Habib Jindan Soal Ikhtiar Jalan Setan, Bukan Jihad Tapi Jahat....
HABIB JINDAN SOAL JALAN SETAN
Pemimpin
pondok pesantren Al Fahriyah Larangan Selatan, Cileduk, Banten, Habib Jindan, 36,
sebut, presiden Jokowi pemimpin yang islamis, agamis dan nasionalis. Siapa
bilang dia anti islam dan pro-komunis? “Bapaknya haji, ibunya hajjah, Pak
Jokowi sendiri haji, selalu sholat, ibadah sesuai ajaran Islam bahkan biasa
menjadi imam sholat,” ujar Habib Jindan, ulama muda lulusan Hadramaut, Timur
Tengah ini pada portal-mystery.
Dua tahun lalu, Habib Jindan tausiyah
dalam rangka mauled Nabi di depan Jokowi dan para menteri di istana Bogor.
Presiden Joko Widodo sengaja mengundang Habib Jindan berdasarkan rekomendasi
dari menteri agama.
Tentang himbauan syareat Islam, dan
Indonesia khilafah yang disuarakan Ustad Felix Siauw, Habib Jindan menampik.
“Saya tidak tahu dan tidak kenal siapa yang disebut. Saya tidak mau sebut nama,
tapi jika menuntut Negara Indonesia menjadi Negara Khilafah, Negara berdasarkan
syareat Islam, itu sangat bertentangan
dengan the founding father, kesepakatan kita bernegara di republik Indonesia
ini. Yaitu NKRI berdasarkan Pancasila dan UUD 45 serta Bhinnika Tunggal Ika.
Siapapun, apapun yang menentang Negara, menentang pemimpin yang syah, adalah
berdosa,” kata Habib Jindan.
Tentang Front Pembela Islam, FPI, yang
terakhir ini terjadi pro-kontra perpanjangan ijinnya, Habib Jindan sepakat
tidak diperpanjang ijinnya oleh Depdagri jika FPI tidak akui Pancasila, NKRI
dan UUD 45. “Mau FPT atau ormas apapun yang ada di Indonesia ini, jika tidak
mau mengakui dasar Negara Pancasila, NKRI dan Bhinnika Tunggal Ika serta
menentang pemerintah, jangan diberikan ijin,” imbuh Habib Jindan.
Secara pribadi Habib Jindal mengenal
Habib Rizieq Shihab pendidiri FPI. Juga yang disebut panglima besar ummat
Islam. “Habib Rizieq Shihab Ana kenal,
orangnya cerdas, santun dan punya adab yang baik selama ini. Namun belakangan
terlalu jauh masuk dalam pusaran politik bahkan dukung mendukung salah satu pasangan
capres. Orang sekitar yang mempengaruhi dan membuat stigma negatif, seakan
lawan politik yang tidak didukung, adalah anti Islam, anti ulama dan lakukan kriminalisasi pada tokoh muslim. Narasi dan penggiringan isu serta stigma itu
ternyata tidak efektif. “Terbukti tetap kalah dan yang didukung berkoalisi
dengan yang dimaki-maki selama ini. Lalu berbalik dan membuat pernyataan yang
negatif pada dukungan yang kalah!”
Habib Jindan membantah, bahwa
tidak ada deislamisasi di negeri ini. Lihatnya, di mana deislamisasi yang
dimaksud? Tidak ada itu. Pak Jokowi sangat islamis dan sangat memberikan ruang
yang layak buat islam. “Adakah larangan bersembahyang bagi muslim di negeri
ini? Engga ada, malah diberikan oleh pemerintah kesempatan seluas luasnya,”
kata Habib Jindan.
Bahkan di daerah yang mayoritas Hindu
pun, islam diberikan ruang, kesempatan beribadah yang luas. “Di Bali, saya
memberikan ceramah agama, tausiyah, yang memberi pengamanan para Pecalang. Yang
menjaga dan mengawal adalah Pecalang,” ujar Habib Jindan. Pecalang itu adalah
pasukan pengaman beragama Hindu dan bentukan Hindu Dharma. “Bahkan saya ceramah
di Papuan, yang mengawal pemuda Papua yang beragama Nasrani,” sorong Habib.
Habib Jindan akui masih ada golongan Islam radikal di
Indonesia. Teroris amasih ada dan perlu diawasi dengan ketat oleh aparat.
Teroris yang lakukan jihad itu bukan jihad tapi jahat. Mana ada orang yang
membunuh orang tak bersalah, langsung masuk sorga dan ditemani para bidadari.
Ini sesat dan keliru besar.
“Selain membunuh orang lain, apapun
agama orang yang diledakkan, dia juga bunuh keluarga sesama muslim. Coba lihat kasus bom bunuh diri di
Surabaya beberapa waktu lalu. Seorang bapak ajak istri dan dua anak lakukan
bunuh diri, bom tempat ibadah. Ini dosa besar, hukumnya bunuh diri. Bukan jihat
bukan pula ikhtiar di jalan Allah. Ini
jalan setan!” kata Habib Jindan. ****
Tia Aweni D.Paramitha
Komentar
Posting Komentar