BULAN PURNAMA
Walau sama-sama sebagai manusia, namun kharisma dan aura
berbeda-beda.
Ada
orang yang berkharisma, punya wibawa, disegani ada yang tidak punya sama
sekali. Ada pria tampan, berpangkat dan punya jabatan tinggi, tapi tidak punya kharisma,
lalu dia menjadi bahan ledekan, lecehan, kritikan dan bahkan menjadi sasaran
cacimaki. Lalu ada pula pria yang berwajah biasa-biasa saja, tidak tampan,
tidak berpangkat dan tidak kaya, tapi sangat disegani dan dihormati. Presiden RI pertama,
Soekarno, adalah seirang pria yang punya charisma yang tinggi, punya wibawa dan
sangat disegani. Begitu juga dengan presiden RI ke dua, Soeharto, juga sangat
berwibawa disegani dan punya kharisma
yang besar. Presiden ke enam RI, SBY, dua kali terpilih oleh rakyat secara
langsung karena kharisma dan wibawanya. Hampir semua golongan wanita muda dan
ibu-ibu, mengaku memilih SBY karena kharismanya, kekalemannya, kelembutan dan
sopan santunnya. SBY sangat pandai memainkan perannya sebagaio presiden yang
santun, penuh wibawa dan charisma, walau belakangan itu dianggap sebagai
sesuatu yang semu. Di mata Megawati, presiden ke lima kita, SBY sekadar pintar
mencari citra, pencitraan diri dengan sikapnya beragam taktik, yang tak lebih
dianggap sebagai kepura-puraan belaka.
Namun, terlepas dari anggapan negatif lawan politiknya, SBY memang punya kharisma,
wibawa dan memiliki aura yang
super-positif. Maka itulah, SBY selamat dari ancaman goyangan lawan politik,
selamat dari kudeta karena kharismanya yang baik. Kharisma itu, didapat karena
memang SBY sangat santun, sangat sopan, selalu berhati-hati dalam bersikap,
berbicara dan mengemukakan pendapatnya serta memutuskan sesuatu yang berat. Walau,
belakangan setiap sebelum memutuskan
sesuatu SBY sangat lamban, lelet dan terkesan ragu-ragu. Tak ayal, SBY pun,
dinobatkan sebagai presiden peragu sejati. Presiden yang pandai memilih jalan aman, walau keputusannya
itu betentangan dengan kehendak staf dan pembantu-pembantunya.
Bila seseorang pribadi yang tidak punya kharisma,
tidak punya aura yang bagus dan tidak berwibawa, maka yang diperlukan cepat
adalah mendatangi dukun pendongkrak kharisma, pendongkrak aura dan pelecut
wibawa. Banyak dukun dan paranormal yang mampu mengangkat kasus kelemahan ini, baik yang terkenal karena iklan, maupun dukun
pinggiran yang tidak terkenal sama sekali. Salah seorang sukun pinggiran yang banyak
didatangi pasien di daerah Jakarta
adalah, Kanjeng Rakhmat Saputro, 56 tahun, pemegang ilmu linuwih mandraguna
khusus kewibawaan dan citra. Trik yang digunakan adalah memandikan pasien
dengan air kembang, melakukan jamasan bunga kantil dan member minum air
seribu purnama.
“Dalam waktu 3 kali 24 jam, seseorang
pemimpin, seorang direktur atau seorang manager dan awam yang tidak berwibawa,
langsung akan berwibawa, berkharisma dan penuh aura positif dari wajahnya.
Seorang salesman akan mendapatkan banyak pelanggan dan pedagang akan laku keras
bila sudah mandi dan meminum air sentuhan bulan purnama ke 14,” ungkap Kanjeng
Rakhmat Saputro, kepada MISTERI, di rumahnya di Jakarta Barat.
Selain memandikan air bunga kantil,
meminum dan mandi air sentuhan bulan purnama dan jamasan gaib, pasien juga
dibekali mantra-mantra dari pujangga sakti lunuwih warisan lelhur.Mantra-mantra
itu harus dilafalkan, dihafal di luar kepala
dan dibacakan setelah mengucapkan bismillahirrohmanirrohim, dan memulai
melangkahkan kaki kiri dari pintu rumah. “Sudah banyak pejabat, petingi dan
eksekutif muda yang datang melakaukan ritual bersama saya dan Alhamdulillah,
karena ridho Allah, lalu menjadi sukses besar. Calon anggota DPR, DPRD, Bupati
dan Lurah, juga banyak saya rawat dan mereka semuanya sukses,” terang Kanjeng
Rakhmat, serius.
Di dalam pilkada, banyak sekali orang yang
menjadi calon, terjatuh karena tidak punya kharisma dan wibawa. Dari turur bicara tidak membuat orang senang dan nyaman, dari
gesturnya tidak meyakinkan dan dari sosok tubuhnya, tidak membuat orang simpati
juga empati. Terkadang ada calon gubernur, bupati dan walikota yang tidak punya
wibawa, namun setelah melakukan ritual supramistik air bulan purnama dan
meminum bunga kantil. Langsung berwibawa, disenangi dan mengundang
simpati-empati lalu memenangkan pemilihan. “Sekarang uang banyak tidak menjamin
seorang calon akan mendulang banyak suara. Rakyat pemilih sudah pintar dan
terhasut oleh lagu Iwan Fals, yang berbunyi, ambil uangnya tapi jangan pilih
partai, ambil uangnya jangan pilih orangnya. Tapi denagn jamsan dan
mantra-mantra saktimandraguna dari pusaka linuwih, orang tiba-tiba beralih
simpati dan seperti terkena ilmu sirep, langsung memilih tokoh yang tidak
mengeluarkan uang banyak itu. Tokoh yang banyak mendapatkan suara, justru yang
lemah dan tidak dijagokan oleh banyak orang,” desis Kanjeng Rakhmat Saputro,
sambil mengisap rokok minakjinggo bermenyan dengan nikmatnya.
Soal SBY, Soeharto, Soekarno dan Jokowi,
Kanjeng Rakhmat meyakini seribu persen bahwa mereka semua melewati ritual supramistik tertentu. Semua charisma yang
didapat lewat mantra dan jamasan berdasarkan kekuatan magic dari charisma bulan
purnama. “Pak Harto, Pak Karno, SBY, adalah orang yang berwibawa karena
pendongkrak gaib, jamasan dan mantra-mantra saktimandraguna yang mereka miliki.
“Semua pemimpin besar menggunakan jasa paranormal, tapi semuanya rahasia dan
tertutup. Jangankan orang dekat, terkadang istri mereka pun, tidak tahu mereka
pergi ke mana dalam mendatang ilmu wibawa, kharisma dan aura super-linuwih,”
tutup Kanjeng Rakhmat pada MYSTERY.***Dewi
Kalamukti

Komentar
Posting Komentar