WASPADAI PILPRES BERDARAH 2019
        Ketua Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono berharap agar politisi tidak menggunakan isu SARA pada pilpres 2019. Juga tidak mengemukakan politik identitas dalam persaingan.
Kenapa SBY bicara begitu? Karena sudah ada pengalaman buruk saat pilkada DKI. Yaitu saat Anies Baswedan dan Sandiaga Uno mengalahkan Ahok-Djarot yang elektabilitas begitu tinggi. Semua lembaga survey memenangkan Ahok. Namun karena isu sentimen agama, konon, maka keadaan jadi terbalik. Ahok malah kalah telak dari Anies Baswedan yang beragama Islam. Agama mayoritas di DKI Jaya.
        “Sebenarnya bukan persoalan isu SARA dan sentimen agama yang membuat Ahok kalah. Pemilih Ahok itu sebenarnya mayoritas beragama Islam. Muslim yang menyukai Ahok. Sebab Ahok keras kepada DPRD DKI yang banyak bermain anggaran, keras kepada korupsi dan manipulasi. Tapi karena Ahok mensitir kitab suci Al Qur’an surat Al Maidah 51, yang bukan wilayahnya, maka hal itu jadi sumber masalah. Kiyai Haji Abdullah Gymnasiar alias AA Gym yang tidak doyan demo pun, turun ke jalan karena penistaan Al Maidah  51 itu. AA akui jadi ikut demo, tersinggung ulah Ahok yang diyakininya menghina kitab suci Islam. Begitu juga dengan Tuan Guru Bajang alias Muhamad Zaenul Majdi, gubernur NTB, yang turun ke jalan ikut demo 212 dan 411. Ketum Partai Nasdem Surya Paloh yang menyayangi Ahok juga marah besar saat Ahok dinyatakan kalah lawan Anies di DKI. “Kesalahan kau satu, kau sebut Al Maidah 51 di Pulau Seribu itu. Ini yang jadi sumber kekalahan,” demikian Surya Paloh. Jika tidak ada kaus hukum itu, Ahok menang lawan  Anies. Ahok jauh lebih bagus dan pas untuk pimpin DKI ketimbang Anies. Namun, karena mulutnya tak ada kontrol, lalu dengan enteng hina kitab suci Islam, maka selesailah Ahok berkarir politik di DKI.
        “Selesai persoalan penistaan agama oleh Ahok, di mana hakim telah memutuskan Ahok bersalah dan vonis dua tahun lalu dipenjarakan, ya selesailah semuanya ini,” uangkap Tuan Guru Bajang, pekan lalu.
        AA Gym, juga begitu. AA tidak ikut lagi demo demo membawa sentimen agama karena, katanya, Mas Ahok, sudah divonis bersalah. AA sesalkan presiden Jokowi yang terlambat bertindak. Bahkan tidak mau turun meneduhkan umat saat demo jutaan muslim marah kepada Ahok di Jakarta pada era turun ke jalan, demo damai 411 dan 212.
        Saat ini banyak politisi yang menghalalkan segala cara untuk menang dan berkuasa. Yaitu dengan kembali menggunakan isu SARA dan sentimen agama dalam pilkada dan pilpres. Tapi hal itu sudah tidak laku lagi karena kasus Ahok sudah selesai.  Mungkin hal inilah yang meresahkan SBY sebagai mantan presiden dua periode dan negarawan. SBY tidak ingin melihat negeri ini terpecah belah karena persoalan kecil. Hanya karena mau menang pilpres dan pileg.
        Keresahan ini diungkapkan oleh SBY kepada Prabowo Subiyanto, Selasa, saat mereka jumpa politik di kediaman SBY di bilangan Kuningan, Jakarta Selatan. Sebenarnya SBY bukan berniat nyindir Prabowo yang menang mendukung Anies-Sandi di pilgub DKI dengan isu sentimen agama. Cuma SBY harapkan agar pilpres dan pileg 2019 nanti agar damai, jujur dan adil. Ada tiga komitmen SBY dan Prabowo untuk 2019. Satu pemilu presiden yang teduh, dua situasi nasional yang kondusif dan tiga, koalisi partai. Antara Partai Demokrat yang dipimpin SBY dengan Partai Gerindra yang dipimpin oleh  Prabowo Subiyanto. Ada kabar Prabowo akan berpasangan dengan AHY pada pilpres 2019. Tapi belum resmi dan belum putus. Sebab elektabilitas keduanya akan anjlok habis bila berhadapan dengan Jokowi-Mahfud MD atau Jokowi-TGB. “Bukan mendahuli takdir, tapi rasanya Prabowo-AHY akan kalah lawan Jokowi-TGB!” kata peramal Kanjang Sulton Mahmud Badarudin yang juga pengamat politik kiwari.
        Pada pilpres 2019 takkan bisa mengangkat isu SARA dan sentimen agama. Walau Prabowo dan Partai Gerindra dekat dengan PA 212, golongan tertentu yang inginkan 2019 Ganti Presiden. Mau pakai serangan apa kepada Jokowi? Jokowi itu muslim, haji dan biasa menjadi imam sholat. Wakilnya ulama besar, TGB dan Mahfud MD. Orang yang berbasis Islam dan santri. Peluru apa yang mau dipakai mencurangi hingga kasus DKI berlang lagi? “Tidak bisa, takkan ada peluru yang ampuh pada 2019 untuk tumbangkan Jokowi dengan cara cara SARA dan sentimen agama. Terkecuali, jika tiba tiba Jokowi gandeng  Ahok sebagai cawapres. Walau Ahok bertobat, tetap saja akan ada luka lama yang tersisa dan jadi ganjalan. Kaum pemilih muslim, yang selama ini pemilih Jokowi, bisa  akan beralih besar besaran mencoblos  Prabowo. Padahal Prabowo yang Islam, tapi ibunya dan saudaranya nonislam,” kata Kanjeng Sulton.
        Bila rajin berselancar di internet, kita akan melihat beberapa politisi tenar yang menggunakan isu Khilafah. Bila menang akan menjadikan Indonesia negara Khilafah. Syareat islam akan diberlakukan di negeri ini. Padahl hal itu jelas jelas bertentangan dengan cita cita pendiri bangsa, bertentangan dengan jiwa Pancasila dan konsep Negara Kesatuan Repiblik Indoensia, NKRI.
        Kanjeng Sulton melihat ada kelompok tertentu yang memainkan isu SARA dan isu sentimen agama juga negara Khilafah di Pilpres dan Pileg 2019.  Begini cara permainan politik agar berkuasa. Tiga H, halal, haram, hantam. Ini cara cara picik karena itu hanya janji kosong buat menyenangkan golongan agama yang fanatik. Padahal tak mungkin itu terjadi menjadi nyata. Kita sudah nyaman dengan negara berdasarkan Pancasila, UUD 45 dan NKRI. Kita berdampingan secara damai, saling menghargai, saling menghormati dan saling mencintai sesama anak bangsa. Karena kepentingan sesaat untuk berkuasa, lalu jual isu isu agama agar dipilih oleh agama mayoritas di negeri ini dan menang.
        Bila Pilpres dan Pileg 2019 tetap bebas menggunakan isu SARA, sentimen agama dan halkan sebaga cara, maka bukan tidak mungkin Pilpres 2019 akan ternoda. Akan perang antar pendukung capres dan friksi kasar antar pemilih. Maka itu harus disuarakan kencang jangan ada isu SARA dan sentimen agama sebagaimana diharapkan SBY saat bertemu Prabowo. Di dalam politik itu bukan hanya ada pepatah: tak ada teman dan lawan yang abadi yang ada hanya kepentingan abadi, tapi ada juga ujar ujar, jika ada peluang menang dan berkuasa, H tiga pun digarap. Yaitu Haram, Halal, Hantam. ****
Dewi kalamukti

Komentar

Postingan populer dari blog ini

HAJI BULGANON HASBULLAH AMIR ORANG KAYA RAYA YANG DERMAWAN..

Pengalaman Abang Bulganon Amir Mursyid Spriritual Tangguh Yang Dapat Bisikan Masuk Neraka

Dunia Supramistika Tia Aweni D.Paramitha