CERITA TENTANG LEGENDA
 HIDUP BENNY SOEBARDJA
Selain Rhoma Irama dan Susi Susanti, Kota Tasikmalaya punya legenda hidup (‘living legend’) kelas dunia. Dialah Benny Soebardja. Dia salah satu musisi terbaik tanah air, yang mengharumkan Indonesia dan dunia di pentas musik rock. Pengamat musik dari New Zaeland, Gragam Reid, menjulukinya ‘The Godfather of Indonesian Prog-rock Underground’
Benny Soebardja adalah tokoh penting dari ‘Shark Move’, band pertama yang merekam, merilis, dan mendistribusikan album secara mandiri di tahun 1971. Melalui Kang Benny dan ‘Shark Move’, penggemar musik di Indonesia di era itu mengenal progressive rock, sound baru yang keluar dari dominasi pop dan rock Britania.
Sebagai musisi progresif rock, namanya melambung ketika memimpin Giant Step, band kebanggaan kota Bandung (populer 1973 - 1985), beranggotakan antara lain Triawan Munaf – yang kini dikenal sebagai Anggota Kabinet Kerja Jokowi, memimpin Badan Ekonomi Kreatif .
Di Giant Step, Triawan Munaf menjadi keyboardis, sedangkan Deddy Dores (alm.) menjadi gitaris dan Dedy Stanzah (alm) menjadi vokalisnya. Benny Soebardja main dua duanya, main gitar dan jadi vokalis. Formasi Giant Step sempat mengalami bongkar pasang, tapi Kang Benny tetap di posisinya.
Benny Soebarja musisi kelahiran Tasikmalaya 4 Juli 1949 - menambah daftar legenda hidup yang saya temui di ibukota di antara jajaran musisi yang dulu cuma saya baca lewat majalah, saat masih jadi ABG di kampung. Sebelumnya saya ketemu dan berbincang dengan Ahmad Albar, Rhoma Irama, Gito Rollies, Arthur Kaunang ‘SAS’ - personil Koes Bersaudara, Koes Plus, Panbres, dll.
Kang Benny mendalami musik hard rock, blues, rock, psychedelic rock, progresif rock, heavy metal. Dan dia bukan jago kandang. Sebab di tahun 1967 saja, dengan bendera ‘The Peels’, dia sudah rekaman di Malaysia dan Singapura. Juga mentas di panggung paling bergengsi di negeri jiran itu, diantaranya di Wisma House, National Theatre, Hotel Singapura Intercontinental. Bahkan tampil di TV dan Radio Singapura juga.
‘The Peels’ didirikan Kang Benny bersama Gumilang Kentjana Putra, Budhi Sukma Garna (Buce) dan Dedy Budhiman Garna. Mereka sempat merekam album ‘The Peels By Public Demand in Singapore ‘di Gamada Record’ (1967) dan mini album ’Selamat Tinggal Singapura’ (1968).
Lewat 'Sharkmove’ (1970), Kang Benny menampilkan sentuhan progressive yang kental – khususnya pada lagu ‘My Life’ - yang berdurasi 9 menit - dan kaya dengan chord-chord yang menawan. Lagu ‘My Life’ tidak saja lagu terbaik di album Sharkmove, ‘Ghede Chokras’, tetapi juga disebut sebut sebagai salah satu lagu rock Indonesia terbaik hingga saat ini.
Di Tanah Air, setelah berkeliling mentas di berbagai kota, dia mendirikan ‘Giant Step’1973 . Pada awalnya Giant Step lebih banyak membawakan lagu-lagu milik Emerson Lake and Palmer (ELP) dan juga lagu-lagu Deep Purple. Giant Step memulai era baru bermusiknya ketika menampilkan double guitarist lewat masuknya Albert Warnerin, dan produktif menghasilkan album: ‘Giant on The Move’ (SM Recording), ‘Kukuh Nan Teguh’ (Nova Recording), ‘Persada Tercinta’ (Giant Step Volume I, Irama Tara), ‘Tinombala’ (Giant Step Vol II, Irama Tara) dan ‘Giant Step’ Volume III (Irama Tara).
Di sela-sela aktivitas Giant Step, Benny Soebardja mengekspresikan energi musiknya yang berlebih melalui album solo. Kang Benny juga membantu album milik Deddy Dores dengan menyertakan lagu miliknya.
Waktu Gang Pegangsaan dan Radio Prambors menghentak dari LCCR-nya (Lomba Cipta Lagu Remaja), jelang 1980-an - Kang Benny membawakan lagu yang masih enak didengar hingga sekarang- ‘Sesaat’ (Harry Sabar ) dan ‘Apatis’ (Inggrid Widjonarko). Musik dan vokalnya menghanyutkan. Membawa ke alam lain.
Seperti yang kita tahu, Gang Pegangsaan dan Prambors melambungkan nama Chrisye, Jocky Soerjoprayogo, Keenan Nasution, Berlian Hutahuruk dan Fariz RM.
Kiprah Kang Benny Soebardja di dunia rekaman nyaris berakhir di album Giant Step berjudul ‘Geregetan’ pada tahun 1985, namun tak diduga pada tahun 2006 ini, jiwa bermusiknya kembali bangkit.
Sebagaiman Rhoma Irama, Kang Benny tak henti bermusik. Dia masih beraksi dalam ‘Djakarta Artmosphere 2012’ di Balai Sarbini, Jakarta. Kang Benny Soebardja manggung kolaborasi bareng band musik rock N roll asal Bandung, The S.I.G.I.T. dan menyanyikan lagu ciptaannya seperti ‘18 Years Old’ dan ‘Evil War’ yang nge-hits di tahun 70-an.
Bahkan di tahun 2018 ini, Giant Step masuk Nominasi AMI Award untuk kategori ‘The Best Rock Album’.
PERTEMUAN saya dengan Kang Benny dicomblangi oleh Mas Judi Kristianto – Boss JK Record, dimana Kang Benny pernah rekaman di situ. Pertama di Metro Cafe di Jl. Thamrin dan kedua kalinya di Hotel Bidakara - Pancoran.
Mas Judi sedang sibuk menawar mesin pembuat kopi di kafe tempat kami janjian, untuk dibingkiskan kepada temannya, entah siapa, ketika saya mulai berbincang dengan Kang Beny dan isterinya. Belakangan saya tahu untuk dikirim kepada siapa mesin pembuat kopi berwarna merah itu.
Kang Benny menuturkan, dia sedang sibuk me-‘remastering’ lagu lagu lawasnya yang dulu direkam di priingan hitam dan dipindah ke Compact Disc. CD ini akan diedarkan di lingkungan terbatas dan dalam jumlah terbatas, khusus untuk para penggemar fanatik Benny Soebardja, juga pengamat musik rock di Jerman dan Kanada, sebagai dokumen musik penting, khususnya rock Indonesia.
"Album ‘Sharkmove’ ingin saya selamatkan terlebih dahulu sehingga hasil karya group itu bisa dinikmati oleh generasi sekarang karena corak musiknya tidak ketinggalan zaman, “ katanya.
Tak segarang musik cadas yang digelutinya, dalam keseharian dan obrolan dengan saya, Kang Benny orangnya lembut, santun dan ramah – seperti juga Ahmad Albar yang mengejutkan saya ketika pertama bertemu – karena bertolak-belakang dengan aksi-aksinya di panggung. Dia juga berbeda dengan sosok Deddy Dores dan Deddy Standzah, yang saya kenal sebagai musisi ngerock yang bengal, semrawut dan hidupnya rada ngawur. “Saat main musik bareng mereka saya mahasiswa. Selain main musik saya sibuk kuliah, “ katanya.
Jalan hidupnya tertib. Setelah kuliahnya selesai dia terjun ke bisnis. Dia menikah dengan Tria Julianty, insinyur ITB. Maka, meski dia rocker sejati, jangan bayangkan Benny Soebardja mabuk dan pakai narkoba. Dia malah sibuk membuat aneka produk furnitur dan mengekspornya ke Eropa dan Amerika – seperti Jokowi di Solo. Secara berkala perusahaan yang dipimpinnya, Bens Collections, pameran di Balai Sidang yang kini jadi JCC.
PROFESOR Andrew Weintraub, pengajar pada Departemen Musik Etnik di Universitas Pittsburgh, Amerika Serikat, yang meneliti musik dangdut dan buku Rhoma Irama, ternyata juga mewawancarai menyiapkan buku tentang Benny Soebardja. “Sudah lama kami berteman, “ katanya sambil memamerkan pesan pesan yang dia terima di WA-nya.
Benny Soebardja menegaskan, musik rock adalah spirit positif. Dinamika dunia muda, membawa semangat dan mendobrak kemapanan. “Rock adalah musik spontan tanpa peduli dan tanpa basa basi. Cetusan dari hati terdalam tidak ada kontamiasi. Yang benar adalah benar yang salah adalah salah tanpa harus bermuka dua, “ demikian kredonya. “....dont care with banned. We talk what we really what we have to talk! No bargaining!” tegasnya
Dia bangga karena rekannya sesama musisi menjadi seorang menteri yaitu Triawan Munaf. Dan yang tak kurang penting, Giant Step yang dibentu dan melambungkan namanya, punya penggemar istimewa : Presiden Jokowi.
“Jokowi suka Giant Step...di tahun 80-an, Jokowi gandrung akan Metallica dan musik musik heavy metal, “ tulisnya di WhatsApp ke saya, kemudian. “Anak muda inilah yang menyelesaikan proyek proyek mangkrak. Membangun infrastruktur besar besaran membawa Indonesia meloncat jauh ke masa depan yang gemilang... Jokowi adalah kita lahir dan tumbuh dewasa di tengah tengah rakyat...!” begitu WA kang Benny ke saya.
Saya semakin senang ngobrol dan silaturahmi dengan Kang Benny bukan hanya beliau ‘living legend’ yang tetap kreatif dan penuh stamina di usianya yang ke-69. Sudah jadi kakek dari dua cucu. Tapi yang lebih penting - ayah dua anak dan kakek dua cucu ini - adalah seorang ‘Jokowers’ juga, seperti saya!
Oh, Yes!
Lets rock, let's rock it
Keep it cool, Kang Benny ! ***






Top of Form


Komentar

Postingan populer dari blog ini

HAJI BULGANON HASBULLAH AMIR ORANG KAYA RAYA YANG DERMAWAN..

Pengalaman Abang Bulganon Amir Mursyid Spriritual Tangguh Yang Dapat Bisikan Masuk Neraka

Dunia Supramistika Tia Aweni D.Paramitha