JOKOWI-MAHFUD MD VS PRABOWO AHY, SERU!


JOKOWI-MAHFUD MD VS
PRABOWO-AHY,  SERU!

Saya tidak dikenal dan tidak punya kepentingan apapun Kiyai Haji Muhamad Zainul Majdi alias Tuan Guru Bajang jadi wapres. Secara pribadi tidak rugi dan tidak untung.
Tapi negara dan bangsa ini butuh figur putra terbaik bangsa sekelas TGB ke depan nanti. Itu saja! Dia dikeluarkan dari rekomendasi Ikatan Alumni 212 sebagai capres. Dia dihujan dan dimaki-maki di mana-mana. Bukan tidak sedih. Tapi itulah resiko yang dia siap hadapi saat dia nyatakan mendukung Jokowi dua periode.
Alam sekitar sepi sunyi. Tidak ada suara musik tidak ada suara berisik. Jangkrik satu dua bersaut, tapi tak mengganggu konsentrasi sholatku. Berkhusuk menghadap kepada Allah Azza Wajalla. Yang Maha Agung, penciptaku.
 Politik itu permainan. Jabatan dan syahwat memimpin itu juga permainan. Tapi permainan yang baik untuk kemasylahatan. Kalau itu pelakunya punya sifat baik. Yaitu untuk kebaikan rakyat. Bukan untuk kejayaan keluarga, kroni dan partai.
Tuan Guru Bajang berpesan kepada yang dimuliakan tokoh ulama, tokoh politik di atas, yang sangat dihotmatinya. Agar tidak menggunakan ayat-ayat dalam berpolitik. Ayat-ayat perang yang ada dalam kitab suci Al Qur’an. Kita tidak sedang perang. Hanya kontestasi politik dan berkuasa pada pesta demokrasi. Politik untuk menghentikan kekuasaan kelompok lain. Dan membangun kekuasaan kelompok sendiri. Dalam arti lain diri sendiri.
Tidak menyebut nama siapa tokoh ulama juga tokoh politik yang dimaksud. Tapi semua tahu siapa yang dimaksud. Yaitu seorang tokoh reformasi dulu yang getok akan turunkan Jokowi dan mengganti dengan tokoh lain. Tuan Guru Bajang anggap sah saja upaya itu. Selagi dalam koridor konstitusi dan demokrasi. Namun yang mengganjal baginya adalah penggunaan ayat-ayat perang dalam kontestasi. Hal itu tidak relevan karena kita tidak sedang perang. Kita sedang pesta demokrasi dan lawan adalah anak bangsa. Saudara sendiri satu negara, satu bahasa dan satu bangsa. Kita punya aset yang tersembunyi. Apa aset itu? Aset itu adalah persaudaraan, kebangsaan dan semangat persatuan.
Asal ngomong? Tidak! Tuan Guru Bajang tidak asal ngomong. Tapi dia telah membuktikan dua periode membangun Nusa Tenggara Timur sebagai gubernur. Tanpa ada perang suku, perang antar agama dan perang antara ras. Masa kepemimpinannya tidak ada friksi atau perang antar agama dan antar suku di Nusa Tenggara Barat. Padahal banyak ragam agama di NTB. Selain ragam suku dan ras. Namun rapih dan aman semasa pemerintahan TGB. Memang ada gesekan kecil, antar aliran dalam Islam, pengusiran golongan Ahmadiyah di Lombok. Tapi cepat diatasi dan diselesaikan dengan baik.  Pendekatan dilakukan TGB dengan sangat baik. Tidak mengguri tapi menjelaskan. Karena dia ahli tafsir Al Qur’an, hafiz 30 juz Al Qur’an dan raih gelar doktor dari Universitas Islam berpengaruh, Al Azhar, Kairo, Mesir. TGB faham betul ayat perang dan penggunaannya. Jauh lebih faham dari tokoh besar yang getol gunakan ayat ayat perang itu untuk kepentingan politik. TGB Islamis tapi juga nasionalis. Dia ahli islam tapi mensejahterakan agama lain. Semua umat pemeluk agama aman dan damai menjalankan ibadah. Rakyat saling hormat menghormati dan saling menghargai kepercayaan masing masing.
Saya tidak kenal dekat dengan TGB. Bahkan dia sama sekali tidak mengenal saya. Artinya saya tidak punya kepentingan apapun atas karier politiknya. Mau terpilih atau tidak terpakai di negara ini, saya tidak rugi. Juga tidak dapat untung. Tapi yang saya pikirkan negara ini. Negara ini, terutama Joko Widodo, sayang jika tidak mendayagunakan tokoh sebaik ini. TGB aset bangsa yang diperlukan dalam tataran nasional buat rakyat buat umat. Jika TGB tidak terpakai kita akan kehilangan satu dari aset itu. Saya mengikuti sepakterjangnya selam memimpin NTB, walau saya bukan orang dari NTB. Saya ikuti tausiyahnya di mana mana melalui youtube. Saya dengarkan dan saya mati pemikirannya tentang agama, negara dan bangsa ini melalui medsos itu. Sehingga saya punya kesimpulan, kita akan kehilangan set negara ini jika tokoh sebagus ini. Semuda ini, seenerjik ini jika tidak dilibatkan dalam pemrintahan. Maka itu, ada dua nama yang bagus bagus yang disebut akan jadi pendamping Jokowi di Pilpres 2019. Mahfud bagus, nasuonalis dan agamis. TGB bahkan lebih bagus karena masih muda dan berpengalaman memimpin daerah sebesar NTB. Pemikirkan dan kiprah kerjanya juga, setelah daerah, memimpin negara. TGB dibutuhkan bangsa ini. Dari semua agama, ras dan golongan. ****OLEH: 
AKILA SARITA, NETIZEN JURNALIS 


        

Komentar

Postingan populer dari blog ini

HAJI BULGANON HASBULLAH AMIR ORANG KAYA RAYA YANG DERMAWAN..

Pengalaman Abang Bulganon Amir Mursyid Spriritual Tangguh Yang Dapat Bisikan Masuk Neraka

Dunia Supramistika Tia Aweni D.Paramitha