DUH GUSTI..SUAMIKU KENA AIDS



DUH GUSTI...SUAMIKU KENA AIDS
      Istri mana sih yang enggak sedih begitu mengetahui suaminya mengidap penyakit AIDS? Kang Supriatna bukan karena selingkuh dengan melakukan hubungan seks dengan perempuan pengidap AIDS, lalu ketularan. Bukan. Bukan itu sebabnya. Tetapi suamiku tidak selingkuh dan tidak melakukan zinah dengan wanita pengidap AIDS. Bahkan tidak berselingkuh dengan siapapun.  Suamiku terkena virus berbahaya dan mematikan itu karena transfusi darah. Dia disuntik oleh seorang penjahat dengan jarum suntik bekas pengidap AIDS saat dia bekerja di pengeboran minyak di hutan Kapanggan, On Shore di Sanggihang,, Kalimantan Timur. Saat dia  mabuk karena minuman keras, seorang pria  bule yang terkena Aids, menyuntikan bekas suntikannya kepada suamiku. Bule itu mencari teman senasib yang terkena AIDS. Malangnya, keinginan jahat itu nyasar ke suami yang tak bersalah. Bahkan membuat menederita istri dan anak-anaknya.
     
      Suamiku terkapar di tempat tidur. Penyakit AIDS telah membuat fisiknya lemah. Tim dokter menyerah karena AIDS tak bisa disembuhkan. Belum ada solusi untuk menahan korban dari kematian. Sementara kami telah menjual rumah, tanah, kendaraan untuk suamiku, Kang Supriatna, berobat ke rumah sakit Mount Elizabeth di Singapura. Rumah sakit mewah yang mahal. Dokter dokter di sini hebat semua. Masing masing berintegritas tinggi dan punya reputasi baik sebagai juru sembuh. Namun sayang, Kang Supriatna tak bisa disembuhkan. Bahkan setelah dirawat lama di rumah sakit ini, malah semakin parah.
      Penyakit suamiku kami rahasiakan. Kami takut kami terkena hukuman sosial masyarakat. Sebab bukan tidak mungkin, karena orang takut ketularan, suamiku diasingkan. Mungkin bisa pula diracun biar cepat mati. Dengan matinya Kang Supriatna, momok AIDS yang menakutkan akan segera selesai. Raib di tengah keresahan masyarakat.
      Jujur aku sangat takur bila jenis penyakit suamiku ini bocor ke umum. Selama ini aku dan anak-anak menutupi aib ini. Kami katakan bahwa Kang Supriatna sakit jantung, bukan AIDS. Anak-anakku memahami hal ini dan kami semua menutupi penyakit yang mengerikan, namun tak perlu ditakuti ini. Bahkan, disarankan agar diberi perhatian, semangat dan suport agar masih punya harapan hidup.
      AIDS adalah penyakit baru yang belakangan menghebohkan dunia medis internasional. Semua ahli kedokteran mempelajari, menekuni dan riset akan penyakit ini, agar dapat menemukan suatu serum yang bisa mengatasinya. Namun, sejauh ini, hal itu belum berhasil dan selalu gagal. Untuk mengatasi penurunan daya tahan tubuh, ditekan dengan asupan vitamin, protein yang sekiranya bisa menghambat melemahkan satamina dan fisik. Hal itu bisa dilakukan dan membantu, namun belum bisa menyembuhkan.
      AIDS adalah singkatan dari kata Acquired Immune Deficiency Syndrome. AIDS disebabkan oleh virus berbahaya yang dinamakan HIV, singkatan dari Human Immunodetificiency Virus. Virus yang menyerang infeksi tubuh dan anti kekebalan, sehingga virus merajalela dalam tubuh dan terus mengerogoti hingga jantung berhenti. Mati!
      Pada saat bekerja di perusahaan elploitasi dan eksplorasi Mec Mahon Oil, suamiku dapat tugas ke Kalimnatan Timur untuk lima bulan. Kami ikhlas melepas suami berangkat dari bandara Soekartno Hatta ke Balikpapan, lalu menuju Kutai kertanegara di Kalimantan Timur. Sebenarnya hati berat ditinggal Kang Supriatna, tapi demi pekerjaan dan demi masa depan anak-anak kamu yang makin hari makin butuh biaya besar, maka kami terpaksa melepaskannya pergi.  Gaji yang didapat dari perusahaan asing Mac Mahon langsung ditransfer ke rekening bank ku. Sebab Kang Supriatna tidak memerlukan uang cash di dalam hutan. Semua kebutuhan hidup sudah dijamin. Dia tinggal di base came, rumah  konteiner yang ber-AC dan mewah. Walau hanya berbentuk seprti kontainer, namun rumah tinggal selama kerja di hutan itu nyaman. Kata Kang Supriatna, ada lemari es, ada AC, televisi LED besar, karaoke dan lengkap sempurna layaknya kamar khotel berbintang.
      Namun setelah lima bulan dinas, pada Senin Wage, 11 April 2011, Kang Supriatna pulang ke Kota Tangerang, Banten, rumah kami. Badannya nampak kurus, pucat dan lemas. Walau hal pengobatan dan dokter dijamin perusahaan, namun Kang Supriatna tidak mau memeriksakan kesehatannya selama di On Shore, di tempat pekerjaan pengeboran ladang minyak di hutan Kapanggan, Kutai kertanegara, Kalimantan Timur.
      Pada hari Kamis Pahing, 14 April 2011 aku membawa Kang Supriatna ke rumah sakit  Mayapada, Modern Land, Kota Tangerang. Selain periksa darah, suamiku melakukan general check up, karena kami ingin tahu sakit apa. Kami tidak datang periksa ke dokter dan rumah sakit yang ditunjuk perusahaan Mac Mahon, namun kami ke RS Mayapada yang sangat dekat dengan rumah kami. Namun perusahaan akan mengganti semua biaya, tinggal kami membawa kwitansi dan struk apapun yang dibayarkan. Perusahaan Eropa Barat ini akan menggantikan semua biaya yang telah kami keluarkan di RS Mayapada.
      Hari kamis periksa, hari Juamt Pon, 14 April 2017 jam 13.45 WIB, usai Kang Supriatna sembahyang Jumat, kami ambil hasil general check up. Khujsusnya test darah yang nyaris membuat kami berdua pingsan. Arkian, ternyata Kang Supriatna mengidap virus HIV. Yang artinya, Kang Supriatna terkena penyakit AIDS. Duh Gusti! Mengapa ujian-Mu begitu berat untuk kami? Bukan persoalan malu karena hukuman sosial masyarakat kepada AIDS, tapi penyakit itu mematikan. Kami sangat yakin, kala itu, bahwa nyawa Kang Supriatna, lambat atau cepat akan melayang karena AIDS yang mengerikan.
      Perusahaan memberikan rekomendasi suamiku berobat ke Singapura. Rumah sakit mewah dan terpercaya, Mount Elizabeth kami masuki. Suamiku dirawat di ruang khusus dan ditangani oleh tim dokter terbaik di ruamh sakit itu. Biaya yang dikeluarkan juga cukup tinggi dan Mac Mahon menjamin semuanya hingga Kang Supriatna sembuh. Perusahaan sangat bijak dan baik. Mereka punya asuransi dari Amerika Serikat yang terpercaya dan berpengalaman. Sehingga semua biaya karyawan yang dikeluarkan oleh perusahaan karena sakit, diganti oleh asuransi yang bonafit ini. Untuk menghindar dituduh beriklan, maka aku rahasiakan nama asuransi besar dari Amerika Serikat ini.
      Setelah tiga minggu dirawat di rumah sakit Mount Elizabeth, suamiku diperbolehkan pulang. Namun dia sangat berftergantungan obat penguat kekebalan tubuh dan penambah stamina serta daya energi pelancar darah. Ada puluhan jenis obat yang semua obat itu berharga mahal. Obat impor dari Jerman dan semua diganti oleh Mac Mahon.
      Hingga 25 November 2011, penyakit suamiku belum pulih benar. AIDS memang benar tak bisa disembuhkan dan virus HIV itu terus mengerogti tubuh suamiku. Hingga keluar benjolan yang banyak dan sakit sekali. Benjolan itu sebesar buah cherry muncul di kaki, tangan, bahu dan punggung. Kehadirannya cepat sekali dan dokter Singapura tidak menemukan sebab apa benjolan mengerikan itu muncul.
      Walau kang Supriatna kelihatan tenang, namun aku dana anak-anakku sangat cemas. Meninggal, meninggal, itulah pikiran kami. Apalagi sejak benjolan itu muncul, tubuh Kang Suporiatna makin melemah dan lemas. Dia hanya diam di tempat tidur dan aku memberiakn makan, minum, obat-obatan di tempat tidur. Namun, sejak ketahuan menderita AIDS, kami putus hubungan seks sama sekali. Bahkan berciumanpun mesti berhati-hati. Kang Supriatna tidak mau aku dan anak-anak menderita ketularan penyakit yang mematikan itu.
      Usai itu kami bolak balik ke Singapura berobat. Namun dokter lepas tangan dan suamiku dibiarkan menuju kematiannya. Aku menangis setiap saat, sedih, duka dan gundah gulana. Begitu juga dengan tiga anak kami. Riska, Roibka dan Antonia. Merekja semua bersedih melihat keadaan papa mereka ini.
      Yang bikin kami makin bersedih, perusahaan melepaskan biaya suamiku. Bahkan dinyatakan resmi dipecat dari perusahaan. Maka itu, kami menjual tanah, rumah dan mobil-mobil untuk membeli obat. Sebab perusahaan sudah tidak bertanggungjawab lagi dan suamiku dipecat. Untuk bertahan hidup, kami butuh membeli obat dan semua harta kami jual untuk obat. Kecuali satu rumah yang kami tempati di Kota Tangerang, Banten ini.
      Di tengah kekalutan, aku nonton televisi tentang seorang Ustad  berwajah teduh di stasiun TV Jakarta. Dia mengobati pasien terkena penyakit apapun dari jarak jauh. Hanya dengan air putih, dia membaca doa-doa dan diam tekun berkoimat kamit, dan pasien yang berpenyakit berat langsung sembuh.  Hal itu langsung diakui oleh pasiennya yang senang dan gembira karena bagian yang sakit langsung enak dan nyaman.
      Aku segera mencari tahu alamat ustad ini dan datang ke rumahnya. Sesampainya di rumah ustad, aku melihat dia sedang membersihak kebun dan mengurus kolam ikannya. Dengan  ramha tetapi dingin dia meminta aku masuk ke ruang kerjanya. Suamiku aku bimbing karena harus naik beberapa level dan itu agak berat dinaiki oleh Kang Supriatna.
      “Kita serahkan penyakit bapak ke Allah Azza Wajalla. Hanya Allah yang menyembuhkan penyakit dan Bilau bersabda, setiap ada penyakit ada obat. Tidak benar ada penyakit yang tidak bisa dsembuhkan, termasuk HIV ini,” kata Ustad, yang belakangan aku ketahui bernama Ustad Khodirin. Ustad yang mengandalkan kekuatan dan keampuhan doa. Serta ustad yang dikawal ribuan jin dan jin-jin itu dapat dirasakan di ruang kerjanya.
      Hingga tahun 3017 ini suamiku bertahan hidup. Bahkan dia jauh lebih segar, kuat dan bersemangat. Malah belakangan ini bisa membuak usaha tambal ban dan jual oli mobil. Kami punya bengkel dan bengkel itu laku keras karena dirawat juga oleh ustad Khodirin, guru spritual kami yang juga pengobat AIDS suamiku. Udunni astajimlakum. Allah Azza Wajalla bersabda, mintalah kepadaku apa yang ingin diminta dan Aku akan mengab ulkan pintamu. Kata Allah di Al Qur’an. Berdxasarkan ayat itulah kami rajin berdoa dan didoakan ustad. Hasilnya, alhamdulillah, suamiku bertahan panjang hidupnya bahkan kelihatan sehgar bugar hingga saat ini. Selain penyakit AIDS yang selama ini tidak bisa disembuhkan, beberapa penyakit mengerikan dan konon tak bisa sembuh, mampu diatasi Ustad Khodirin dengan kekuatan doa. Allah senang ummat banyak berdoa dan Tuhan akan mengabulkan doa itu. Jadi, hanya dengan kekuatan doa dan pinta yang dizibah maka semua penyakit berat akan disembuhkan Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Jadi kekuatan doa itu ada dan terbukti ampuh. “Saya tidak bisa apa-apa, Allah lah yang serba bisa dan maha bisa. Maka itu, jangan berterima kasih kepada saya, tapi berterima kasihkan kepada Allah yang Maha Besar,” tutup ustad, kepadaku, pada pertemuan terakhir di rumahnay yang penuh seni. ****
       
            

Komentar

Postingan populer dari blog ini

HAJI BULGANON HASBULLAH AMIR ORANG KAYA RAYA YANG DERMAWAN..

Pengalaman Abang Bulganon Amir Mursyid Spriritual Tangguh Yang Dapat Bisikan Masuk Neraka

Dunia Supramistika Tia Aweni D.Paramitha