JILBAB
DAN DUA MANUSIA TELANJANG
Pada
abad 30-25 Sebelum Masehi (SM), jilbab telah ada dan menjadi budaya berpakaian
masyarakat Sumeria, sebelah selatan Mesopotamia. Pakaian tertutup itu juga
telah ada di Assyria, di hulu Sungai Trigis sekitar abad 20-15 SM. Terakhir
para arkeolog dan sejarahwan menyebut pakaian itu ada di Bynzantium abad 7 SM
(Fadwa El Guindi dalam "Jilbab: Kesalehan, Kesopanan, dan Perlawanan”).
.
Di Sumeria, jilbab sebagai status sosial wajib dikenakan perempuan-perempuan
yang telah menikah. Perempuan Sumeria adalah kepala rumah tangga, suami-suami
mereka adalah pedagang dan pelaut yang lama meninggalkan rumah (El Guindi).
Menurut Muazzez Ilmiye Cig, ilmuan Turki dalam bukunya “My Reactions as a
Citizen,” seorang arkeolog dan pakar Sumeria: jilbab dikenakan oleh
perempuan-perempuan yang bekerja di tempat prostitusi untuk membedakan dengan
perempuan-perempuan biarawati yang berada di kuil.
.
Zaman Assyria ada ketentuan ketat tentang berjilbab: para perempuan bangsawan
wajib berjilbab, para pelayan boleh berjilbab hanya pada saat mengiringi
tuannya, budak-budak perempuan dilarang berjilbab, pelacur tidak boleh
berjilbab kecuali telah dinikai laki-laki, begitu juga budak pelayan kuil yang
belum menikah dilarang berjilbab, dan lain-lain. Di Bynzantium bahkan
gadis-gadis harus tetap mengenakan jilbab dan dikawal saat mandi, hal ini
terkait dengan pemingitan (seclusion).
.
Informasi itu menjelaskan kepada kita bahwa peraturan tentang berpakaian muncul
setelah manusia bermasyarakat/bernegara, dan tentu saja setelah manusia
menemukan pakaian. Pertanyaannya, kapan manusia menemukan pakaian?
.
Para arkeolog menyebut manusia mengalami perubahan kulit secara genetis sekitar
1 juta tahun yang lalu, seiring dengan mulai berkurangnya bulu di tubuh
manusia. Mereka menganggap saat itu adalah waktu yang ideal manusia mengenakan
pakaian untuk menjaga suhu tubuh tetap hangat. Namun dugaan itu dibantah oleh
pendapat lain yang menyebutkan bahwa saat itu manusia belum menemukan teknologi
untuk mengambil kulit binatang. Manusia memiliki teknologi menguliti baru pada
780.000 tahun lalu. Dugaan ini pun dianggap tak kuat sebab manusia bisa
berpakaian dengan menggunakan daun-daunan dan kulit pohon, tak melulu dengan
kulit binatang, lagi pula kulit binatang tidak hanya digunakan untuk pakaian,
juga difungsikan sebagai tenda.
.
Ditemukannya jarum berlubang pada 40.000 tahun yang lalu menunjukkan bahwa
pakaian manusia sudah berkembang lebih kompleks, sebuah teori tentang evolusi
kutu pakaian memberikan jawaban atas dugaan di atas. Hipotesisnya; kutu pakaian
tumbuh, berevolusi, dan hidup di pakaian. Berdasarkan uji sekuensi DNA yang
dilansir tahun 2013 oleh University of Florida, manusia menggunakan pakaian
pada 170.000 tahun yang lalu, pada akhir zaman es. Sekitar 70.000 tahun sebelum
manusia bermigrasi dari Afrika ke daerah yang lebih dingin.
.
Jika manusia baru berpakaian 170.000 tahun lalu dengan model yang pasti sangat
sederhana (5.500 SM Mesir baru memproduksi kain linen, sedangkan Tiongkok baru
menemukan kain sutra pada 4.000 SM), maka kemungkinan konsep aurat juga
mengalami evolusi sesui dengan perkembangan mode dan norma berpakaian di
masyarakat.
.
Tak mungkin norma berpakaian seperti: kewajiban berjilbab dan larangannya di
era Sumeria dan Assyria ditentukan sebelum pakaian ditemukan, pun tak mungkin
ada konsep aurat sebelumnya budaya berpakaian ada. Dipastikan norma berpakaian
muncul setelah teknologi dan budaya berpakain manusia semakin kompleks.
Bukankah dua manusia pertama adalah dua orang yang telanjang (QS al-A’raf ayat
27)?
.
Makinuddin Samin, Penulis Novel Sejarah "AHANGKARA: Sengketa Kekuasaan dan
Agama." dan Novel "RANGGALAWE SANG PENAKLUK MONGOL”
Jilbab bukan dipakai baru baru saja tapi sebelum masehi..
BalasHapusMin kok cerita yang dimuat majalah misteri edisi tahun 2017 awal desember-januari gk dimuat disini sih min???
BalasHapus