Perjuangan Hidup Si Miskin Noor Khasanah di Negeri Belanda
Perjuangan Si Miskin Noor Khasanah Negeri Belanda
Kekayaan
paling berharga adalah iman dan kesabaran. Kenapa saya katakan demikian? Karena
begitu banyak orang kaya yang matinya lantaran bunuh diri. Mereka kebanyakan
menderita stress dan depresi, lalu minum pil tidur secara over dosis dan mati.
Aku juga pernah berencana bunuh diri di Hotel Sangrila, Monaco, negara monarki
di tengah Perancis. Saat itu suamiku sukses sebagai professional dan jatuh
cinta pada perempuan lain. Aku marah, stress, depresi dan tertekan. Lalu, aku
minum pil tidur secara berlebihan dan pingsan. Untung nyawaku tertolong dan
masih bisa hidup sampai sekarang.
Alhamdulillah, saat ini Allah Azza Wajalla
memberikan aku kesabaran dan iman kepada-Nya, hingga aku menjadi kebal dan kuat
menghadapi kenyataan sepahit apapun. Jangankan suamiku pacaran, dia menikah
lagi pun, aku ikhlas. Tapi, ceraikan dulu aku karena aku tidak mau dimadu.
Kini, karena pengalaman itu, aku menjadi
lebih bijaksana mensikapi kehidupan ini. Bijak hadapi masalah yang datang, baik
soal ekonomi, soal anak, soal suami dan persoalana family juga teman-teman.
Semua itu ijin Allah dan aku harus tabah serta sabar dan tawakkal menghadapi
setiap masalah. Ada sekenario Allah yang baik untukku, di balik musibah yang
diberikan-Nya padaku. Aku yakin hal itu karena aku sendiri telah mengalaminya
selam merantau di Negeri Belanda.
Kunci dari langgengnya sebuah pernikahan,
bukanlah karena faktor ekonomi berlebih dan saling mencintai, tapi karena
pengertian. Kita saling bisa menerima kelebihan dan kekurangan pasangan
masing-masing. Juga bersabar serta berjuang keras dalam menghadapi kesulitan,
tantangan dan godaan dari pihak luar yang akan merusak harmoni kehidupan kita.
Alhamdulillah, aku sangat bersyukur karena
banyak kebahagiaan, kenyamanan serta ketenangan yang kudapat dari
sahabat-sahabatku. Mereka bukan hanya berteman saat aku banyak uang dan sukses,
tapi menerima curhatku saat aku kesulitan keuangan dan kesusahan hidup. Mereka
mau menerima aku apa adanya. Dan hal ini sangat mahal nilainya, dan tak bisa
ditukar dengan emas berlian. Sahabat sebaik ini, tak bisa diukur dengan uang
karena harganya sangat tinggi serta sangatlah mahal.
Aku berharap agar Indonesia menerapkan
system pinjaman lunak kepada mahasiswa miskin seperti yang aku alami di Groningen,
Belanda. Atau di beberapa negara Eropa Barat lainnya. Anakku Sky, sulung dari dua anakku, dipinjami
oleh negara uang pinjaman lunak. Hingga dia sarjana, negara yang bayar kampus.
Nanti, setelah Sky bekerja, pinjaman lunak itu dicicil kepada negara. Uang gaji
Sky dipotong sedikit untuk cicilan biaya kuliahnya selama di bangku
universitas. Jadi, orang semiskin apapun, seperti aku, bisa menyekolahkan anak
hingga S3 dengan bantuan lunak oleh negara. Nor Khasanah sebut dirinya orang miskin. Saat masih tinggal di Jakarta Timur, dia yang usia remaja sudah mencari uang di pemakaman. Dia jual minuman di TPU Jakarta Timur. Orangtuanya tidak mampu secara keuangan dan Noor Khasanah mencari uang sendiri untuk biaya sekolah. Karena kerja keras sejak remaja, maka Noor terbiasa kerja keras. Tubuhnya yang langsing, terlatih bekerja dengan kekuatan tenaganya. Di Groningen, hingga kini Noor kerja membersihkan kloset. Benda kotor itu dibuat kinclong dan bening, bersih juga wangi. Noor kerja kasar di hotel berbintang di Groningen, Belanda. Namun Noor tak pernah mengeluh. Dia nikmati pekerjaan itu sambil berzikikrullah. Berserah mendalam kepada Allah Azza Wajalla. Namun dari hasil bekerja kerasnya, Noor bisa berbhakti sosial. Melalui Kiyai Surya Ali Imron di Jakarta Barat, Noor pernah minta kiyai Surya kumpulkan anak yatim dan dibagi rejekinya. Saat itu dia minta anak yatim mendoakan anaknya Sky di saat akan menghadai ujian perguruan tinggi. Kiyai Surya Ali Imron mengumpulkan ratusan anak yatim dan saya juga diundang saat acara santunan itu di rumah Kiyai Surya Ali Imron di daerah Joglo, Jakarta Barat. Alhamdulillah, berkat bantuan Kiyai Surya dan doa anak anak yatim dan pertolongan Allah, maka Sky lulus secara gemilang. Setiap dua tahun, Noor Khasanah kembali ke tanah air. Dia jalan keliling Jawa, Bali dan Jakarta. Terman temannya juga sangat banyak di Indonesia, ada penyanyi op 80-an kondang Heidy Diana, Veronica Murry Sang Drumer Koes Plus, anak anak band milenial dan banyak teman yang selalu merindukan Noor jika balik ke kampung halaman,. Sementara di Belanda, khususnya di Groningen dan Amsterdam, tiap malam libur Noor ke cafe, ke pub dan music lounge untuk kumpel dengan teman-teman bulenya. Para pria bule banyak yang menyenangi Noor. Sebab wajahnya manis khas Asia dan Indonesia. Tubuhnya tidak tinggi, hidungnya tidak mancung dan kulitnya sawomateng. Ternyata di Belanda type wanita seperti ini diuber -uber oleh pria tampan. Bahkan tetangga saya, Poppy dan Mega, yang berwajah Jawa, menikah dengan orang kaya raya. Usahawan kapal pesiar dan punya helikopter pribadi. Tiap minggu mereka melaut atau bersabntai dengan helikopter ke villa mereka di kaki Alpen, Swis. Padahal mega dan Poppy itu berhidung pesek kulitnya coklat. Pekerjaannya di Amsterdam, tadinya, hanya pembantu rumah tangga. Asisten mencuci pakaian, membersihkan rumah dan memasak. Kini semua pekerjaan itu dilepas dan total menjadi usahawan Amsterdam yang sukses. Alhamdulillah!*****
Komentar
Posting Komentar