Nasib Anwar Fuadi.....



DIRAMAL DEWI: ANWAR FUADI
JEBLOK DI POLITIK
    Anwar Fuadi ngotot di politik. Tiga partai dimasukinya. Kini di Hanura. Predisksi ginaib: Anwar bukan ‘kundu’ nya di politik tapi di kesenian. Bisnisnya, di sinetron, film dan showbiz….
Saat hijrah dari Palembang ke Jakarta tahun 75, hidup  Anwar Fuadi  sengsara.
Anwar tak ada pekerjaan tetap dan pisit. Miskin.  Maka itu, bersama istri, Cek Farida dan anak-anaknya, ngontrak rumah gedhek. Dinding bambu dan lantai tanah di Jakarta Barat.
            Namun karena punya kemampuan berbahasa Inggeris yang baik, maka Anwar Fuadi diterima menjadi pengajar bahasa di kantor Pupuk Pusri cabang Jakarta yang berlokasi di Kemanggisan, Jakarta Barat. Dari mengajar bahasa asing untuk karyawan Pusri Jakarta itu, maka Anwar Fuadi dapat menyambung hidup. Dia bisa membeli beras, lauk pauk dan memperpanjang sewa rumah bututnya di wilayah Jakarta Barat juga, tidak jauh dari kantor Pupuk Pusri. Saat di Palembang, Anwar sudah ngajar bahasa Inggris. Dua dari ribuan muridnya, Tantowi yahya dan Helmy Yahya.
            Kehidupan Anwar Fuadi yang pas-pasan sebagai pengajar, membuat pria asal 10 Ulu Laut Palembang ini, tidak betah bekerja. Dia yang bercita-cita ingin jadi artis, lalu bekerja keras membangun Sanggar Gending Sriwijaya yang menangani kesenian Palembang di Jakarta. Dia mendekati para penari dan budayawan Palembang di Jakarta untuk melangsungkan serangkaian show di pesta kawinan dan pesta-pesta bernuansa Sumatera Selatan. Hasilnya menggembirakan. Pemda Sumatera Selatan turun tangan member biaya karena Anwar Fuadi mempromosikan budaya daerah dan iklan pariwisata sekaligus. Dari situlah, Anwar dapat memproduksi sinetron TVRI dengan cerita diusung dari adat istiadat Sumatera Selatan dan juga budaya lokal. Anwar bermain juga dalam cerita itu sebagai pemeran utama. Sementara bintang pembantu yang mendukung Anwar Fuadi adalah aktor terkenal Hendra Cipta, Cok Simbara dan Roy Marten.
            “Hendra Cipta saya bayar honornya jauh lebih besar daripada saya, tapi syaratnya, dia harus mau menjadi pemeran pembantu. Honor saya lebih jauh kecil, tapi saya pemeran utamanya,” cerita Anwar Fuadi, pada Misteri.
            Dengan berhasilnya Anwar beberapa kali pemeran utama yang diabntu oleh aktor-aktor besar, maka nama Anwar Fuadi langsung terangkat. Orang bertanya-tanya, siapa tokoh baru di dunia seni peran ini, kok bermain sebagai pemeran utama yang didukung oleh aktor-aktor besar. Karena banyak yang penasaran, maka nama Anwar Fuadi melambung ke atas dan langsung terkenal seluruh Indonesia. “Apabila ada yang tidak kenal Anwar Fuadi, berarti mereka tidak punya televisi, artinya, tidak pernah nonton tivi. Karena Anwar Fuadi selalu muncul di televisi,” ungkap Anwar, sambil tertawa.
            Begitulah trik dan taktik Anwar Fuadi untuk mempopulerkan dirinya. Selain cerdas, di dunia ini, prinsif Anwar Fuadi, harus cerdik dan banyak trik taktik. Jika mengandalkan ketampanan, dia menyadari dia tidak tampan. Kepintaran berakting, juga tidak begitu menonjol. Maka itu, caranya, dia yang produser, main sebagai pemeran utama dan membayar pemeran pembantu tokoh terkenal yang bayaran diberikan olehnya jauh lebih besar dari dirinya sendiri. “Saya butuh ngetop dan dikenal dunia,” sorongnya. Karena permainan otak dan keberaniannya, maka apa yang dicita-citakan Anwar Fuadi itu, menjadi kenyataan. Anwar sukses besar punya rumah mewah, mobil dan tanah, karena honorarium besarnya sebagai pemain sinetron dan film. Bahkan, belakangan Anwar bermain sebagai pak Debong, orang kaya raya di sinetron seri Tukang Bubur Naik Haji garapan Imam Tantowi. Anwar dikontrak ratusan episode dengan bayaran mencengangkan. Cukup besar dan cukup sebagai modal dirinya untuk semakin kaya.
            Dari dulu hingga sekarang, Anwar Fuadi tidak pernah melepaskan doa dan sifat berserah diri kepada Allah Azza Wajalla. Dia hanya meminta kepada Allah agar cita-citanya untuk menjadi bintang film. Saat itu tidak ada seorangpun yang mendukung Anwar Fuadi, termasuk keluarga besarnya di Palembang. Mereka pesimis cita-cita Anwar yang dianggap berlebihan itu. Kata mereka, Anwar itu tidak ada potongan jadi bintang film. Tidak tampan dan tidak terlalu idela tinggi badannya. Bahkan, agak kegemukan di bagian perut. Tapi, Anwar Fuadi sangat percaya dengan kekuatan doa. Doanya sangat khusu’ dan konsentrasi meminta kepada Allah Yang Maha Pengasih, agar sukses sebagai pemain sinetron dan artis. Allah pasti mendengarkan doa ummat-Nya yang serius dan sungguh-sungguh, karena Allah Maha Rahman dan Rahim.
            Allah sudah menentukan, siapa pun yang sungguh-sungguh meminta kepada-Nya, Beliau akan memberikan. Udunni astajib lakum. Kalian mintalah kepada-Ku, niscaya aku akan memberikan. Memenuhi permintaan itu.
“Dengan syarat, serius dan sungguh-sungguh. Namun paling penting, selain berdoa, harus ada usaha, bukan dengan berdoa saja. Karena saya berdoa khusu’ untuk menjadi pemain film, saya tekun mendekati dunia pembuatan film dan sinetron dan bekerja keras. Alhamdulillah, kini Allah mengizabah doaku itu,” ujar Anwar.
            “Bayangkan, aku menjadi terkenal di dunia sinetron dan film setelah aku berumur 50 tahun. Orang lain ambruk, turun pamor di umur 50 tahun, sementara aku muncul dan mulai bangkit pada umur 50 tahun, ajaib,” desis Anwar.
            Doa dan ikhtiar, dipastikan oleh Anwar, harus ada kesinambungan. Ikhtiar saja tanpa doa, itu namanya sombong. Berdoa saja tanpa usaha, itu akan sia-sia, karena Allah tidak menjatuhkan rejeki di sejadah, tapi dilapangan terbuka. Di mana kini mencangkul, menanam dan menuai, di situlah ladang rejeki kita. Semua itu dilakukan sambil berdoa, berserah diri dan meminta hanya satu, yaitu kepada Allah. Jadi kekuatan doa dan kekuatan usaha haruslah saling bersinergi dan saling menopang.
            Anwar Fuadi dilahirkan di Palembang, 14 Maret 1947. Umur Anwar saat ini 69 tahun. Bahkan sebentar lagi berumur 70 tahun. Anwar yang beristrikan Farida Cosim dengan lima anak dan 16 cucu ini Nampak makin awet muda di umurnya yang ke 69 tahun. Kuncinya, kata Anwar, air sembahyang dan jiwa yang ikhlas, nyantai dan menjauhi diri dari ketegangan dan stress. Bersilaturrahmi, bergaul, bercanda dengan teman dan berbahagia dengan anak cucu, menjadi kunci awet muda itu. Tua sudah pasti. Secara alamiah, semua orang semakin tua dan tua. Tapi, merasa tidak tua dan selalu berfikri muda, maka semuanya akan tercermin secara otomatis jadi awet muda. Untuk mencapai awet muda, tidak usah operasi plastik, tarik kulit dan obat-obatan kimia. Untuk menjadi awet muda, haruslah selalu merasa muda. Demikian Anwar Fuadi.
            Maka itu, karena merasa muda, Anwar Fuadi terus sekolah disamping kerja seni. Pekan lalu, dia diwisuda di Universitas Hasanudin, Makasar, dengan gelar doctor dan sarjana strata 3. “Saya raih S 3 bidang hukum dan semua itu saya jalani karena saya tidak pernah merasa tua dalam hidup ini,” tutur Anwar.
            Maka itu, karena gelar doctor bidang hukum, banyak perguruan tinggi mengajak Anwar untuk mengajar. Tapi, Anwar belum menerima tawaran itu karena dia sibuk syuting striping untuk Tukang Bubur Naik Haji dan jabatan pentingnya sebagai Ketua Lembaga Sensor Film, BSF Indonesia.
            Dengan gelar doctor ini, Anwar Fuadi menolak untuk bicara tentang artis yang berprpfesi ganda. Dia tahu siapa-siapa pemain film yang melacur sekalian. Tapi mantan ketua Parsi 1998-2006 ini, menolak untuk bicara. Dia sebut kepada Misteri nama-nama arti top yang melacur sekalian itu, tapi off the record. Anwar wanti-wanti dengan menelpon Misteri setelah wawancara, agar Misteri membatalkan nama artis beken yang melacur disebutkannya itu.
“Aku ini sudah doktor dan S 3, jangan lagi bicara yang remeh temeh seperti itu. Kita bicara yang lainlah, soal hukum atau soal budaya yang intelektual, bukan urusan artis yang beginian deh. Itu sudah masa lalu, dulu, sekarang harus berbeda,” katanya. Untuk itu, wawancara soal artis berprofesi ganda, dibatalkan di momentum ini. Farida Cosim juga, istrinya, memperingatkan agar Anwar Fuadi tidak bicara yang norak seperti itu. begitu juga dengan anak-anaknya, semua mewanti-wanti karena Sang Ayah, sudah menjadi doktor terhormat bidang hukum dari Universitas yang bonafide dan terhormat.
            Tentang kematian, Anwar Fuadi ingin meninggal di dekat istri, anak-anak dan semua cucunya. Aku ingin pergi pada saya anak-anak cucu-cucu dan istriku sudah ikhlas. Aku ingin meti dalam keadaan iman yang dalam kepada Allah Azza Wajalla. Wafat dalam keadaan           khusnul khotimah. Maka itu, Anwar paling takur meninggalkan sholat dan tidak melepaskan dari ibadah. Baginya, ibadah itu banyak dan multi dimensi. Menampung curahan hati sahabat, juga ibadah. Memberikan senyuman kepada penggemar, juga ibadah. Memberikan jalan kepada pejalan kaki saat menyeberang zebra cross, juga ibadah. Ibadah itu sangat luas dan tidak sempit, selain, tentu saja sembahyang. Namun pada intinya, menjauhi larangan Allah dan menjalankan perintah Allah SWT. “Jangan coba-coba menentang perintah Allah dan menjalani apa yang dilarangnya. Memang, dosa itu tidak berbentuk benjolan. Tapi, dosa-dosa itu, akan menjadikan kita susah mati dan banyak cara mati yang menyiksa diri kita. Tidak ikhlas mati karena takur siksa kubur akibat dosa yang begitu banyak. Saat ini pun, saya ikhlas apapila Allah akan mengambil nyawaku. Rela jika izroil datang mencabut nyawaku, karena aku dalam keadaan iman dan hati yang berusaha menjadi bersih.
            Prediksi ginaib, Anwar Fuadi bukan “gah” nya di politik. Tidak jadi pejabat dan tidak akan jadi anggota DPR. Maka uitu tiga kali kalah pileg dari tiga partai yang berbeda. Anwar Fuadi itu tetap di seni. Kesuksesannya di kesenian. Yaitu sebagai pemain atau produser. Bikin film dan sinetron. Juga pentas showbiz, itu “gah” nya. Kundunya di situ. Sekarang Anwar di Partai Hanura bersama Sapta Odang. Lihatlah, ada Anwar di situ, Hanura malah nyungsep. Tak ada perwakilan di DPR RI. Tak lolos parliementer thrashold. ***
Dewi Kalamukti




Komentar

Postingan populer dari blog ini

HAJI BULGANON HASBULLAH AMIR ORANG KAYA RAYA YANG DERMAWAN..

Pengalaman Abang Bulganon Amir Mursyid Spriritual Tangguh Yang Dapat Bisikan Masuk Neraka

Dunia Supramistika Tia Aweni D.Paramitha