GERINJANG POLITIK: Tia Aweni D.Paramitha
YAKIN TGB
CAWAPRES
JOKO WIDODO
Tidak
sebutir pasirpun melayang tanpa seijin Allah. Apalagi untuk memimpin sebuah
negara. Semua sudah tertulis di Arash. Siapa presiden Indonesia 2019-2024, sudah tertera di sana. Allah bisa jadikan Jokowi dua periode bisa pula
hentikan dan ganti dengan pemimpin lain. Kini yang menentukan bukan hanya
Jokowi, tapi cawapresnya juga sangat berperan. Peran untuk mencetak suara
membantu keterpilihan pasangan capres.
Jokowi
akui sudah ada nama cawapres dalam genggamannya. Orang menduga ada dua nama.
Pertama Mahfud MD kedua Tuan Guru
Bajang. Sementara nama Sri Mulyani, Moeldoko, Risma dan Susi Prdjiastuti, sudah
ke laut. Di antara Mahfud MD dan Tuan Guru Bajang, jika membaca pikiran Jokowi,
dia lebih memilih Tuan Guru Bajang. Dari segi umur TGB jauh lebih muda. Dari
pengalaman memimpin daerah, TGB lebih berpengalaman. Dua periode berhasil
membawa NTB pada track kemajuan. Mahfud MD juga pengalaman, tapi lingkup bukan
memimpin daerah. Mahfud pernah menteri pertahanan era Gus Dur. Memimpin kementerian
pertahanan. Juga ketua Mahkamah Konstitusi dan anggota DPR RI.
Kedua
tokoh ini diterima Islam. Agama mayoritas yang selama ini emncuriagi Jokowi
tidak peduli Islam dan dianggap suka memenjarakan ulama. Walau hal itu masih
perlu diperdebatkan lagu. Mahfud MD basic nya Nahdatul Ulama, NU, Tuan Guru
Bajang, Nahdatul Eathon, NW. Dua duanya faham Al Qur’an, bahkan TGB hafiz Qur’an
30 juz. Juga lulusan Al Azhar, Kairo, Mesir. Dua dua tokoh ini bagus dan
dua-duanya negarawan. Dan pula keduanya nasionalis agamis. Pro Pancasila dan
pro NKRI.
Karena
pertimbangan umur, TGB lebih memungkinkan memimpin RI ke depan. Dia pemimpin
masa depan bangsa yang perlu diselamatkan. Jokowi seorang negarawan sejati. Dia
tidak orbitkan anak-anaknya agar berkuasa, tapi orbitkan orang lain yang bagus,
yang kapabekl, layak dan pantas. Yaitu Tuan Guru Bajang yang berpengalaman
memimpin provinsi dan sukses. Mahfud sudah dapat jabatan sebagai pengawas
pansila di istana membantu presiden. Dari segi gaji juga besar, ratusan juta
per-bulan dianggarkan oleh negara. TGB, bukan soal gaji, tapi dia seorang yang
memikirkan rakyat. Hal kesejahteraan rakyat, kemakmuran dan mengeluarkan bangsa
ini dari kesulitan. Jika berpasangan dengan Jokowi, mereka adalah pasangan
sangat ideal. Dua orang yang berpengalaman di birokrasi memimpin daerah. Jokowi
dua periode walikota Solo, gubernur DKI. Tuan Guru Bajang anggota DPR,
penceramah agama dan dua periode gubernur Nusa Tenggara Barat. Indoensia butuh
pemimpin yang bersih, yang baik dan yang memikirkan bangsa negara. Sebagai
anggota majelis Partai Demokrat, TGB tidak dilirik SBY. SBY ngotot anaknya yang
dimajukan. Politik jagokan anak sendiri mumpung ada kekuasaan di partai. SBY,
bagi para cenayang, dia bukan negarawan, tapi keluargawan. AHY itu apa dan
siapa? Masih mentah, butuh waktu panjang untuk berbenah dan mengembangkan diri.
Padahl di partai itu banyak nama potensial, tapi tak dilirik sama sekali. Namun
orang partai itu ketakutan dan segan, ewuh pakewu kepada SBY. Takut pada SBY,
takut dipecat dan takut dikenai sanksi tersembunyi.
Lihatlah
Ruhut Sitompul. Kader bagus partai Demokrat itu dikeluarkan dari PD karena
tidak dukung AHY saat nyagub DKI. Ruhut bilang masak mayor mau lawan jenderal?
Omongan Ruhut bikin marah Bu Ani dan Pak SBY, hingga Ruhut Sitompul dipecat. Yang
lain juga ketakutan, tidak berani tidak promosikan AHY di teve teve dan di
medsos. Hal ini, yang membuat tokoh layak seperti TGB ambil langkah pribadi, nyatakan
dukung Jokowi dua periode dan bikin heboh. Nama TGB dicoret dari rekomendasi
capres dari Ikatan Alumni 212. TGB tau resiko itu dan dia tidak perduli.
Cenayang yakin 100 persen, kalau TGB tidak dipakai oleh Jokowi sebagai cawapres
atau menteri, TGB takkan sakit hati. Dia sudah ambil keputusan besar dan siap
dengan segala resikonya. Sebagai da’i juga TGB laku keras dan dibutuhkan banyak
jemaah nusantara. Tak usah takut tak dapat jabatan dan itu sudah diperhitungkan
TGB. Tapi, yakin 100 persen, TGB cawapresnya Jokowi. Jokowi negarawan, Megawati
juga negarawan. Nyadar bahwa anaknya, Puan belum saatnya masuk bursa cawapres.
Pengalaman buruk ponakannya, Puti Guntur gagal di Jatim dan Giri Kiemas di Sumsel, cukup membuat
megawati terbuka matanya, bahwa dinasti tak laku lagi di Indonesia ini. Hanya
SBY yang pede soal AHY. Tapi sudahlah, namanya kekuasaan dan cinta anak, apa
boleh buat. Dia yang punya partai dia yang berkuasa di situ. Lakukanlah, tapi
maaf, berat untuk menang!****

Komentar
Posting Komentar