Ingin Kaya Raya Rutin Baca Mantra Kanjeng Nabi Sulaiman AS. Ingin Bersuara Merdu dan Memukau Hafalkan Mantra Kanjeng Nabi Daud Alaihissalam.



 Mantra Nabi Daud

          Nabi Daud Alaihissalam, bapak kandung  Nabi Sulaiman Alaihissalam. Jika nabi Sulaiman dapat karomah berbicara dengan jin dan kaya raya, ayahnya bersuara merdu. Untuk bersuara merdu dan disukai, hafalkan mantra Kanjeng Nabi Daud AS.
Karena menang  kontes menyanyi Melanesia Idol, namaku melambung hingga ke planit Mars. Ya, aku telah berhasil jadi juara satu,  setelah menggeser 3476 penyanyi lain.   Maka itu,  dalam waktu singkat namaku melambung ke langit.
Popularitas telah membawa aku ke puncak kejayaan dunia.  Semua mata menyoroti aku. Semua media membuntuti aku dan aku tersanjung ke luar angkasa. Aku diuber-uber wartawan dan diperebutkan sebagai nara sumber. Ya, kini aku menjadi orang penting yang laku dijual. Aku menjadi bintang yang terang benderang menyinari langit. Selain dari itu, album baruku, yang dibuat oleh aranger dan pencipta lagu handal Melanesia, meledak di pasaran. Boom, aku pun menangguk banyak uang dari off air dan on air televisi hingga aku menjadi kaya raya.
“Kau telah menjadi bintang, bintang baru yang bersinar hebat dan terang benderang di jagad raya ini, Monalisa, maka itu, waspadalah,” desis John Iskandar Hasan, 50 tahun, host tersohor dari televisi Melanesia, CBL, kepadaku, di Jakarta, pekan lalu.
          Menjadi Melanesian Idol bukanlah tujuan. Tapi, takdir di mana setelah aku iseng ikutan, ternyata posisiku terus menanjak. Para dewan juri dan SMS yang masuk luar biasa bagus. Aku dipuji sebagai penyanyi yang berbakat besar, punya ciri khas dan suaraku berkarakter prima yang tiada tara. “Suaramu mirip suara Julia London, penyanyi sebelum perang dunia ke dua,” puji Ahmad Dhuno, 45 tahun, katakanlah begitu, pemusik dari grup band Rockbeat yang kontroversial,  yang selalu sok pintar menilai peserta.
          “Mungkin suaramu itu jika disamakan dengan manusia jaman dulu, mirip Nabi Daud, suara manusia yang bisa menggetarkan dunia, sehingga burung-burungpun jatuh cinta,” ungkap John.
          Kupikir host ini berlebihan. Tapi sudah lah, aku terima saja pujian yang sekaligus ancaman dan teror  itu. Maksudnya, wasapada di sini, adalah, jangan sampai aku lupa diri. Lupa menjejak bumi, lupa bahwa diriku masih di bumi bukan lah di langit. Banyak bintang top dunia yang mati tragis. Elvis Presley, mati bunuh diri setelah menenggak minuman keras secara over dosis. Begitu juga dengan Jimmy Hendrick, Suzi Quatro dan Whitney  Houston. Semua ini terjadi karena popularitas yang tak terkontrol. Maksudnya, mereka lupa menjejak bumi. Maka, ketika popularitas menurun dan keadaan jiwa terguncang, frustrasi dan stress berat, lalu jalan kematian adalah pilihan pertama untuk diambil. Kematian yang disengaja karena kekurangwaspadaan ketika berjaya.
          Popularitas telah merubah pribadi siapapun yang memiliki popularitas itu. Tak terkecuali aku. “Tolong, jangan lupakan agama, jangan lupakan kitab suci ketika kau sedang di puncak popularitas. Sebab dengan agama, dengan kitab suci, seseorang akan mendapatkan rem, pengingat, bahwa apapun yang diberikan Tuhan kepada kita, semuanya sementara dan tidak akan abadi,” ungkap John.
          Tapi entah kenapa, apa yang dikatakannya John itu tidak aku turuti. Omongan itu bagaikan angin lalu. Karena aku disanjung, dipuja dan dipuji setinggi angkasa, maka aku pun lupa diri lalu hilang kendali.
          Karna sanjungan dan puja puji, maka aku bagaikan tidak menginjak bumi lagi. Aku merasa sudah di langit dan akulah penyanyi terhebat di dunia. Tak ada seorang pun yang menandingi aku. Show off air maupun on air silih berganti datang, nyaris tanpa henti dan pundi-pundi uang pun, mengalir ke rekeningku.
          Dalam waktu kurang dari setahun, aku menjaid wanita kaya raya. Kekayaanku, bukan hanya ,milyaran, tapi trilyunan. Aku membeli puluhan apartemen bagus, puluhan mobil mewah. Ada mobil sport Jaguar, ada Ferrari, Limousin, Lambhorgini, BMW, Mercy dan beberapa merek mewah lain. Aku menjadi kolektor kendaraan mewah, yach dan kapal pesiar. Kapal-kapalku aku parkir di Jaya Ancol dan Pluit, yang semuanya merek mewah dan mahal. Semua yach itu aku gunakan secara bergiliran bila aku akan menikmati laut, memancing atau nyantai di pulau-pulau di kepulauan seribu.
          Banyak lelaki kaya raya dan jet set yang mendekatiku. Tapi aku sangat selektif dalam mnerima pertemanan, khususnya lelaki. Aku hanya memilih beberapa orang teman dekat. Baik itu dari kalangan selebriti Indonesia maupun dari jet set Eropa Barat, Australia dan Amerika Latin.
          Malam Jumat Kliwon, 27 Januari 2012, pukul 23.45, pada saat aku berlayar di Samudera Hindia, usai mancing di Pulai Dili, Banten Selatan, kapal pesiarku dimasuki Hantu Laut. Hantu Laut berambut panjang, tanpa mata dan bersisik hijau, menyebut namanya Jantuk Gonggong.
          “Aku diutus Dewa Laut Selatan untuk menjemput kamu, kembali ke alam nyata, alam asalmu yang menderita. Kau terlalu sombong, riak dan jumawa, sehingga melupakan hakekatmu sesungguhnya. Di mana, kamu diciptakan kaya raya, populer untuk membantu sesama. Kamu malah sombong, menjauhi kegiatan sosial, menjauhi fakir miskin dan anak yatim. Maka itu, sejak saat ini, kekayaan dan popularitasmu akan direnggut, akan diminta kembali dan kau harus kembali miskin,” kata Hantu Laut itu, Jantuk Gonggong, kepadaku.
          Memang, harus aku akui, bahwa, ketika aku miskin, aku melakukan ritual Janjeng Nabi Daud. Dulu kala aku hanya seorang penyanyi jalanan. Penyanyi bersuara pas-pasan yang mengamen ke mana-mana untuk sekedar mencari makan. Pada suatu malam, di bawah jembatan Kwitang, Jakarta Pusat, aku bertemu seorang tua rentah, lelaki berpakaian jubah putih yang mengajak aku untuk melakukan Ritual Nabi Daud.
          “Nabi Daud itu adalah nabi Allah yang bersuara emas. Suaranya sangat merdu dan keindahana suaranya bukan hanya membuat manusia terbuai, tetapi semua hewan dan pepohonan pun, akan terlena oleh kemerduan suara Nabi Daud. Sebagai penyanyi pengamen, kau harus melakukan ritual Nabi Daud, saya punya mantra-mantranya dan kau akan bersuara merdua yang luar biasa. Setelah kau khatam membaca mantra=mantra Nabi Daud, ikutlah kontes dan kau akan menjadi juara satu,” desis pria renta berjubah putih bersih itu.
          Aku sangat tertarik mendengarkan petuah Kekek Berjubah Putih ini. Ketertarikanku itu bukan hanya karena mantra Nabi Daud yang membawa aku bersuara merdu, tapi aku ingin karena suara merdu itu aku jadi kaya raya karena keindahan suaraku. Aku sudah bisan mengamen dan hidup menggelandang menjual suaraku yang serba terbatas.
          Malam itu juga aku ikut Kakek Jubah Putih ke hutan Rumpin, Bogor, Jawa Barat, tempat pertapaan Kakek Jubah Putih yang juga tempat tinggalnya selama ini. Kami naik mobil angkot ke terminal Kalideras, lalu ganti angkot menuju Serpong, Kabupaten Tangerang. Dari Serpong, kami naik ojek menuju Hutan Rumpin, hutan bambu petung yang gelap gulita tanpa lampu dan tanpa penerangan sedikitpun.
          Di sebuah gubuk reot di bawah rerimbunan pohon bambu, aku diajak masuk. Itulah rumah Kakek Jubah Putih, yang di dalamnya ternyata sangat mewah. Pintu gubuk reot, namun aku masuk ke dalam istana serba indah, penuh kristal, lampu emas dan dinding permata. Kakek Jubah Putih ternyata bukan manusia biasa, namun dia adalah makhluk gaib yang diutus Penguasa Alam untuk menolong orang miskin seperti aku.
          Malam menjelang subuh itu, aku diajarinya membaca mantra-mantra Nabi Daud. Sebelumnya, aku melakukan sholat isya dan sembhayang sunnah dua rekaaat, tahajut, lalu diwajibkan mengirimkan surat Al Fatihah untuk Nabi Daud Alaihissallam. Di luar dugaan, dinihari itu aku masuk ke suatu lorong panjang, yang menembus laut selatan. Lorong dari Rumpin, Bogor, Jawa Barat, menembus Laut Samas, kabupaten Bantul. Daerah Istimewah Yogyakarta.
          Alhamdulillah, di Pantai Samas, seusai sembahyang subuh, aku berjumpa Kanjeng Daud yang memberikan aku makanan ringan. Sebuah jeruk kecil yang rasanya manis sekali. Setelah memakan jeruk itu, semua slim yang ada di tenggorokanku keluar. Lendir ingus yang selama ini menggangu, terkuras habis, mirip sekali dengan gurah suara yang dilakukan beberapa dukun belakangan ini. Setelah aku disuruh bersuara, menyanyi, suaraku membuat ikan-ikan di laut berlompatan. Senang mendengarkan suaraku. Juga burung-burung pagi berterbangan di atas kepalaku. Sejak itu, suaraku menjadi suara emas dan merdu bukan kepalang. Beberapa saat setelah itu, Kanjeng Daud pun, menghilang dari pandanganku. Dan, aku kembali ke istana Kakek Jubah Putih di Rumpin, Bogor, Jawa Barat.
          “Selamat ya, Engkau telah berhasil bertemu Kanjeng Nabi Daud dan kau telah bersuara emas dan sebentar lagi kau akan menjadi terkenal di dunia dan akan kaya raya,” ungkap Kakek Jubah Putih, kepadaku.
          Dua hari kemudian, aku pulang dari Rumpin. Aku keluar dari rumah gaib Kakek Jubah Putih dan kembali ke Jakarta. Sesampainya di rumah kontrakanku yang kumuh di pinggir Kali Ciliwung, Kampung Melayu, Jakarta Timur, aku menemukan punjin, kantong kain putih bertuliskan nama Kanjeng Nabi Daud di kain itu. Isinya, alhamdulillah, uang dolar Amerika yang sangat banyak.
Berikut nanti, rahasia mantra Kanjeng Nabi Daud AS. Di edisi special mantra mantra sakti mandraguna. ****
Yana Yuliani Malimping
         

Komentar

Postingan populer dari blog ini

HAJI BULGANON HASBULLAH AMIR ORANG KAYA RAYA YANG DERMAWAN..

Dunia Supramistika Tia Aweni D.Paramitha

Pengalaman Abang Bulganon Amir Mursyid Spriritual Tangguh Yang Dapat Bisikan Masuk Neraka