Capres Ambisius
Capres Ambisius
Abu Said Abdurrahman bin Samurah cerita bahwa Rasulullah
SAW bersabda kepadanya. “Ya Abdurrahman bin Samurah, jangan menuntut kedudukan
dalam pemerintahan, karena jika kau diserahi jabatan tanpa meminta, kau akan
dibantu oleh Allah saat melaksanakannya.
(Buchary, Muslim)
Dalam hadis lain Rasulullah juga bersabd. “Barang siapa telah menyerahkan
sebuah jabatan atau amanat kepada orang yang bukan ahlinya, maka tunggulah saat
kehancurannya”. Kedua hadis di atas sebenarnya mengajarkan kepada kita bahwa
amanat itu tidak perlu dicari dan jabatan itu tidak perlu dikejar. Karena bila
kita mencari dan mengejar amanat dan jabatan itu, maka niscaya Allah tidak akan
membantu kita. Akan tetapi bila kita tidak menuntut dan tidak mencari amanat
itu, maka justru Allah akan membantu untuk meringankan beban amanat itu.
Hadis di atas sebenarnya mengajarkan tentang etika politik.
Seorang politisi tidak serta-merta bebas dari etika, sebagaimana ditunjukkan
oleh para politisi kita selama ini. Melainkan seorang politisi dan kehidupan
politik itu sendiri harus berdasarkan sebuah kode etik.
Bila kehidupan politik tidak berasarkan etika, maka kesan
yang muncul kemudian bahwa politik itu kotor. Padahal, tidak selamanya politik
itu kotor. Nabi Muhammad SAW sendiri pernah menjadi seorang politisi, tapi
tidak pernah bermain kotor.
Bila kita mencermati hadis di atas, maka akan kita temukan
bahwa citra “ke-kotoran” dari politik itu sebenarnya bersumber dari sikap
para pelakunya yang ambisius.
Dalam hal ini, ambisi menjadi salah satu faktor utama dalam
membentuk sikap dan pandangan politik seseorang sehingga menjadi kotor.
Betapa tidak, dari ambisi itu, seseorang bisa saja membunuh
orang lain yang menjadi pesaing politiknya. Dan dari ambisi itu pula seseorang
bisa melakukan apa saja untuk meraih jabatan politik yang diinginkannya, baik
melalui korupsi, penipuan, pembunuhan, ke dukun, dsb.
Oleh sebab itu, “menjaga ambisi” adalah sebuah etika politik
yang diajarkan Islam kepada umatnya, terutama bagi mereka yang berkiprah
di dunia politik.***
Kang Masduki
Komentar
Posting Komentar