“Keislaman Dipertanyakan,
Prabowo Tinju Meja di Depan Ulama”
19 DECEMBER 2018
Jakarta - Tulisan mantan penasihat Persaudaraan Alumni 212 Usamah Hisyam
beredar di media sosial. Dalam tulisan itu, Usamah berkisah tentang Prabowo
yang disebutnya meninju meja saat diadakannya forum Dewan Penasihat PA 212
karena memprotes keislamannya dipertanyakan.
Tulisan Usamah yang dimuat di situs muslimobsession tersebut diviralkan
sejumlah pihak di media sosial seperti Twitter. Redaksi detikcom telah meminta
konfirmasi Usamah mengenai tulisan tersebut dan Usamah menyatakan tulisan itu
memang miliknya. Tulisan tersebut diberi judul 'Prabowo Marah Meninju Meja,
Para Ulama Terperangah'. Dalam tulisan tersebut, Usamah juga menjelaskan
alasannya mundur dari PA 212. Namun, perihal Prabowo meninju meja ditegaskannya
bukan alasan utamanya mundur dari PA 212.
"Tulisan saya itu benar, tapi intisarinya bukan itu kan. Itu betul tulisan
saya. Firmed saya yang nulis," kata Usamah saat dihubungi detikcom, Selasa
(18/12/2018).
Intisari yang dia maksud di tulisan itu, mengenai alasan Usamah mundur dari PA
212. Usamah menegaskan alasan dia mundur dari PA 212 karena, menurutnya, PA 212
sudah jadi bagian dari timses salah satu calon presiden.
Dalam cerita versi Usamah yang viral itu, dia bercerita bahwa dia ingin
memperjuangkan calon pemimpin yang benar-benar kaffah (sepenuhnya) sebagai
muslim. Dia ingin Habib Rizieq Syihab maju pilpres, namun menurutnya Habib
Rizieq menolak.
Usamah yang juga Ketum Parmusi, lanjut mengisahkan tentang forum Dewan
Penasihat PA 212. Saat isoma Dewan Penasihat PA 212 berlangsung, kata dia, ada
ulama yang berbisik kepadanya mengenai calon pemimpin muslim yang kaffah.
Menurutnya, ada ulama yang berkata kepadanya bahwa argumentasinya benar namun
ada kecurigaan bahwa dia menolak Prabowo.
"Masya Allah, kita mau bahas ijtima' ulama kok malah suuzhon? Bahas dulu
figur yang memenuhi kriteria pemimpin muslim kaffah, baru bicara Jokowi.
Bukankah lemah di mata manusia, belum tentu dihadapan Allah subhanahu wa
ta'ala?" kata Usamah dalam tulisannya.
Usamah melanjutkan ceritanya. Semua ketegangan bermula sesaat setelah isoma
berakhir tepat pukul 19.30 WIB. Seluruh Penasihat PA 212, disebut Usamah,
kembali ke ruang rapat. Tak lama berselang, lanjut Usamah dalam tulisannya,
Prabowo Subianto masuk ke ruang rapat, menyusul sejumlah Sekjen Partai seperti
Ahmad Muzani (Gerindra), Eddy Soeparno (PAN), dan Afriansyah Ferry Noor (PBB).
Setelah Amien Rais mencabut skorsing rapat, masih menurut cerita versi Usamah,
Amien mempersilakan Prabowo Subianto untuk berbicara, memberikan penjelasan apa
yang akan diperjuangkan bila didukung PA 212. Namun, Usamah mengatakan reaksi
Prabowo di luar dugaan.
"Di luar dugaan, pada mukadimah, Prabowo bicara kencang. Dengan nada suara
tinggi, ia memprotes pihak-pihak yang meragukan kualitas keislamannya,
ibadahnya, kemampuannya mengaji dan menjadi imam shalat. Yang sangat
mengejutkan, ia berbicara sambil meninju keras meja rapat di depannya, sampai
lima kali tinju, sehingga para ulama dan tokoh-tokoh yang hadir terperangah.
Suasana menjadi tegang," tulis Usamah dalam situs muslimobsession.
"Sampai presentasi Prabowo selesai, forum rembuk Dewan Penasihat 212 itu
pun tak pernah lagi membahas rekomendasi pencalonan Prabowo Subianto. Pertemuan
malam itu seakan-akan menjadi legitimasi bahwa PA 212 secara resmi
merekomendasikan Prabowo Subianto. Tak ada lagi musyawarah, apalagi voting.
Saya juga tak bisa berbuat apa pun lagi. Kecuali terpekur, bagaimana bila
suasana rapat kabinet seperti itu? Wallahu a'lam. Akhirnya, Ijtima' Ulama 1
berlangsung secara mulus mengajukan nama tunggal Prabowo sebagai capres.
Sejumlah ustadz dan tokoh pergerakan Islam yang dianggap akan memperjuangkan
HRS dan akan menolak pencalonan Prabowo, tak memperoleh undangan sebagai peserta
ijtima' ulama. Mereka dianggap barisan yang hendak menggagalkan pencalonan
Prabowo. Mereka tak diundang dalam ijtima ulama, termasuk saya. Itulah
permainan politik tingkat tinggi panitia dengan menggunakan baju ijtima'
ulama," sambung Usamah masih dalam tulisannya.
Usamah lalu berbicara soal Ijtimak Ulama I yang menurutunya digunakan untuk
kepentingan menggolka Prabowo sebagai capres.
"Dalam Ijtimak Ulama juga protes, seperti dalam tulisan saya, nggak usah
saya baca lagi, kamu bacalah tulisan saya itu, saya protes standar pemimpin
yang harus dipenuhi dalam sebuah ijtimak ulama itu harus sesuai Alquran dan
sunah. Standar pemimpin muslim ya, dalam sebuah ijtimak, waktu itu kan kita ada
calonnya Prabowo, Habib Rizieq, ada Zulkifli Hasan, ada Yusril Ihza, ada Tuan
Guru Bajang. Masak dari 5 itu kemudian Prabowo yang dianggap memenuhi standar
Ijtimak Ulama. Kalau perhitungannya ijtimak politik, boleh Prabowo," sebut
Usamah.
detikcom telah meminta konfirmasi dari Kadiv Hukum PA 212 Damai Hari Lubis.
Damai menegaskan dirinya tak pernah mendengar dan melihat kejadian yang
dimaksud Usamah. Menurut dia, ada kepentingan pribadi Usamah terkait tulisan
tersebut.
Sementara itu, anggota Badan Komunikasi DPP Partai Gerindra Andre Rosiade saat
dikonfirmasi detikcom juga menegaskan bahwa tulisan Usamah sama sekali tidak
benar. Bahkan, Andre mempertanyakan kredibilitas tulisan tersebut lantaran
menurutnya Usamah Hisyam punya latar belakang sebagai pendukung capres petahana
Joko Widodo. *****
Komentar
Posting Komentar