MUNDUR DINI SOEHARTO
POTONG AMBISI
PRABOWO
Pengunduran diri Soeharto yang terlalu dini
sebagai presiden, menggagalkan ambisi-ambisi Prabowo. Maka, dia melampiaskan
kemarahannya pada BJ Habibie. Malapetaka bagi Indonesia - dan mimpi buruk bagi
Asia Tenggara - mungkin akan terjadi, jika tidak datang sebuah perintah kepada
Jendral Wiranto agar membebas-tugaskan jenderal yang berbahaya dan di luar
kontrol itu dari posisinya sebagai Pangkostrad.
Itulah
narasi pembuka laporan investigasi yang ditulis Jose Manuel Tesoro untuk
majalah ‘Asiaweek’ Vo. 26/No. 8, yang terbit 3 Maret 2000 lalu.
Letjen
Prabowo membawa tentaranya ke halaman istana. Lalu dengan menyandang senjata
memasuki ruang kerja Presiden BJ Habibie. Tetapi akhirnya dia dapat dikalahkan.
Usaha kudetanya ini adalah puncak dari drama sepuluh hari di sekitar jatuhnya
Soeharto, pemimpin Indonesia yang memerintah selama 32 tahun.
“Saya
tak pernah mengancam Habibie,” bantahnya mengenai kedatangannya ke Istana
Merdeka. Prabowo juga membantah merencanakan kerusuhan Mei untuk melawan etnik
Cina di Indonesia sebagai jalan menjatuhkan Wiranto atau Soeharto.
“Apa
motivasi kami merancang kerusuhan, ” ia bertanya. “Kepentingan kami adalah
mempertahankan kekuasaan. Saya bagian dari rezim Soeharto. Jika Pak Harto
bertahan tiga tahun lagi, saya mungkin sudah jadi jenderal bintang empat, “
dalihnya. “Mengapa saya harus membakar ibukota? Itu bertentangan dengan
kepentingan saya, selain berlawanan dengan prinsip saya.”
BJ
HABIBIE dalam buku memoarnya, “Detik-detik yang Menentukan. Jalan Panjang
Indonesia Menuju Demokrasi” (2006) mengungkapkan pertemuan dan percakapannya
yang berlangsung ‘panas’ di Wisma Negara, pada 22 Mei 1998. (halaman 111)
Prabowo
menghadap BJ Habibie di Istana Merdeka untuk mempertanyakan pencopotan dirinya
dari jabatan Pangkostrad. Percakapan antara Habibie dengan Prabowo itu
dilakukan dalam bahasa Inggris - seperti kebiasaan mereka ketika bertemu.
"Ini suatu pengghinaan bagi keluarga saya dan keluarga mertua saya
Presiden Soeharto, Anda telah memecat saya sebagai Pangkostrad," kata
Prabowo.
"Anda
tidak dipecat, tetapi jabatan Anda diganti," jawab Habibie.
"Mengapa?"
tanya Prabowo.
Habibie
menjawab bahwa itu dilakukan karena dia mendapat laporan dari Panglima ABRI
tentang adanya gerakan pasukan Kostrad menuju Jakarta, Kuningan dan Istana
Merdeka. "Saya bermaksud untuk mengamankan Presiden," kata Prabowo.
"Itu
adalah tugas Pasukan Pengamanan Presiden yang bertanggung jawab langsung pada
Pangab dan bukan tugas Anda," jawab Habibie kepada Prabowo.
"Presiden
apa Anda? Anda naif!" jawab Prabowo dengan nada marah.
"Masa
bodoh, saya Presiden dan harus membereskan keadaan bangsa dan negara yang
sangat memprihatinkan," jawab Habibie.
Percakapan
BJ Habibie dengan Prabowo terus berlangsung memanas, sampai Sintong Pandjaitan,
selaku penasehat presiden, mengingatkan waktu bicara (empat mata) keduanya
habis, dan meminta Prabowo meninggalkan ruangan, karena Presiden BJ Habibie
akan menerima tamu berikutnya, yaitu Ginanjar Kartasasmita.
DARI
VERSI PRABOWO Subianto, dia mengungkapkan kedekatan dia dengan BJ Habibie
sebelumnya. Dia banyak berdiskusi dengan BJ Habibie dan diplomat asing dan
bahkan menyarankan Soeharto mengundurkan diri – diskusi mana yang dianggap
Soeharto menyimpulkan Habibie dan Prabowo berkhianat padanya.
“Saya
masih ingat Habibie mengatakan: ‘Prabowo, jika kamu sedang bingung, datang saja
pada saya dan jangan memikirkan tentang protokol’...” kenang Prabowo. “Saya
mengenal beliau sudah lama. Saya rasa, oke, saya akan ketemu Habibie. Dia ada
di istana. Jadi, saya pergi ke sana.”
Sebagaimana
diceritakan Letjen TNI. Sintong Panjaitan, setelah menyerahkan senjata di depan
pintu dalam pemeriksaan pengawal presiden, dia berjalan ke ruangan presiden.
“Dia mencium kedua pipi saya,” kata Prabowo. “Saya berkata: Pak, tahukah Bapak
bahwa saya akan digantikan hari ini? ‘Ya, ya, ya,’ katanya.
“Mertuamu
memintaku untuk menggesermu. Itulah yang terbaik. Jika kamu ingin mundur dari
kemiliteran, saya akan menjadikanmu duta besar di Amerika Serikat,” kutip Prabowo.
“Itulah yang dia katakan,” katanya.
"Atas
nama ayah saya, Prof Soemitro Djojohadikusumo dan ayah mertua saya Presiden
Soeharto, saya minta Anda memberikan saya tiga bulan untuk tetap menguasai
pasukan Kostrad," kata Prabowo.
Habibie
menjawab dengan nada tegas, "Tidak! Sampai matahari terbenam anda sudah
harus menyerahkan semua pasukan kepada Pangkostrad yang baru. Saya bersedia
mengangkat anda menjadi duta besar di mana saja!"
"Yang
saya kehendaki adalah pasukan saya!" jawab Prabowo.
"Ini
tidak mungkin, Prabowo," tegas Habibie .
Ketika
perdebatan masih berlangsung kian memanas, Letjen Sintong Panjaitan masuk
sembari menyatakan kepada Prabowo bahwa waktu pertemuan sudah habis.
"Jenderal, Bapak Presiden tidak punya waktu banyak dan harap segera meninggalkan
ruangan," kata Sintong, yang saat itu menjabat sebagai penasihat militer
presiden.
Prabowo
mengatakan jika dia sangat terkejut. “Oh Tuhan, ada apa ini?” dia coba
mengingat. “Dalam benak saya (Habibie) waktu itu masih me-mercayai saya, tetapi
dia telah dihasut.
Sekitar
tanggal 21 Mei 1998, selaku Pangab, Jendral Wiranto melapor kepada
Presiden/Pangti Soeharto – dan juga kepada BJ Habibie - mengenai pergerakan
Prabowo tanpa sepengetahuannya. Menanggapi laporan itu, Soeharto langsung
“menginstruksikan” agar Prabowo segera dilepaskan dari pasukan. “Copot saja
Prabowo dari Kostrad!” perintahnya.
Konon,
Pangab Wiranto masih sempat bertanya lagi, apakah Prabowo harus dilempar ke
teritorial, ke Irian Jaya, atau entah ke mana? “Ndak usah, kasih saja pendidikan.
Bukankah keluarganya intelektual,” tegas Soeharto, bernada menyindir keluarga
Sumitro.
Syahdan,
setelah dicopot dari jabatan Panglima Kostrad, Prabowo dikirim ke Bandung
menjadi Komandan Sesko ABRI. Tak lama kemudian Dewan Kehormatan Perwira
dibentuk, diketuai oleh Jenderal TNI Subagyo Hadi Siswoyo. Prabowo menjalani
serangkaian pemeriksaan, dan karir militernya pun berakhir.
SELAMA
24 TAHUN, Prabowo menjadi anggota militer Indonesia yang setia mengikuti
perintah Soeharto. Dia telah membangun pasukan khusus yang elitis, Kopassus,
menjadi begitu besar. Prabowo juga telah menikahi putri kedua presiden dan
menikmati kekayaan, kekuatan, dan kebebasan dari pertanggungjawaban hukum yang
dinikmati oleh “The First Family”.
Menjelang
peristiwa Mei, Prabowo telah nyaman berada di pusat kekuasaan. Pada Maret 1998,
dia telah dipromosikan dari Danjen Kopassus menjadi Panglima Komando Strategi
Angkatan Darat – Pangkostrad. Jabatan baru itu membuatnya menjadi seorang
jenderal bintang tiga.
Teman
sejawatnya di Kopassus, Mayor Jenderal Syafrie Syamsuddin telah menjadi
Komandan Garnisun Ibukota sejak September 1997. Mantan pimpinan Kopassus
sebelum Prabowo, Jenderal Subagyo Hadisiswoyo, telah menjadi KSAD. Sekutunya
yang lain, Mayor Jenderal Muchdi Purwopranjono, menjadi bos Kopassus yang baru.
Dia
juga mengaku menculik – dengan dalih “mengamankan” - sembilan aktivis pada awal
1998, dimana beberapa di antaranya disiksa. Sekitar 12 orang lainnya yang
diyakini telah diculik pada operasi yang sama, hingga kini tak ada kabarnya.
KELUARGA
CENDANA marah mengapa Prabowo membiarkan mahasiswa menduduki gedung MPR/DPR.
Mereka curiga bahwa itu disengaja sebagai bagian dari konspirasi untuk
menjatuhkan Soeharto.
Untuk
membela diri, Prabowo menulis surat kepada Soeharto. Tapi, justru surat Prabowo
itu dinilai tak pantas oleh keluarga Cendana.
Siti
Hardiyanti Hastuti (Tutut) dan Mamiek (Siti Hutami Endang Adiningsih),
marah-marah kepada iparnya itu. “Kamu ke mana saja dan mengapa membiarkan
mahasiswa menduduki Gedung MPR/DPR?”
Prabowo
kala itu menyahut, apakah dia harus menembaki para mahasiswa itu?
Dia
juga menggambarkan sekilas keadaan di rumah jalan Cendana, yang membalikkan
keadaan – dari seorang menantu kesayangan, berparas tampan rupawan dan berkarir
cemerlang, menjadi seorang laki laki pecundang.
Di
ruang dalam, kata Prabowo, duduk keluarga besar Soeharto dengan Wiranto. Yang
pertama muncul adalah Siti Hutami Endang Adiningsih (Mamiek), putri bungsu
Suharto. Prabowo masih mengingatnya: "Mamiek menatap saja dengan jari
menunjuk satu inchi dari hidung saya dan berkata: 'You traitor! Pengkhianat!' “
Lalu, “Jangan injak kakimu di rumah saya lagi!”
Lalu, “Jangan injak kakimu di rumah saya lagi!”
Prabowo
pun keluar. “Saya menunggu. Saya ingin masuk, saya memerlukan penjelasan. Di
sana ada isteri saya. Menangis."
Lalu
Prabowo pulang.
Malam
hari sebelum pengumuman, Prabowo menelepon kepada ayahnya, Sumitro
Djojohadikusumo, memberitahu, bahwa ia akan disingkirkan.
“Saya
dikhianati,” kata Prabowo.
Oleh
siapa? “Papi nggak percaya kalau saya bilang, saya dikhianati oleh mertua. Dia
bilang kepada Wiranto, singkirkan saja Prabowo dari pasukan,” Prabowo mengadu.
SETELAH
menjalani serangkaian pemeriksaan Dewan Kehormatan Perwira (DKP) dan karier
militernya berakhir, Prabowo kemudian memutuskan untuk menjadi pengusaha di
luar negeri - menyusun hidup yang baru - sebagai warga sipil. Dia mendapat
dukungan sahabatnya, Raja Jordania, Abdullah II Ibnu al-Hussein, sesama alumni
sekolah militer khusus di Amerika Serikat, Fort Benning.
Menjelang
berangkat, Prabowo sempat melapor kepada Pangab Jenderal TNI Wiranto. Kala itu
Wiranto berkomentar singkat : “Ya, sudah pergi saja ke luar, tak apa-apa.
Jauhkan pikiran kamu dari Mahmil!” ***
Komentar
Posting Komentar