Kesejahteraan Rakyat Tanggungjawab Pemimpin
Kesejahteraan Rakyat
Urusun Pemimpin
Rasulullah SAW bersabda. “Setiap orang
adalah pemimpin dan akan diminta pertanggungjawaban atas kepemimpinannnya.
Seorang kepala negara akan diminta pertanggungjawaban perihal rakyat yang
dipimpinnya. Seorang suami akan ditanya perihal keluarga yang dipimpinnya.
Seorang isteri yang memelihara rumah tangga suaminya akan ditanya perihal
tanggungjawab dan tugasnya. Bahkan seorang pembantu, pekerja rumah tangga yang
bertugas memelihara barang milik majikannya juga akan ditanya dari hal yang
dipimpinnya. Dan kamu sekalian pemimpin dan akan ditanya, diminta
pertanggungjawaban darihal hal yang dipimpin. (Bukhari, Muslim)
Etika kepemimpinan dalam Islam. Dalam
hadis ini dijelaskan bahwa etika paling pokok dalam kepemimpinan adalah tanggun
jawab. Semua orang yang hidup di muka bumi ini disebut sebagai pemimpin.
Karenanya, sebagai pemimpin, mereka semua memikul tanggung jawab,
sekurang-kurangnya terhadap dirinya sendiri. Seorang suami bertanggung jawab
atas istrinya, seorang bapak bertangung jawab kepada anak-anaknya, seorang
majikan betanggung jawab kepada pekerjanya, seorang atasan bertanggung jawab
kepada bawahannya, dan seorang presiden, bupati, gubernur bertanggung jawab
kepada rakyat yang dipimpinnya, dst.
Akan tetapi, tanggung jawab di sini
bukan semata-mata bermakna melaksanakan tugas lalu setelah itu selesai dan
tidak menyisakan dampak (atsar) bagi yang dipimpin. Melainkan lebih dari
itu, yang dimaksud tanggung jawab di sini adalah lebih berarti upaya seorang
pemimpin untuk mewujudkan kesejahteraan bagi pihak yang dipimpin. Karena kata ra
‘a sendiri secara bahasa bermakna gembala dan kata ra-‘in berarti
pengembala. Ibarat pengembala, ia harus merawat, memberi makan dan mencarikan
tempat berteduh binatang gembalanya. Singkatnya, seorang penggembala
bertanggung jawab untuk mensejahterakan binatang gembalanya.
Tapi cerita gembala hanyalah sebuah
tamsil, dan manusia tentu berbeda dengan binatang, sehingga menggembala manusia
tidak sama dengan menggembala binatang. Anugerah akal budi yang diberikan allah
kepada manusia merupakan kelebihan tersendiri bagi manusia untuk mengembalakan
dirinya sendiri, tanpa harus mengantungkan hidupnya kepada penggembala lain.
Karenanya, pertama-tama yang disampaikan oleh hadis di atas adalah bahwa setiap
manusia adalah pemimpin yang bertanggung jawab atas kesejahteraan dirinya
sendiri. Atau denga kata lain, seseorang mesti bertanggung jawab untuk mencari
makan atau menghidupi dirinya sendiri, tanpa mengantungkan hidupnya kepada orang
lain
Dengan demikian, karena hakekat
kepemimpinan adalah tanggung jawab dan wujud tanggung jawab adalah
kesejahteraan, maka bila orang tua hanya sekedar memberi makan anak-anaknya
tetapi tidak memenuhi standar gizi serta kebutuhan pendidikannya tidak dipenuhi,
maka hal itu masih jauh dari makna tanggung jawab yang sebenarnya. Demikian
pula bila seorang majikan memberikan gaji prt (pekerja rumah tangga) di
bawah standar ump (upah minimu provinsi), maka majikan tersebut belum bisa
dikatakan bertanggung jawab. Begitu pula bila seorang pemimpin, katakanlah
presiden, dalam memimpin negerinya hanya sebatas menjadi “pemerintah” saja,
namun tidak ada upaya serius untuk mengangkat rakyatnya dari jurang kemiskinan
menuju kesejahteraan, maka presiden tersebut belum bisa dikatakan telah
bertanggung jawab. Karena tanggung jawab seorang presiden harus diwujudkan
dalam bentuk kebijakan yang berpihak pada rakyat kecil dan kaum miskin,
bukannya berpihak pada konglomerat dan teman-teman dekat. Oleh sebab itu, bila
keadaan sebuah bangsa masih jauh dari standar kesejahteraan, maka tanggung
jawab pemimpinnya masih perlu dipertanyakan.****
Komentar
Posting Komentar