SARAN KE JOKOWI: JUAL KANTOR DEPARTEMEN SEGI TIGA EMAS UNTUK DANA IBUKOTA BARU
SARAN
KE JOKOWI: JUAL KANTOR DEPARTEMEN SEGI TIGA EMAS UNTUK DANA BANGUN IBUKOTA BARU
Pro-kontra rencana pindahkan ibukota ke luar Jawa,
heboh. Fadli Zon sebut politik alihkan isu. Rizal Ramli katakan, BPJS
berantakan, kok mau pindahkan ibukota. Partai Demokrat merapat, PAN merapat ke
Jokowi. Tapi kita butuh opisisi, yang keras maupun yang lembut. Yang jelas berdasarkan
data dan fakta. Rizal Ramli akan jadi penyorot yang kritis karena pengalaman
jadi menteri bidang keuangan dan moneter.
Jokowi
tukang eksekusi. Rencana lama, sejak jaman kepemimpinan Bung Karno, memindahkan
ibukota ke Palangkaraya, Kalimantan Tengah, sebatas wacana kosong. Banyak rencana rencana yang tertunda lama,
dieksekusi oleh Jokowi. Sudah rapat terbatas dan ini serius. JK, sebagai orang
Makasar, usul ke Makasar. Tapi tidak, lebih tepat Kalimantan Timur.
Palangkaraya sesuai keinginan BK? Tidak. Palangkaraya tak ada laut. Ibukota
harus dekat laut. Paser dan penajam, Balikpapan, ada laut. Laut Selat Makasar.
Ocehan
Rizal Ramli benar, BPJS masalah banget. Banyak rumah sakit yang mempersuli
pasien BPJS. Beda dengan yang bayar, non BPJS, prioritas. Harga obat obatan
mahal. Maka itu, rumah sakit tidak mau menanggungf semua obat. Sebagai harus
dibeli. Lha, buat aoa BPJS. Padahal ini menyangkut hajat hidup Wong Cilik,
tagline PDIP, partai Jokowi.
BPJS itu
bayar. Asuransi yang mutlak harus dibayar rakyat ke negara. Bukan sepnuhnya
dijamin pemerintah, Departemen Kesehatan. Tapi ruginya sangat besar, trilyun.
Lha, ke mana duit yuran BPJS itu. Kan semua harus bayar. Sakit enggak sakit
harus bayar. Kalau terlambat, kena denda. Setahun gak bayar langsung diblokir.
Seharusnya sesuai undang undand dasar 1945, masalah kesehatan rakyat itu
ditanggung pemerintah. Pasal 33 UUD 45 jelas, kekayaan bumi negeri ini dikuasai
oleh negara untuk sebesar-besarnya kepentingan rakyat. Termasuk papan, sandang,
pangan dan kesehatan.
“Saya
pendukung Jokowi berat. Tapi Jokowi harus dengarkan kritik oposisi. Kritik itu
seperti jamu, pahit, tapi mengobati penyaki,” ujar Ustad Muhamad Salim, 68,
pakar psikomistisis Banten, pada penulis, pagi ini, Jumat 3/5/2019.
Memindahkan
ibukota dari Jakarta yang over load, penting. Tapi harusnya tidak sekarang. Di
tengah ekonomi yang belum stabil benar. Eksekusi boleh, tapi dana Rp 500
trilyun lebi dambil dari mana? Utang lagi?” tanya Ustad Muhamad Salim, tak
menuntut jawaban.
Tapi
solusinya, tukar guling. “Paling mungkin semua departemen yang menggunakan
tanah lebar dan bangunan bertingkat tinggi, dijual pada pengembang, investor.
Contoh gedung Departemen Perindustrian di Jalan Gatot Subroto, tanahnya sangat
luas dan berada di segitiga emas perekonomian Jakarta, dujual. Harganya bisa Rp
100 trilyun. Sebelahnya Departemen Tenaga Kerja/Transmigrasi, luas juga juga di
Jalan Gatot Subroto jual. Rp 100 triltun juga. Lalu Departmen Parisiwasa, Jalan
Thamrin, Merdeka Barat, luas dan tinggi, jual Rp 100 trilyun juga. Departemen
Kominfo, sebelahnya, luas dan jual juga. Semua di wilayah segi tiga emas
perekonomian. Jal lima kantor departemen, bisa Rp 500 Trilyun dan bangun daerah
Paser, Kalimantan Timur, jadikan ibukota. Semua departemen pindah,, kantor
negara pindah ke sana, yang tidak mau pecat!” ujar Ustad Muhamad Salim.
Kenapa di
Kalimantan yang dipilih? “Kalimantan itu aman dari jalur gempa. Tak ada jalur
gempa di perut bumi dan laut. Tidak ada gunung merapi yang menyebabkan gempa
tektonik, tak ada pula gempa teknotik dari lempengan bawwah laut,” ujar Ustad
Muhamad Salim.
Jadi,
singkatnya, secara supramistis, Jokowi tak perlu utang untuk memindahkan
ibukota, tapi jual kantor departemen di segi tiga emas yang nilainya sangs
besar. Saya kira lima gedung departemen di Jalan Gatot Subroto dan Merdeka
Barat, sudah cukup membangun ibukota baru,” kata Ustad majdug, nyantai. ****

Komentar
Posting Komentar