Aku Jadi Ke-35


AKU jadi Istri Ke-35

          Ketika akan dipidanakan  ke peradilan kriminal karena hutang piutang dengan tuduhan penggelapan, aku menjadi stres berat.  Tidak ada seorang pun membelaku dan aku benar-benar terpojok.
“Sebenarnya kasus hutang pitutang itu masalah perdata. Tapi karena dicari-cari oleh pemberi utang, maka kau bisa dipidanakan, dianggap penggelapan,” kata Yani Sundari, kakakku. Omongan adikku yang sedikit mengerti hukum ini, menjadi terror bagiku. Maka itu, diam-diam aku membawa dua anakku kabur ke Hutan Kayambang, 67 kilometer dari Kota Palembang.
aku kabur ke Hutan Arjuna, Kalimantan Utara. Kutitipkan dua anakku yang masih kecil kepada adik bungsuku Hernita Effendy, pegawai PNS Pemrintah Daerah DKI Jakarta yang tinggal di Kebon Jeruk, Jakarta Barat.  Hutan Arjuna adalah hutan angker yang menjadi  pusat kerajaan jin Amargo, jin penguasa hutan Kalimantan Utara.
          Ketika Mas Janu masih hidup, kami membuka beberapa usaha rumah makan dan bisnis properti. Semua usaha itu hancur total begitu suamiku meninggal dunia. Semua aset yang ada aku jual dan beberapa usaha diambil over oleh orang lain. Karena tidak bisa mengelola uang, akhirnya aku malah banyak berhutan. Baik itu kepada bank maupun kepada perorangan. Hutang-hutang itu menumpuk dan akhirnya menjadi masalah besar. Aku didatangi penagih hutan, debt collector dan menyita mobil, motor serta barang-barang berharga yang tersisa. Akhirnya, aku tidak punya apa-apa lagi dan anakku jadi terlantar.
          Tidak tahan terus-terusan di teror oleh penagih hutang, aku pun lalu pergi meninggalkan rumah. Anak-anak aku titipkan di adikku dan aku mengembara, menjelajah dunia mistik dan terdampar di Kalimantan Utara. Aku terpaksa ke hutan angker itu untuk menemui Arjuna, Raja Jin yang bisa memberikan uang kepadaku untuk membayar hutan-hutangku.
          Setelah berjalan sepanjang 40 kilometer di kedalaman hutan, hari ke tujuh aku di hutan lebat itu, barulah aku dapat bertemu dengan Arjuna, jin tampan yang banyak menyimpan emas batangan tersebut. Arjuna berada di blok Ursel, tengah hutan di antara kayukayu ulin tua dengan gundukan tanah setinggi 200 meter. Aku diterima langsung ke istananya dan Arjuna langsung menikahiku.
          Malam pertamaku bersama Arjuna, tidak begitu mulus. Sebab Arjuna mempunyai banyak istri bangsa jin sendiri dan aku dicemburui oleh istri-istri  bangsa jin tersebut. Seorang wanita bangsa jin yang paling ganas adalah Mariska, jin dari Bosnia Herzegovina, yang cantik jelita.  Mariska menempeeng pipiku dan pipiku langsung bengkak dan berdarah. Namun, karena keinginan besarku untuk mendapatkan emas batangan, maka aku menahan rasa sakit itu hingga aku dapat berhubungan intim dengan Arjuna.
          Pada malam kedua, barulah aku dapat mulus bersama Arjuna di ranjangnya. Malam itu juga, Arjuna memberikan 30 keping emas batangan dan aku langsung masukkan ke karung yang sudah aku persiapkan dari Jakarta, lalu aku kabur subuh hari. Dengan berlari aku menuju kota terdekat, lalu naik perahu melalui Sungai Kahran menuju bandara dan terbang ke Balikpapan. Dari Balikpapan aku ke Jakarta dengan membawa tiga puluh batang emas 24 karat.
          Aku beruntung, pada saat pemeriksaan X Ray, benda mulia itu tidak terdeteksi. Aku mulus terbang ke bandara Soekarno-Hatta dan naik taksi ke rumahku di Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Aku ke rumah adikku dan menemui dua anakku. Keesokan harinya, anak-anak kubawa ke apartemen sewaaan di Anggrek, Slipi, dan kami tinggal di situ. Sebagai emas yang terjual, 14 batang, dapat melunasi semua utang piutangku dan aku terbebas dari tuntutan hukum apapun.
          Sebagian emas yang lain, aku jual seharga Rp 15 milyar dan kusimpan di bank. Sebagian uang itu, aku investasikan ke Gold Finance dan setiap bulan menghasilkan uang yang cukup besar untuk kami hidup. Aku juga bermain di busan index di Bapepam Jakarta dan karena bantuan Arjuna, aku mampu menebak pergerakan busa dengan baik. Hasil bisnis ku itu luar biasa dan aku mampu membeli beberapa apartemen sekaligus dan aku sewakan.
          Kini aku sudah keluar dari kesulitan keuangan, namun sayang, aku menemukan kesulitan baru. Arkian, ternyata aku hamil dari Arjuna dan aku mengandung anak jin. Setelah diperiksa kepada dokter kandungan, aku dinyatakan hamil empat bulan. Janin ku terus membesarkan dan pada saat difoto USG, anakku itu berbentuk aneh. Bukan mirip janis bayi pada umumnya, tapi mirip anak tikus. Mukanya panjang dan kelihatan ada ekornya. Duh Gusti!
          Agar tidak menghebohkan, aku nekad untuk  membuang janin calon anakku itu. Aku segera melakukan aborsi di daerah Tanah Merah, Jakarta  Pusat dan seorang dokter, sebutlah bernama dokter Sukirman,  bersedia menguret anakku walau sudah empat bulan kandungan. Setelah melalukan oborsi kepadaku, hari itu juga dokter kandungan ini meninggal. Arjuna marah dan dokter itu dibunuhnya. Tengah malam Arjuna datang darui Kalimantan Utara, terbang ke apartemenku dan dia mengakui bahwa dialah yang membunuh dokter Sukirman. “Dia yang membunuh anakku di janinmu, maka aku memlasa kematian anakku itu secara tunai,” kata Arjuna, yang jjuga marah besar kepadaku, mengapa aku tidak minta ijin kepadanya untuk menggugurkan anaknya di rahimku. “Kau telah melakukan kesalahan besar dengan membuang anak kita itu. Anak itu, jika lahir, akan memberimu banyak emas dan uang. Dia akan mendorongmu menjadi orang kaya raya di dunia,” kata Arjuna, dengan nada tinggi kepadaku.
          “Maaf Arjuna, aku terpaksa menggugurkan anak kita karena bentuk fisiknya yang tidak sempurna. Kepalanya seperti kepala tikus dan dia berekor begitu dilakukan pemotretan USG. Daripada dia lahir membuat kita malu, maka pertimbanganku,  akan lebih baik aku gugurkan Arjuna,” imbuhku.
          Arjuna menerangkan, bahwa, anak dari hasil hubungan biologis kami itu bila lahir akan sempurna. Jika dia lahir sebagai perempuan, dia akan cantik jelita. Bila dia lahir sebagai laki-laki, dia akan tampan sejagat. Lagi pula, dialah yang akan mengangkat harta dan martabat saya setelah dia lahir. “Kau telah salah besar menggugurkan anak itu dan seumur hidup, kau tidak akan lagi mendapatkannya. Kau tidak akan bisa hamil lagi karena rahimmu menjadi rusak dan kandungan mu tidak akan subur lagi hingga akhir hayatmu,” terang Arjuna, masih bernada marah. Hati-hati, jika kau lalai menjaga kesehatan rahimmu, kau akan menderita kanker rahim. Tambahnya.
          Aku tersentak mendengar ungkapan Arjuna. Kata-katanya kuterima bagaikan ledakan petir di siang bolong. Ungkapannya itu benar-benar memukul batinku dan aku menyesal sekali melakukan hal itu. Namun, aku persalahkan dia. Mengapa dia tidak datang pada saat aku merencanakan ke dokter Sukirman dan membuang anak kami itu. Sebelum melakukan kuret, aku mempunyai banyak waktu, tapi mengapa dia tidak datang untuk memperingatkanku lebih dini.
          Syahdan, ternyata Arjuna banyak urusan. Dia sedang ke luar negeri untuk mengurus istri bangsa jin nya di Rusia, Eropah Timur. Pada saat aku akan menggugurkan kandungan, dia tidak dapat terbang ke Jakarta untuk menengokku. Tapi, dia tahu bahwa aku merencanakan pengguran kandungan itu. Bahkan, pada saat aku melakukan pemotretan USG pun, dia mengetahui tapi dia tidak dapat segera terbang karena posisinya di benua yang berbeda. Dia di benua Eropa, sementara aku di Asia Tenggara. Di Jakarta, Indonesia.
          Walau aku setengah mengemis meminta Arjuna membuat janin lagi untukku, namun Arjuna menolak. Bahkan menjamah ku sedikitpun, tidak dia lakukan malam itu. Pagi-pagi buta, pukul 04.30 WIB, dia keluar jendela apartemenku dan terbang kembali ke Kalimantan Utara. Aku melihat dia terbang di langit dan menghilang dalam hitungan detik. Sejak malam itu, hingga kini Arjuna tidak datang lagi. Malah, pada saat aku kembali ke kerajaannya, dia tidak menampakkan diri dan aku ditoloknya. Bahkan saat aku datang itu, aku ceraikannya. Jin yang menjadi ajudannya, Kalangka, mengatakan hal itu dan aku diminta segera meninggalkan hutan kerajaan Arjuna itu.
          Daripada nyawaku terancam, maka aku buru-buru meninggalkan daerah kerajaan jin di Kalimantan Utara itu dan kembali ke Jakarta. Sesampainya di apartemenku, aku tersentak dan jantungku berdebar hebat. Dua anakku yang dijaga oleh baby sitter, meninggal mendadak. Suster ku pun, Rigayah, sakit panas dan dua hari kemudian, meninggal juga. “Anakmu telah menjadi tumbal Jin Arjuna di Kalimanta Utara itu dan kau harus mengkihlaskannya karena kau telah melakukan pesugihan Jin Arjuna itu,” kata seorang paranormal mumpuni, Kanjeng Gusti Ampar, kepadaku.
          Kanjeng Gusti Ampar memang seorang dukun pesugihan mumpuni. Sudah ratusan pelaku pesugihan yang ditanganinya dan semua menjadi kaya raya. Termasuk aku. Pada saat aku kabur meninggalkan dua anakku karena dikejar-kejar penagih hutan, aku mendatangi rumah Kanjeng Gusti Ampar di pinggiran Jakarta Barat. Kanjeng memberikan jalan keluar kepadaku agar aku melakukan pesugihan. Cuma saja, salahnya, Kanjeng Gusti Ampat tidak memeberi tahu ada tumbal. Dia hanya menyuruh aku menikah dengan Jin Arjuna di Kalimantan Utara, tanpa menyebut sama sekali soal tumbal. Kalau saja dikatakannya sejak awal ada tumbal dua anakku, pastilah aku menolak. Mending aku memilih hidup miskin bersama dua anakku daripada kaya tapi dua anak tercintaku diambil sebagai tumbal.
          Ibarat pepatah, nasi sudah menjadi bubur, aku terlamabat untuk membatalkan hal itu. Dua anakku sudah meninggal, diambil Arjuna untuk dimakan jantung dan darahnya. Berikut baby sitter ku, yang juga diambil dalam waktu yang hampir bersamaan. “Tidak ada persugihan tanpa tumbal. Semua pesugihan itu ada tumbalnya. Terutama anak yang dincintai atau siapapun yang kita sayangi, pastilah akan diambil,” ungkap Kanjeng Gusti Ampar, kepadaku.
          “Tapi mengapa dari awal Kanjeng Gusti tidak memberi tahu bahwa pesugina Jin Arjuna itu ada rumbalnya? Kalau sejak awal saya tahu, saya pasti tidak mau, apalagi yang diambilnya adalah dua anak ku yang sangat aku cintai, harapanku selama aku hidup. Sekarang semuanya sudah terlambat. Jin Arjuna katakan bahwa aku tidak akan bisa hamil lagi, rahimku sudah rusak bahkan aku dikatakannya terancam menderita penyakit berat kanker rahim,” desakku.
          Kanjeng Gusti tertawa ngakak. Dikatakannya bahwa dia melihat persoalan kehidupanku begitu berat. Bahkan soal hutangku yang begitu banyak  kala itu, akan mengancam nyawaku.  Hutangku, katanya, akan membuat nyawaku melayang.  Untuk itu lah, dicarikannya jalan cepat yang instan untuk cepat kaya, membayar hutang piutang secara tunai. Caranya adalah dengan pesugihan Jin Arjuna, nikah dengan Arjuna dan membuahi anaknya. Sudah 34 orang pasiennya menikah dengan Jin Arjuna dan semua merelakan tumbal anak yang disayangi.
          “Kau pasienku yang ke 35 yang kunikahkan dengan Jin Arjuna dan menjadi kaya mendadak. Sayangnya, kau tidak konsultasi kepadaku saat kau menggugurkan anak yang katamu mirip tikus itu. Jika anakku itu tidak digugurkan, sampai engkau lahirkan, kekayaanmu akan melimpah ruah dan kau akan emnjadi milyarder ke 35 yang menguasai perekonomian dunia. Beberapa orang kongllomerat perempuan Asia, semunya melakukan pesugihan Jin Arjuna dan akulah dukunnya,” imbuh Kanjeng Gusti Ampar, agak jumawa.
          Karena sudah 35 pasiennya yang sukses menapaki pesugihan Jin Arjuna, maka Kanjeng Gusti pun kecipratan menjadi kaya raya. Dia dibagi uang yang sangat banyak oleh pasiennya yang telah sukses. Maka itu, kekayaan Kanjeng Gusti melimpah ruah. Kristal di rumahnya begitu mewh berharga ratusan milyar. Begitu juga dengan kendaraan mewah seperti lambhorgini, porche, ferrari dan jaguar. Semua mobil mewah dia punya memenuhi garasinya yang luas. Sementara istrinya, ada sembilan orang. Semuanya muda, cantik-cantik dan berkulit putih. Satu istri tertuanya, Mbok Suminah, menjadi bos, kepala dan pemimpin dari delapan istri Kanjeng Gusti Ampar yang lain.
          Ganjeng Gusti Ampar seorang pengamal ilmu gaib mumpuni dari Hutan Kalimantan Utara. Dia berasal dari Pulau Jawa namun sejak usia muda melanglang buana ke Kalimantan Utara. Merantau ke hutan Kalimanan Borneo untuk mendalami ilmu jin. Maka itu, setelah 23 tahun memasak ilmu di hutan Kalimantan Utara, dia bertemu dengen Jin Arjuna dan membuat perjanjian gaib untuk menolong siapapun yang mau kaya raya dan bersedia menumbalkan anak-anak kesayangannya. Jin Arjuna ternyata makanannya adalah jantung, hati, darah dan ginjal anak-anak. Agar dia tetap eksis, dia harus mendapatkan anak-anak kecil sebagai makanannnya. Imbalannya, dia akan memberikan berton-ton emas murni yang dikuasainya di hutan Kalimantan Utara secara gaib. Emas itu nyata dan ada, tetapi tidak dapat dimabil oleh manusia biasa. Jangankan membawanya keluar hutan, melihatnya pun, jika tidak berilmu gaib, tidak akan bisa.
          Kini aku keluar apartemen. Semua kekayaanku yang kudapatkan dari Jin Arjuna, aku jual. Apartemen yang selama ini aku sewakan, aku lego. Kini aku tinggal di Mekah, bekerja sebagai pembantu rumah tangga keluarga Arab Saudi di Madinah dan aku telah bertobat nasuhah. Aku meninggalakn ambisi harta dan kekayaan, untuk kembali hidup sederhana yang berkah yang diridhoi Allah. Aku memusuhi Jin Arjuna dan semua jin jahat yang meminta tumbal darah. Kini, anakku yang sangat aku cintai telah tiada dan aku kesepian, tidak punya siapa-siapa. Namun, aku hanya punya Allah Azza Wajalla dan ke pada-Nya lah aku mencurahkan perasaan ku, kepada-Nya lah aku mengabdi, bergantung dan berserah diri. Alhamdulillah, kini aku terhindar dari penyakit berbahaya kanker rahim. Rahim ku dibersihkan dengan air sembahyang dan air zam zama tanah suci. Hingga kini aku sudah menjadi hajjah dan beberapa kali aku melakukan umroh. Alhamdulillah hidupku menjadi nyaman, tenang dan sangat bahagia wlau miskin harta benda dan hidup sedcerhana. @@@
(Pengalaman pribadi Hanna Maryana, Yana Yuliani Malimping menulis untuk majalah Mystery Online-Red)
         

Komentar

Postingan populer dari blog ini

HAJI BULGANON HASBULLAH AMIR ORANG KAYA RAYA YANG DERMAWAN..

Pengalaman Abang Bulganon Amir Mursyid Spriritual Tangguh Yang Dapat Bisikan Masuk Neraka

Dunia Supramistika Tia Aweni D.Paramitha