Airmata Deni Arisandi Ketua KONI Kota Serang, Banten, Saat Mengevakuasi Korban Tsunami....
Pemimpin
Keras Namun Mudah Menangis Haru
Pada saat penyemprotan disinfektan di kantor KONI Kota
Serang, Jumat 20 Maret 2020 pukul 15.10 WIB, Deni Arisandi mengamuk.
Ketua umum KONI Kota Serang ini memukul dinding tiga
kali, marah kepada delapan anak buahnya di kantor itu yang terlihat nyantai saat
tim penyemprot mematikan virus corona di perkantoran sebelah stadion bola Kota
Serang itu.
Pukulan tangannya begitu keras hingga terdengar ke
halaman parkir. Anak buahnya langsung berhamburan. Membantu tim penyemprot
mengangkat meja dan lemari yang akan disemprot.
“Saya tidak suka anak buah kurang tanggap bila ada
sesuatu aktivitas kegiatan di kantor atau di mana pun tempat kita bergegiatan!”
ungkap Deni Arisandi, pada penulis, beberapa saat setelah marah marah.
“Pak Deni memang keras dan kepemimpinannya seperti itu
di KONI. Dia orang yang bertabiat keras namun terbanyak sangat lembut dan
humoris,” komentar seorang anak buah, setelah kejadian.
Mungkin karena sikap keras itulah maka KONI Kota
Serang sukses di tangan Deni Arisandi. Beberapa medali emas diraih Banten pada
PON terakhir. Dan medali terbanyak diperjuangkan atlet Kota Serang. Kini Deni
Arisandi masuk ke periode ke dua memimpin komite olahraga nasional di ibukota
Banten ini.
Selain memimpin KONI, Deni Arisandi memimpin banyak
ormas. Di antaranya Pencak Silat, Kosgoro dan Fokbi. Yang paling seru kiprah
Deni Arisandi di Parang Merah Indoensia, PMI, Banten.
Utamanya saat tragedi tsunami Banten beberapa waktu
lalu yang menewaskan banyak manusia. Deni dan tim berada di garis terdepan
mengevakuasi korban bencana alam mengerikan ini.
Bukan hanya di
satu tempat, tapi di beberapa tempat di lokasi bencana. Deni mengirim beberapa
truk mengangkut korban dan di evakuasi ke rumah sakit dan balai pengobatan
terdekat.
“Selain keringat mengucur, airmata Kang Deni juga
selalu meleleh saat mengevakuasi korban bencana. Dia jagoan yang banyak
airmata, mudah tersentuh dan menangis,” kata seorang anggota tim, memuji
mitranya ini.
Deni Arisandi hidup susah ketika kecil. Dia lahir
tahun 195 di perkebunan karet kabupaten Bogor. Ayahnya asli Banten dan ibunya
dari Payakumbuh, Sumatera Barat. Kakeknya seorang tentara, maka itu Deni juga
pengurus FKPPI Banten. Ayahnya sopir bus malam rute Bandung-Denpasar.
Sejak kecil hidup mandiri, mendaftar sekolahpun,
selalu sendiri. Namun Deni pelajar yang cerdas. Maka itu beberapa kali dia
menerima bea siswa karena ranking pertama dalam prestasi sekolah. Hobi membaca
membuat Deni ahli dalam sejarah kerajaan. Baik sejarah kerajaan nusantara
maupun dunia. Intelejensianya di atas rata rata. Satu kali baca dia ingat
persis apa yang dibacanya dan diceritaan dengan pas. Kepada penulis, di
kantornya, Deni menceritakan dengan menarik kudeta di beberapa kereajaan di
Jawa. Mulai dari Singosari, Kediri, Mataram Kuno hingga ke kerajaan Islam Demak
Bintoro. Deni di luar kepala menggambarkan kudeta era itu. “Sipapun Raja yang
memimpin nusantara, bukan dari trah Wangsa Rejasa, akan dikudeta,” imbuh Deni.
“Pak Jokowi itu dari awal saya memprediksi akan jadi peimpin negeri ini karena
keturunan Wangsa Rejasa. Maka itu, Pak Jokowi akan menyelesaikan masa
kepemimpinannya dua periode tanpa kudeta,” ungkap Deni.
****
Firdaus Pegagan



Komentar
Posting Komentar