SAYA PERCAYA DUKUN
–
Saya tidak sedang mencari sensasi dan publisitas murahan, atau ingin ngetop -
atau sengaja biar jadi gosip. Tapi saya sedang serius menyatakan bahwa saya
percaya dukun. Saya percaya pada ramalan-ramalan. Saya percaya pada campur
tangan tenaga gaib lewat beberapa manusia pilihan.
Pada
saat yang sama, saya juga tegaskan, bahwa 99% orang yang mengaku dirinya
seorang dukun, paranormal dan bisa meramal adalah penipu!
Sebagai
karyawan bagian redaksi, saya pernah mendapat tugas dari kantor untuk menagih
utang kepada sejumlah paranormal yang pasang iklan praktiknya di media saya dan
mereka susah ditagih. Nunggak antara puluhan hingga ratusan juta. Marak di awal
tahun 2000-an. Bagian iklan angkat tangan. Perusahan berharap, dengan didatangi
wartawan, bisa ada hasil. Dan memang iya.
Ciri
ciri yang mengaku dukun (palsu) adalah, meski muda belia, seumuran, tapi mereka
minta dipaggil ‘Ki’, 'Mbah’, 'Eyang' , ‘Kyai’ atau panggilan ‘ajaib’ lainya.
Bukan panggilan biasa, ‘Mas’, ‘Pak’ , 'Bang' atau ‘Bung’. Itu bagian dari
taktik dagang saja – alias trik marketing.
Dengan
taktik jurnalistik – pura pura ingin wawancara, saya ajak mereka ngobrol - saya
interview mereka dan mengajukan pertanyan pertanyaan jebakan, sampai kemudian
terungkap trik trik mereka, yang kurang lebihnya praktik perdukunan mereka
merupakan aksi sulap dan permainan ilmu fisika saja.
Hal
yang menakjubkan adalah mereka dipercaya oleh para pejabat, baik militer,
kepolisian maupun sipil - ibu ibu orang kaya dan pengusaha. Saya diperihatkan
foto foto kebesamaan mereka, dan nampak intim, baik di kantor maupun di
rumahnya. Klien yang merasa cocok, dengan murah hati memberi mereka duit banyak
- yang membuat hidup mereka pun berubah. Ikut ikutan jadi hedonis, meski
pampilan sok mistis. Lalu ‘mis manjemen’ dan akhirnya terjebak utang. Antara
lain tidak bisa bayar iklan promosi praktik perdukunan mereka di koran saya.
DUNIA
MEDIS barat modern, seperti yang kita kenal sekarang, lewat rumah sakit, klinik
dan dokter dokter pelaksananya, baru datang ke bumi Nusantara kita, seratus
tahun terakhir atau lebih. Namun ratusan tahun - bahkan ribuan tahun sebelumnya
- para dukun lah yang menyelamatkan nenek moyang kita, dari kepunahan -
sehingga spesies Melayu Jawa yang pesek dan sawo matang, seperti saya ini -
bisa bertahan hidup dan beranak pinak di tanah Jawa. Dengan ramuan, jamu jamu,
rempah rempah, doa doa, tongkat dan keris sakti, atau perangkat apa saja sesuai
zamannya.
Tak
perlu saya membeberkan begitu banyak cerita pengalaman mereka yang sembuh dari
sakitnya yang parah, setelah ditangani dukun dan tenaga non medis barat modern.
Setelah dokter angkat tangan.
Isteri
saya salah satunya.
Isteri
saya pernah menderita kesakitan amat sangat pada bagian kemaluannya, dan saya
membawanya ke dokter dan rumah sakit. Mendapat banyak obat. Awalnya diduga kena
infeksi saluran kencing. Seharusnya bisa sembuh dengan kapsul anti radang dan
antibiotik.
Nyatanya
berhari hari kesakitan, dan kesakitannya terjadi di tengah malam. Isteri saya
merintih dan minta ampun, dan minta maaf kalau terjadi apa apa. Saya panik.
Lalu saya telepon Ibu Mertua (alm) di Bandung, dan beliau datang. Kami pun
dibawa menuju Tangerang.
Isteri
saya yang datang dengan tubuh dipapah, tak bisa menutup belahan pahanya, dan
terus merintih kesakitan, kami bawa ke ‘orang pinter’. Dia sana dia didoakan
dan ditempeli besi tua, seperti keris karatan, bentuknya jelek, tidak artistik
sama sekai. Ajaib. Setelah itu, dia sembuh sama sekali. Isteri saya yang semula
terus merintih bisa senyum dan ketawa, dan mengambil alih kemudi mobil yang
kami bawa, saking girangnya.
Saat
itu saya meyakini kehebatan seorang dukun. Dengan fasih Mbah Dukun menunjukkan
tanda tanda ‘permainan’ orang Banten, Indramayu, dan Cirebon. Dia bisa “uji
forensik” lewat suara isteri saya, ketika sedang diobati dan ‘kemasukan’.
Sayangnya
kini Beliau sudah meninggal.
SELAIN
di bidang penyembuhan, dukun yang jago meramal dan saksi kejadian masa depan
yang hidup dan membicarakannya di masa kini - juga ada. Dukun penyembuh dan
dukun yang membantu seseorang dengan kekuatan gaib yang sesungguhnya memang
ada. Tapi mereka biasanya tidak menyebut diri sebagai dukun. Orang lain lah
yang memberikan predikat itu padanya.
Beberapa
waktu lalu heboh ada penyanyi yang tidak begitu ngetop, karirnya biasa biasa
saja, ternyata, bisa menggaet anak (mantan) presiden dan dikawin sebagai
isterinya, menggantikan posisi mantu presiden sebelumya, yang berwajah
aristokrat, intelek dan menak. Padahal penyanyi itu berwajah ayu 'ndeso'.
Kebetulan asal usulnya juga sekabupaten dengan saya.
“Siapa
dulu, dong, dukunnya!” sejumlah rekan artis, wartawan, bahkan produser,
menggunjingkan itu. “Dukunnya hebat, “ teriak yang lain, sambil angkat jempol.
PADA
MASA ORDE BARU, hampir semua pejabat punya dukun. Dari tingkat kepala dinas
hingga menteri punya, piara dan rajin ke dukunnya masing masing. Bahkan juga
presiden. Makin tinggi jabatannya makin hebat dukunnya, bahkan bukan hanya
satu, melainkan dua atau tiga dukun.
“Sekarang pun masih, “ kata kawan saya, yang masih kerja di media cerita mistik.
“Sekarang pun masih, “ kata kawan saya, yang masih kerja di media cerita mistik.
Menurut
antropolog Jerman yang banyak menulis kehidupan mistik orang Jawa – mereka yang
tak sanggup menanggung beban berat di luar kemampuannya, akan beralih dan
mengandalkan kekuatan mistis. Ketika orang Jawa – dan juga suku lain di
Nusantara ini - menerima jabatan penting, dengan tanggung jawab besar, apalagi
banyak saingan – maka dia akan meminta dukungan kekuatan mistis. Dalam hal ini
dari dukun, kyai, ajengan, habaib atau apa saja. Yang intinya sama: orang arang
punya kemampuan gaib. Supranatural.
DALAM
percakapan santai maupun serius, betapa sering, kawan lama atau kawan baru kita
menyebutkan kalimat ini : “Dulu saya pernah diramalkan bakal....”
Kata
kata itu menegaskan bahwa ramalan dari “orang pintar” begitu berkesan bagi
setiap orang, dan “orang pintar” punya arti sesuatu dalam memorinya, untuk
waktu yang lama, baik ramalan itu benar atau meleset. Sebab, setiap orang akan
menerima ramalan lebih dari satu kali, ketemu lebih dari satu peramal.
“Ada
yang meramalkan saya begini..ada yang beramalkan begitu.., “ begitulah katanya.
“Kenyatanya saya begini...dan begitu..” lanjutnya. Apakah benar atau meleset,
dia tak pernah lupa bahwa dia pernah diramal.
Saya
pernah ngobrol panjang dengan model papan atas era 1990-an, perempuan Indo,
asal Bandung, setengah curhat dia menyataan: ”Saya pernah diramalkan akan
menikah dengan suami orang, dan itu kejadian,” tuturnya lirih. “Setengah mati
Mama saya mencegah, tetap saja saya jadi isterinya, “ curhatnya.
Bersama
adiknya, yang juga supermodel (kini dikenal artis sinetron) dia menjadi isteri
konglomerat, maesenas seni, musisi, kolektor barang 'branded', suka membaca dan
mengoleksi novel novel Sidney Sheldon. Pendeknya, dia manusia modern pada
masanya. Sangat rasional dan bahkan menjadi trendsetter, biasa tampil di
majalah majalah wanita terkemuka, sebagai ikon fashion. Tapi dia percaya
ramalan.
PADA
MASA REMAJA saya, di akhir 1970-an, di kaki lima Jl. Kawi, Manggarai, ada
banyak dijual buku tipis tentang rajah tangan alias ‘palmistry’, dan saya
pernah iseng membelinya. Murah meriah. Lalu membaca, mempelajarinya dan pura
pura mempraktikanya, yang ternyata sangat berguna, setelah jadi wartawan –
beberapa tahun kemudian.
Setiap
kali ketemu artis cantik, wajah baru, yang ‘nggemesin’, sembari wawancara saya
minta dia menyodorkan sebelah tangan. “Coba, lihat telapak tanganmu.. yang
kiri...”
Masa
itu, mereka langsung tahu apa yang saya mau. Lalu dengan akting sok serius,
mata saya menyusuri garis tangannya, yang kiri.
“Lihat
yang kanan,..” saya sok serius lagi, meminta dan mengamati garis garisnya lagi,
sembari pasang ekspresi sok mikir.
“Gimana,
Mas? “ dia menanyakan, tak sabar. Tandanya, umpan saya masuk. Saat itulah, saya
pegang dan remas tangannya. Saya tatap wajahnya yang cantik jelita, lekat
lekat.
“Gini,
ya, Sayang, “ kata saya sembari mengelus elus tangannya yang lembut. “Kamu akan
menikah dengan laki laki yang nggak kamu cintai, tapi dia ‘kan menyayangi kamu
setengah mati, “ kata saya. “Hidup kamu akan bahagia..” bisik saya, bernada
serius.
Wajahnya
nampak cerah. “Alhamdulillah. Nggak apa apa, deh. Kebetulan cowok yang saya
cintai juga menyebalkan, ” jawabnya girang. Dia lalu membalas remasan tangan
saya, dan setelah itu tidak saya lepas lagi. “Apalagi, Mas? Apalagi, Mas.. ? “
dia ketagihan. Dan remasan saya pun pindah area.
Saya
punya banyak cerita dan bisa fasih menyebut mana dukun palsu dan peramal palsu.
Tahu,
kenapa? Karena saya pernah jadi salah satunya! **

Komentar
Posting Komentar