JOKOWI, HARMONIS DENGAN KELUARGA, MESRA
DENGAN MEDIA
- Ketika kubu sebelah terus meluapkan
kemarahan pada awak media dan pura pura pamer kemesraan dengan sang mantan,
sang petahana Presiden Joko Widodo justru memamerkan kemesraan sesungguhnya
kepada keluarga dan juga pamer kemesraan dengan media.
Di Istana Kepresidenan di Bogor, Sabtu
pagi (8/12), pekan lau, keluarga presiden jalan keliling - lalu berbincang
dengan awak media yang menungunya.
Presiden Jokowi memuji peran media yang
selama ini ikut membesarkannya selain juga mengritiknya. “Sebelum jadi wali
kota atau pas pilkada pertama (2014 pen), siapa sih yang kenal saya? Enggak
ada," ujar Jokowi.
Ditambahkannya, ‘’dikenal itu ketika
media lokal mulai mengangkat, media nasional mulai mengangkat, dari situ
dimulai sebetulnya, ’’ ujarnya ketika menungkap jasa dan kebaikan media.
Tak hanya Jokowi, putra pertamanya,
Gibran Rakabuming, mengapresiasi peran media membesarkan usaha martabak yang
digelutinya hingga dikenal luas masyarakat. “Untuk saya, media itu termasuk
teman-teman yang membesarkan saya, dari mulai nol sampai sekarang. Jadi ketika
ada berita positif saya terbantu, ketika ada berita negatif pun saya terbantu
karena berita negatif itu juga menguntungkan untuk saya. Jadi terima kasih
untuk teman-teman media yang hadir di sini,” ujar Gibran.
Ia kemudian menyebut usaha martabak
yang digelutinya, yang dikenal sebagai “Markobar” atau singkatan dari “Martabak
Kota Barat,” yang dikenal luas di dunia kuliner Indonesia berkat peran media.
“Misalnya Markobar, itu kan cuma makanan kaki lima. Itu kalau enggak dibesarkan
teman-teman media, enggak akan jadi apa-apa," lanjutnya.
Gibran juga menyebut beberapa UKM lain
yang kini menjadi besar dan mendunia, seperti Go-Jek.
Bincang-bincang santai dengan wartawan
di Istana Kepresidenan di Bogor ini menjadi meriah dengan kehadiran dua cucu
presiden, Jan Ethes dan Sedah Mirah. Jan Ethes yang berusia dua tahun, dengan
lugas menyebut satu per satu nama anggota keluarga dengan logat khas anak-anak.
Ia juga memberi salam hormat ketika mendengar kakeknya menyanyikan beberapa
bait lagu “Indonesia Raya.”
“Berkumpul seperti ini sangat sulit.
Saya harus ngomong apa adanya karena masing-masing sudah punya kesibukan
sendiri, kegiatan sendiri,’’ ujar Jokowi. Ditambahkan, keluarga penting untuk
memotivasi, mendorong dan memberikan semangat. “Kalau pas pikiran lagi banyak
masalah, ketemu keluarga itu memberikan semangat dan energi baru.”
SEBAGAI orangtua, Jokowi merasa
bersyukur karena anak-anaknya kini sudah mandiri. "Alhamdulillah saya
selalu bersyukur bahwa diberikan anak-anak yang menurut saya sangat
membanggakan. Bersyukur mereka sudah bisa mandiri. Ada yang jualan kopi, ada
yang jualan martabak, ada yang jualan pisang goreng. Yang penting mandiri,
tanggung jawab sendiri, dan sudah bekerja sendiri. Artinya saya sudah enggak
mikir mereka harus dicarikan pekerjaan apa. Jadi itu yang saya syukuri,"
ungkapnya.
Yang lebih menggembirakan lagi adalah
ketika diberi dua cucu, satu laki-laki dan satu perempuan. Jan Ethes, yang
berusia dua tahun, adalah anak pasangan Gibran dan Selvi Ananda. Sementara
Sedah Mirah, yang baru berusia beberapa bulan, adalah anak pasangan Kahiyang
Ayu dan Bobby Nasution.
“Nikmat ada cucu laki-laki, cucu
perempuan. Jan Ethes sudah, Sedah Mirah sudah. Lengkap!” tutur Jokowi dengan
sumringah. “Saya selalu malah bisa video call Jan Ethes, jam 9 atau 10 malam,
jika tidak ada kegiatan di luar kota yang sampai tengah malam, saya video call
dia sebelum tidur,” tambahnya.
Jokowi dan keluarga mengakui bahwa
kritik kerap dilayangkan pada mereka. “Comment negatif pasti selalu ada, dari
jaman Bapak jadi walikota, gubernur hingga pemilihan presiden kedua ini, ya ada
comment negatif terus. Yang penting keluarga tidak reaktif,” ujar Gibran.
Presiden mencatat sejarah baru,dmana
anak anak tak meneruskan usaha ayahna berpolitik, dan berbisnis yag berkait
dengan poitikdan kekuasaan. Namun segala kesalahan terus ditimpakan kepadanya,
hal hal kecil dperbesar.
KINI terpulang pada rakyat, akah terus
memilih presiden yang terus merakyat rajin membangun, bisa menjadi imam bagi
keluarganya, benar benar harmonis dengan anak cucu, berasal dari rakyat jelata,
tidak bermegah-megah diri, mampu mengontrol emosi - atau memilih capres anak
Menak, mantan jendral, yang mesra dengan pasangan lima tahun sekali - hanya
menjelang Pilpres - rajin mengumpulkan orang orang sangar, didukung kelompok
intoleran-radikal yang enteng mengkafirkan mereka yang beda golongan -
menghalalkan segala cara dalam kampanyenya dan memaki siapa saja yang tak
mendukungnya. Termasuk awak media. Dimas
Supriyanto***
Komentar
Posting Komentar