Perang Tuyul di Bisnis Kuliner Makin Seru..Semua itu dapat dibuktikan dan dilihat kasat mata..
PERANG
TUYUL DI
BISNIS
KULINER
Karena
terlibat hutang ratusan juta dan diteror debt collector, maka aku terpaksa
memiara tuyul. Bagaimana cara aku mendapatkannya? Gampang, tuyul itu ternyata
bisa dijual belikan. Harganya Rp 10 juta rupiah dan begitu bayar cash, Tuyul
langsung bisa dibawa. Tuyul itu saya beli di Tanah Grogot, Paser Penajam,
Kalimantan Timur.
Kini
aku kaya raya karena memelihara Tuyul. Makanannya gampang. Dia hanya diberi
tetek istriku. Dia ambil sari patih darah di buah dada dan istriku menjadi
kurus. Tapi dengan uang banyak, aku rutin membelikan makan suplemen penambah
darah untuk istriku.
Tuyul
ada dua macam. Ada tuyul bermata dua ada pula tuyul bermata satu. Aku membeli
tuyul bermata satu, yang sangat lihat mencuri. Sasaran yang dicuri orang kaya,
bukan orang miskin. Yang diambil bukan hanya uang, tapi juga emas, berlian,
intan dan barang-barang berharga lain.
Adik
dan kakakku smeuanya kaya. Bahkan, salah seorang aidkku sudah mejadi jutawan.
Dia pembrong apartemen, mall dan rumah mewah real estate. Tapi dia sangat pelit
kepadaku. Bila aku datang memin jam uang, dia tidak beri pinjaman ratusan juta,
namun hanya diberinya sejuta atau dua juta saja. Maka itu, begitu aku punya
Tuyul yang pertama kali dicuri adalah rumahnya. Emas dan berlian istrinya
diambil oleh Tuyulku tanpa diketahui seorangpun. Emas dan intan itu aku jual
dan aku bisa bayar hutangku.
Kini
hutangku sudah lunas semua.Aku bayarkan sangkutanku itu dari pekerjaan Tuyul ku
yang aku beri nama Si Manis. Berlakangan, Si Manis mencuri uang di Bank-Bank.
Dia kubawa ke dalam Bank dan dia mencuri sebagian uang yang sudah dihitung rapi
oleh pegawai Bank. Memang tidak semua, tetapi sebagian sudah cukup membuat aku
mabuk uang.
Petualanganku
membeli Tuyul ternyata sangatlah berat. Lokasi hutan Kiambak, adanya di Long
Kali, dekat pemukiman warga asli kalimantan Timur, Suku Dayak Long Kali di
Paser Penajam
Dan Tanah
Grogot. Penjual Tuyul yang aku beli adalah pemiara Tuyul berjumlah rayusan.
Nama Mamak Bingge, orang hutan yang tinggal di rumah kayu. Tuyulnya bisa
dilihat, baik yang sudah jadi ataupun yang masih diajari mencuri.
Mamak
Bingger orangnya aneh. Badannya bau seperti bau ikan. Amis dan kita harus
menahan aroma bau tak sedap itu. Jika bereaksi sampai muntah, maka dia tidak mau
melayani kita. Jangan arap Tuyulnya akan dijual. Dia marah dan kita bisa
dibunuhnya.
Mamak
Bingge tinggal di kayu angsan umur 3000 tahun yang sangat tua dan besar. Di
atas pohon ada kayu-kayu yang jadi rumah Mamak Bingge. Dia tidak pernah menikah
dan tidak punya anak. Bahkan saudaranya pun, tidak tahu di mana dan siapa.
Mata
Mamak Bingge kelihat tertutup dan buta. Tapi dia bisa melihat dan mampu berlari
dengan keepatan 100 kilometer ber-jam. Bahkan suatu waktu dia bisa terbang ke
langit dan pergi ke Jawa dengan mengembangkan dua tanganya. Terbang seperti
burung elang.
Begitu mendarat di bandara Sepinggan, aku naik
taksi menuju Selat Balikpapan. Menyeberang dengan speedboat menuju Kabupaten
Paser. Sesampainya di dermaga Benggala, nyater ojek motor berjalan 156
kilometer ke Long Kali, Paser Penajam. Dari Long Kali belok kanan sepanjang 34
kilometer masuk ke kawasan hutan Mendik Karya. Di sana kita tidak boleh
bertanya kepada siapapun. Kita masuk hutan yang ada pohon angsana tua dan cium
bau amis. Bila sudah tercium bau amis, maka Mamak sudah ada di situ.
Kita
mengucapkan salam dengan bahasa khusus, Lemukkalai, lalu dijawab ehem, batul
kecil olehnya. Kita disuruh manjat ke atas, masuk rumah pohonnya debngan
emaniki tangga rotan hingga 15 meter ke atas. Sasampainya di rumah pohon Mamak
Benggai, kita disuguhi minuman sejenis arak hitam. Kita minum dari batok kelapa
dan nikmati sampai habis setengah batok.
Setelah
habis minum langsung dimantrai dengan mantra Mamak Benggai sendiri. Mulutnya
komat kamit dan kepalanya menunduk tajam. Tidak berapa lama kita sperti masuk
kea lam lain, alam ratusan tuyul dan kita bisa melihat semua anak-anak
telanjang. Tubuhnya semuanya pendek sekita 80 sentimetr dan perutnya buncit
serta kepalanya botak.
“Ini
Tuyul yang sudah jadi, siap kerja, namanya Si Manis, harganya Rp 10 juta. Bayar
cash dan Si Manis langsung boleh dibawa pulang,” kata Mamak Benggai, kepadaku.
Malam
itu aku memilih Si Manis. Si Manis langsung jatu di gendonganku dan kupeluk
erat hingga pagi harinya. Pagi hari aku keluar hutan Mendik Karya dan naik
angkutan umum ke dermaga, lalu menyebrang ke Balikpapan. SiManis yang aku
gendong, tidak terlihat oleh siapapun. Dia ada tapi tidak Nampak. Pada saat aku
butuh makan di restoran sea food, Jalan Sudirman, Balikpapan,Si Manis langsung
kusurh masuk rumah mewah dan berhasil mengambil uang Rp 20 juta. Uang itu buat
makan dan lebihnya buat beli tiket online pesawat Sepinggan-Soekarno-Hatta Kota
Tangerang.
Kini,
tahun 2016 bulan1 Januari pukul 24.00 tengah malam, Si Manis menghilang. Kucari
ke mana-mana tidak aku temukan. Jangankan disuruh kerja untuk mencuri,
kelihatan kupingnya pun, tidak dapat kulakukan lagi hingga kini.
Maka
itu, aku kembali ke Kalimantan Timur. Masuk hutan mendik Karya dan menemui
Mamak Benggai. Arkian, kagetlah aku, Mamak Benggai ternyata sudah meninggal dan
semua Tuyulnya kabur ke Kalimantan Utara. Tuyul-tuyul itu dibawa lari oleh
musuh Mamak Mendik, yang bermukim di Nunukan, Kalimantan Utara.
Kini
aku tidak mendapatkan Tuyul penganti. Si Manis pergi ternyata bersamaan dengan
hati kematian Mamak Benggai. Malam Jumat Kliwon, pukul 24.00, saat Tuyulku, Si
Manis menghilang. Si manis ternyata pulang ke hutan Mendik Karya, lalu dibawa
penjahat ke Nunukan, Kalimantan Utara.
Aku
berusaha menyewa taksi ke Nunukan. Dari Bukit Soeharto ke Samarinda, Bontang,
Sangata lalu lanjut ke Nunukan, Kalimantan Utama. Sesampainya di Nunukan, aku
tidak mendapat jejak, ke mana musuh Mamak Benggai itu berada dan di mana
tuyul-tuyul ratusan itu disembunyikan.
Akirnya
aku pulang dengan tangan hampa. Aku terbang dari Nunukan langsung Jakarta dan
gigit jari di bandara Soekarno-Hatta, sedih sekali kehilangan jagoanku, Si
Manis yang telah mengumpulkan banyak uang. Kini uang itu sudah habis kami
belanjakan. Kami beli rumah, tanah, mobil dan sepuluh angkot jurusan
Cileduk-Cikokol, Kota Tangerang, Banten.
Pada
Malam Anggoro Kasih, Malam Selasa Pon, aku kefatangan tamu gaib. Tamu itu mirip
Si Manis, tapi bukalag Si Manis, Tuyul kesayanganku. Yang datang itu ternyata
Bagul Getos, sejenis tuyul tapi bukan mencuri, namun penglaris rumah makan.
Ludahnya akan meludahi piring makan dan pembeli akan banyak. Selain ludah,
meludahi piring, setiap makanan yang disajikan
dijamahnya. Setiap makanan yang sudah dipegang dengan telunjuk kanannya,
maka orang yang makan akan ketagihan dan balik lagi makan ditempat bertuyul itu.
Bahkan akan memberi tahukan semua orang yang dikenalnya, mengajak dan menyuruh
makan di rumah makan bertuyulku.
Aku membangun
rumah makan sederhana di dekat Setu Cipondoh, Kota Tangerang. Rumah makan ini
langsung rame dan pegawai pun terpaksa ditambah. Omzet per-hari tidak kurang
dari Rp 43 juta dan keuntungannya, 50 persen. Aku tidak mau menyebtu nama
restoran ini, tapi cobalah beberapa rumah makan di Setu Cipondoh, sa;ah satunya
rumah makan milikku. Yang kami sajikan di situ adalah ikan bakar, udang makan,
sayur asem, ikan gurame asem pedas. Pecak lele, pecak gabus dan lalap lalapan.
Minuman yang kami sajikan es kelapa kopyor, jus timun, jus duren dan jus
mangga. Semua menu makanan dan minuman berdasarkan permintaan gaib, dari
piaraanku. JIka dia tidak mau menjual karena pantangan, maka kami tidak akan
jual. Seperti kepiting goreng, kepiting rebus dan segala masakan ari kepiting,
dia menolak. Sebab kepiting menjadi musuh bebuyutannya. Dia dijepit dan bisa
mati oleh kepiting. Maka itu saya tidak menjual kepiting apapaun di rumah makan
saya.
Kini
Rumah Makan kami jadi pembicaraan hangat. Yang datang makan bukan hanya dari
Kota Tangerang, tapi juga datang dari Jakarta, Bogor, Bandung bahkan dari
Lampung pun, datang makan di restoran kami.
Kini
Bagus Getos minta cuti. Katanya, dia lelah bekerja setiap hari meludahi p
iring
makan yang akan dicuci di rumah makan kami. Aku membujuknya agar dia jangan
cuti, tapi dia mau cuti. Tentang ke mana dia akan pergi, dia tidak
memberitahukan kami. Katanya dia akan pergi ke selatan, mau masuk ke istana
gaib Samudera Hindia. Dia akan menuju Banten Selatan via Pulau Tinjil dan Pulau
Dili, lalu pergi ke selatan, tengah lautan Samudera Hindia. “Jangan coa mencari
saya dan saya akan pulangb tepat waktu, hanya sebulan beristirahat,” janjinya.
Benar
saja, Malam Juamt Kliwon pukul 23.45, Bagul getos pergi. Dia terbang ke selatan
di atas Danau Cipindoh lalu ke laut kidul. Kami tidak berusaha mencari dan diam
menunggu selama sebulan. Namun, ebnar saja, tiba-tiba omzet turun anjlok.
Pengunjung sepi dan juru masak serta peklayan pada nganggur karena tamu sepi.
Satu hari, omzet puluhan juta, tinggal Rp 400 ribu, Rp 300 ribu bahkan pernaha
hanya Rp 150 ribu. Sungguh prihatin dan menyedihakan keadaan ini. Namun, begitu
sebulan masa cutinya, Bagul datang lagi dan restoran langsung ramai lagi. Dia
cawe-cawe orang di manapun agar mau datang ke tempat kami. Dia bagaikan
memiliki ilmu gendam. Menggendam orang di manapun yang banyak duit untuk datang
makan ke rumah makan kami. Kini rumah makan kami laku lagi dan omzet
per-harinya kiembali berjumlah puluhan juta.
Ternyata
semua rumah makan yang lalu, menggunakan kekuatan gaib yang menjilati piring,
makanan dan memanggil-manggil orang untuk makan. Hampir tidak ada yang murni
menfandalkan hoki. Semua menggunakan kekuatan gaib, baik itu jenis tuyul, buyul
maupun Lintah Tulang untuk melarikan usaha rumah makan. Lintah Tulang bekerja
memanggil orang untuk makan dan membuat enak semua makanan. Semua yang makan
akan puas dan akan promisikan rumah makan yang ditempatinya. Sebagian kecil,
menggunakan kekyuatan doa kiyai. Ini yang benar, halal dan jauh dari dosa. Doa
kiyai biaya cepat diizabah llah dan kiyailah yang mengawal agar restoran dan
usaha apapun bisa maju. Tapi doa kityai lambat. Rumah makan baru maju bila
kiyai terus-terusan mendoakan di lokasi dan serius mengwal sebuah usaha rumah
makan. Tiap malam jumat kiyai datang tawasul dan yasinan, barulah rumah makan
maju. Maka itu, pemilik dibutuhkan kesabaran dan ketahan investasi karena
keuntungan serta balik modal, memakan waktu yang lama. Untuk itu, dibutuhkan
kesabaran dan tawakkal kepada Allah Azza Wajalla.
Di Setu
Cipondoh, baru-baru ini dibangun restoran mewah di pinggir setu. Bahkan
berderet meja makan di atas danau. Indah sekali. Bahkan pengunjuk diberikan
mainan gratis selagi menunggu makanan, yaitu perahu gowes bentuk angsa yang
digratiskan. Khususnya bagi yang makan. Juga ada speed boat yang dikendalikan
oleh joki, siapapun bisa naik berkeliling danau yang indah dan nyaman.
Pemilik
restoran ini adalah Fadlin. Dia anak kandung mantan walikota Kota Tangerang,
Wahidin Halim, yang kini anggota DPR RI dari fraksi Partai Demokrat. Rumah makannya sangat bagus dan makanannya
enak. Tapi, dia murni menggunakannkekuatan doa para kiyai. Walau belum maju
pesat, namun tanda-tanda maju, sudah terlihat.
Rumah
makan ini tentu menjadi saingan erat bagi rumah makan kami. Tapi, rumah makan
bernama Jagarawa itu, tidak merisaukan makhluk gaib pegawal kami. Dia berkata
bahwa kami harus tenang dan focus. Bersaing itu biasa dalam hal kelezatan
makanan, tapi bersaing dalam hal gaib, sangatlah luar biasa dan itu hanya aku
yang punya. Kalau dia mau, dia menghancurkan dengan mudah pesaing kami. Tapi
aku tidak memperbolehkannya. Biarlah kita bersaing tapi bersaing yang sehat.
Jangan adan penghancuran seperti dimatikan dengan lemparan tanah kuburan dan
genteng keramat. “Jangan, jangan kita melakukan itu, karena dosanya akan
berlipat ganda. Insya Allah rejeki ada dan etap ada, pemberian Allah Yang Maha
Pengasih dan Penyayang,” kataku, kepada gaibku, juga kepada istri dan
anak-anakku.
Tadi
malam, rumah makan kami diserang. Ada teluh, tujuh yang berbentuk bola apai
jatu kea tap rumah makan kami. Apa itu? Gaibku berkata, bahwa ada yang mengajak
perang. Ada umah makan lain yang mau menghancurkan kita. Bahkan bukan akan
mematikan rumah makan, usaha kulinerku, tapi mau membunuh piaraanku.
Bagul
Getos akan diambil dan jika tidak mau dibunuh. Bagus Getos mengakui bahwa dia
diajak pindah ke restoran lain, namun dia tidak mau.Karena menolak, rumah makan
yang bernita ambil Bagul Getos, menggunakan jasa dukun pemusnah bangsa tuyul
dan Bagul getos dan dimusnahkan. Bagus akan disulap menjadi lumut dan tinggal
di dasar danau Setu Cipondoh. Tapi, Alhamdulillah, Bagul Getos kuat dan dia
tidak mempan teluh bola api dan tidak bisa pula dijadikan lumut. Lumut penghias
danau Setu Cipondoh yang indah.****
(Kisah dari Johan
Syarifudin. Yana Yuliani Malimping menulis untuk
portal-mystery.blogspot.com-Red)

Komentar
Posting Komentar