Emak Emak Venezuela Jual Rambut Demi Roti dan Susu: Apa Kita Mau Seperti Itu?
Dimas Supriyanto
Seorang teman bercerita bahwa sekelas jendral bintang dua dan bintang tiga percaya bahwa Prabowo dicurangi dalam Pilpres 2019 ini. Dia mencurahkan isi hatinya itu, setelah mencuri dengar dari obrolan mereka di sebuah cafe. Bahkan mereka menuding lembaga 'quick count' cuma akal akalan.
Saya pun balas bercerita bahwa sekelas redaktur di jajaran para jurnalis ibukota, wartawan dengan jam terbang puluhan tahun - juga percaya bahwa Prabowo bisa menyelamatkan negeri ini dari berbagai masalah yang sedang membelitnya. Sebaliknya mereka membenci Jokowi sebegitu rupa.
Saya sendiri tak tahu apa yang dimaksud masalah membelit Indonesia kini. Siapa pun yang akan dilantik sebagai Presiden RI di Istana Negara akan menghadapi masalah yang sama : pemerataan kesejahteraan dan keadilan, kesenjangan kaya miskin - pertumbuhan ekonomi dan pembangunan yang terus berlanjut di tengah kompetisi global. Dan korupsi yang meruyak di semua lini.
Tapi di tangan Prabowo? Dia sanggup melakukannya ? Saya tidak yakin! Dalam kampanyenya dia menjanjikan banyak hal yang sulit diwujudkan: serba murah, serba mudah, serba cepat.
Saya kira dia memerlukan kawanan jagoan dari komik Marvel untuk membantunya.
Tapi sebagai demokrat - yang tidak memilih Partai Demokrat - saya pun akan menerima dan mengakuinya sebagai Presiden RI - seandainya suara mayoritas di Pilpres 2019 ini memilihnya dan KPU menetapkannya - seseuai hitungan akhir tak lama lagi.
Konskwensi dari sistem demokrasi dan ikut pemilu adalah siap menang dan siap kalah.
Tapi menerima Prabowo Subianto sebagai Presiden RI - dan meyakini dia bisa menyelesaikan masalah bangsa ini - adalah dua hal yang berbeda.
Mengapa saya berani menyatakan, Prabowo tak akan bisa menyelesaikan problem bangsa kita saat ini ? Gampang jawabnya: orang orang yang mendukungnya. Selain pribadi Prabowo sendiri.
Siapa yang diandalkan Prabowo untuk memperbaiki Indonesia? Kwik Kian Gie, Rizal Ramli? Hatta Rajasa? Amin Rais? Memangnya pernah bikin terobosan apa mereka sebelumnya ? Masing masingnya sudah pernah diuji pada pemerintahan sebelum ini dan tak menunjukkan karya cemerlang. Bahkan cenderung gagal.
Prabowo tidak punya reputasi memimpin sipil. Tidak punya. Dia berbisnis dan mengelola perusahan tapi mananggung hutang triliunan rupiah pada bank, berbulan bulan tak membayar gaji karyawan di perusahaan kertasnya - sedangkan perusahaannya yang lain menguasai lahan ratusan ribu hektar - dan itu menunjukkan dirinya lebih berwatak juragan - bukan pelayan rakyat.
Grup Cendana yang ikut di belakangnya jelas akan akan ambil untung, bila Prabowo jadi Presiden RI, dengan menghidupkan kembali pola kekuasaan dan ekonomi Orde Baru, yaitu monopoli dan oligopoli.
Kalau anak anak Cendana peduli dengan rakyat seharusnya sudah ditunjukkan oleh mereka dari dulu - tanpa berpolitik. Nyatanya 'kan tidak?! Karena memang tak ada DNA-nya. Mereka tumbuh besar sebagai anak diktator dan anak presiden yang mendapat kemudahan untuk semua urusan dan utamanya dalam bisnis mereka. Dan mereka hanya memikirkan diri sendiri. Bahkan sudah menjadi rahasia umum mereka saling rebutan bisnis di antara sesamanya.
Kartel kartel dan mafia Orba akan kembali - tak salah lagi. Jadi kesejahteraan rakyat akan didapat lewat subsidi-subsidi yang tidak mendidik - yang dalam jangka panjang akan menjadi penyakit menahun, kanker, yang akan ditanggung oleh penerusnya.
Venezuela adalah contoh. Negara kaya minyak di Amerika Selatan yang memanjakan rakyat dengan subsidi itu dalam waktu singkat telah menjadi negara gagal. Ibu ibu di sana bahkan menjual rambutnya demi membeli roti dan susu.
Serba murah dan serba gampang adalah tagline Orde Baru yang akan dihidupkan di era pemerintah Prabowo Subianto. Dengan subsidi dan monopoli.
Saya kira kita memang sedang mengalami pendangkalan kecerdasan. Orang orang yang berpengaruh dengan sengaja melakukan pembodohan kepada rakyat.
Lihat saja, dia tak malu menuding diri sendiri. Dia sebut elite kita tak peduli rakyat - padahal dia menjadi bagiannya. Elite hanya menumpuk kekayaan - dan dia salahsatunya. Elite menguasai 90 kekayaan dia juga termasuk di dalamnya.
Apakah Joko Widodo masuk dalam daftar tudingan itu ? Jelas tidak. Dia sedang menuding diri sendiri. Bluffing. Bahkan berhalusinasi..
Tapi kita tak sendiri. Amerika Serikat pun begitu. Bahkan mereka memilih Donald J. Trump, dan menjadikannya presiden.
Trump, pemimpin yang anti imigran, anti hispanik dan anti muslim akhirnya dinobatkan jadi presiden dan berkantor di Gedung Putih, padahal Amerika merupakan 'melting plot', negara perantauan bagi bangsa bangsa lain - dimana semua pendatang dari seluruh dunia berkumpul dan berkomitmen sebagai warga Amerika Serikat dalam dunia baru.
Semua warga AS adalah pendatang. Sedangkan Amerika Pribumi sesungguhnya adalah warga Indian, suku Sioux, Chomanche, Cheroke, Cheyenne, dan kawan kawan. Bukan warga kulit putih sebagaimana disebut Donald Trump.
Kabarnya Tim Kampanye Prabowo menggunkan tim kampanye Trump juga dan menggunakan rumus yang sama "make Indonesia great again" dengan membangun permusuhan.
Donald Trump bekerja sama dengan mafia Russia untuk memenangkan kampanyenya, memfitnah Hilarry Clinton dengan memyebarkan informasi Clinton lah yang menciptakan ISIS . Lalu mendirikan tembok ribuan km di perbatasan agar terhindar dari imigran - semua membangun kebencian dunia padanya.
Di sini, Prabowo dimanfaatkan oleh ormas ormas radikal intoleran, partai kepanjangan Ikhwanul Muslimin dan Hizbuth Thahir yang di Mesir dan jazirah Arab susah menjadi partai terlarang - tapi di sini mengambil untung dari warga muslim awam yang terpukau dengan produk yang berbau Islami.
Kelompok nasionalis moderat di kubu 02 sebenarnya sudah bisa menerima kekalahan Prabowo. Quick Count tak bisa berubah. Wajah Sandiaga Uno sudah, kuyu, lesu dan nrimo - berbeda dengan saat kampanye. Tapi faksi garis keras terus mendorong Prabowo untuk melawan dan mengompori mantan Danjen Kopassus yang sangat ambisius itu.
Saya mendapat informasi bahwa ahli IT Russia juga dikerahkan untuk membobol KPU - tapi KPU bukan orang awam yang tak paham IT. Dan akhirnya pembobol menyerah. Pengamanan berlapis lapis melindunginya. Selain itu, hasil akhir Pilpres, tetap merujuk pada hitungan manual yang masuk.
Maka, sangat tepat penegasan Menkopolhukham Wiranto yang tampil bersama sama dengan Panglima TNI dan Kapolri Jendral Pol Tito Karnavian, beberapa hari lalu : tidak ada toleransi pada pengerahan massa, aksi aksi anarkis, rusuh dan tindakan inkonstitusional.
Jangan biarkan Indonesia jadi Libya, Suriah atau Yaman.
Semoga Tuhan yang maha Pengasih dan Penyayang terus menjaga negeri Indonesia dari politisi ambisius dan kaum radikal yang merusak tatanan, merobek robek keutuhan NKRI, Pancasila dan merah putih. ****




Komentar

Postingan populer dari blog ini

HAJI BULGANON HASBULLAH AMIR ORANG KAYA RAYA YANG DERMAWAN..

Pengalaman Abang Bulganon Amir Mursyid Spriritual Tangguh Yang Dapat Bisikan Masuk Neraka

Dunia Supramistika Tia Aweni D.Paramitha