksi dan menyaksikan proses peristiwa ini dengan
segala ekspresi, sikap, dan empati sebagai bentuk wujud kasih dan sayang kepada
sang mursyid Abang Bulganon.
Ada pertanyaan terhadap diri sendiri dan ada pula
pertanyaan dari para pihak juga umat. Apakah tugas ini adalah perintah dari
Tuhan? Abang Bulganon menjawab “belum dapat menyimpulkan bahwa visi dan misi
ini sebagai perintah Tuhan.”
Bahwa ada sosok dan pribadi yang Tuhan hadirkan dalam
visi dan misi ini, kian menjadikan kisah ini menjadi heroik, fenomenal dan
ajaib.
Sosok dan pribadi yang ditakdirkan terkait dan
terlibat dalam visi dan misi ini, membawa kisah mesterius dan jalan cerita
spiritualnya masing-masing yang kelak akan menjadi bunga rampai dan mahkamah
sejarah peradaban anak manusia untuk dikisahkan dalam babad perjalanan Abang
Bulganon, RASI, dan Yaskum Indonesia.
Sungguh pengaturan Tuhan dengan segala kisahnya ini
menjadi mozaik dan berdaun-daun kehebatan, kekaguman, dan katakjuban bahwa
“Tuhan itu Maha Hebat.”
Menutup testemoni visi dan misi ini, Mursyid kita
Abang Bulganon Amir berkalam “Tidak mengetahui, tidak mencari tahu, melepaskan
segala harapan, dan melepaskan rasa was-was, rasa cemas, dan rasa takut dengan
memparipurnakan kepatuhan kepada Tuhan adalah jalan spiritual sebagai Insan Ruuhi
yang mesti dilalui.”
Dalam suatu diskusi Abang Bulganon Amir ceritakan
perbincangannya dengan beberapa kiyai yang mendatanginya. Mereka merasa ahli surge
karena ibadah yang baik dan merasa sempurna menjalani perintah dan aturan
Tuhan. Dengan gaya humor kelas tingginya, Abang Bulganon katakana pada para
kiyai, bahwa dia telah mendapatkan bisikan dari Tuhan bahwa dia akan masuk
neraka. “Lha, kok begitu?” Tanya kiyai. “Soalnya baik untuk saya jika di
neraka, tidak ada saingan. Kalau saya di surga nanti kita bersaing,” kata
Abang, enteng dan nyantai. Sebenarnya Abang Bulganon ingan katakana, bahwa
ibadah yang dilakukannya bukan karena ingin masuk surga. Jalani perintah Allah
dan menjauhi larangan, bukan bertedensi surga. Sebab ibadah yang dilakukan,
jalani perintah Tuhan, karena kewajiban, bukan karena ingin balasan surga dari
Allah. “Allah tidak perlu solat kita, Allah tidak rugi dari sembahyang kita,
tapi kita lah yang perlu menjalani sholat, jalani perintah Allah dan menjahui
larangan-Nya,” ujarnya. Banyak orang salah persepsi dan menyebut bahwa Allah
itu hidup. Padahal jika Allah hidup, akan ada mati. Padahal Allah itu tidak
pernah mati. Ingat ini kata kata berbahaya. Allah itu tidak ada awal dan tidak
ada akhir. Yang hidup itu manusia, kita ini, ada masa awal dan masa akhir.
Allah tidak ada awal dan tidak ada akhir, Allah itu abadi. Kekuasaannya maha luas, maha hebat dan maha dahsyat, tak ada satupun yang bisa menandingi-Nya.***
Komentar
Posting Komentar