Tergiur Harta Warisan Delapan Ratus Milyar, Menantu Tega Nyantet Mertua.
Santet Otak
Ada
pecahan batu kali sebesar gundu di selaput otakku. Benda tajam itulah yang jadi
penyebab kepalaku pusing.
Urat otakku
terasa sakit, perih, berat dan nyeri sekali. Kematian terasa begitu dekat.
Tanah alam kubur terasa di depan mata dan aku ditunggu secepatnya di lobang
makam. Dokter Rumah Sakit Permata Kasih, Herry Sudarso, 54 tahun, bingung
melihat dari hasil rongent otakku,
kok ada batu sebesar kelereng di dalam kepala.
“Dari mana masuknya benda sebesar
gundu ini? Lagi pula, bagaimana cara
masuknya batu ini?” tanya dokter Herry Sudarso, tidak menuntut jawaban, saat
menunjukkan hasil pemotretan batok kepala itu kepadaku, di ruangnya yang dingin
karena AC full cool, minimum 2 drajat
celcius di bawah nol.
Menurut
dokter asal Pemalang, Jawa Tengah ini, seumur hidupnya, baru inilah menemukan
kasus batu masuk ke dalam otak.
“Nampaknya,
maaf, masalah ini bukan masalah medis, tapi masalah non medis, mungkin ada
semacam santet yang dikirim seseorang dukun untuk membunuh Anda,” desis dokter
Herry Sudarso, serius.
Dalam
aturan dan kode etik ilmu kedokteran, tidak ada santet, teluh dan tujoh itu.
Dokter dilarang untuk mempercayai kasus non medis yang menyebabkan sakit medis.
Yang harus dipercayai dokter adalah medis. Bila ada pasien yang mengajak
percaya si dokter pada hal non medis seperti santet, teluh dan tujoh, sang
dokter harus mengabaikannya. Dokter medis ya harus medis. Bila ada kasus
penyakit aneh, jangan dibawa ke mistik, tapi diteliti seksama, penyakit apa
itu, datangnya dari mana dan apa penyebabnya dia datang, dan bagaimana
penyembuhannya. Begitulah tugas dokter dan tidak boleh membahas hal yang
bersifat klenik.
Kali
ini, dokter Herry Sudarso menyerah. Apalagi setelah berkonsultasi dengan mantan
dosennya, professor dokter, juga teman seprofesi lain, yang tidak mendapatkan
keterangan yang memuaskannya. Semua
geleng kepala dan mau tak mau menyerahkan kasus medis itu kepada kasus
mistis. Maka itu, setelah lima kali bertemu dokter Herry Sudarso, akhirnya aku
disarankan untuk mendatangi kiyai atau paranormal yang bisa menyembuhkan
penyakitku dengan kekuatan doa.
Setelah
mencatat nomor telpon yang aku dapatkan dari majalah, aku segera menghubungi
seseorang yang faham betul hal penyakit mistik. Seorang wanita titisan Nyai
Ratu Kidul di Jawa Barat, saya hubungi via telpon dari Balikpapan, Kalimantan
Timur. Seorang asisten menjawab di seberang sana dan meminta aku datang
langsung ke Jawa Barat.
“Penyakit
Bapak itu bukan penyakit biasa, tetapi penyakit gaib, ada santet di kepala otak
Bapak dan harus dimusnahkan. Jika tidak, bukan mendahului takdir Pak, dalam
waktu dekat, ya tidak terlalu lamanlah, nyawa Bapak akan musnah,” kata Sang
Asisten, seseorang yang punya ilmu weruh sakdurunge winara dan peramal jitu.
Pikirku, asistennya saja hebat, bagaimana dengan bosnya? Wah, batinku, pasti
bukan paranormal biasa. Dialah seorang yang super linuwih, punya kemampuan
super mistik yang diutus Tuhan untuk menolong sesame manusia di permukaan bumi
ini.
Tanpa
pikir panjang, aku berkata siap. Aku segera memesan tiket via on line dan
janjian dengan bunda titisan Nyai Ratu Kidul. Yang katakanlah, Nyai Laut
Selatan atau disebut pula Nyai Samudera Hindia. Aku berangkat ke Jakarta via
City Link, mendarat di bandara TNI AU, Halim Perdanakusumah di Jakarta Timur.
Dari Halim Perdana Kusumah aku carter taksi Toyota Avanza menuju Jawa Barat,
tempat di mana Nyai Ratu Samudera Hindia berpraktek.
Nyai
Ratu Samudera Hindia langsung menerima aku, mengabaikan tamu-tamulain karena
keadaanku darurat. Wajah dan tubuhku, di mata gaib Nyai Ratu Samudera Hindia,
sudah berwarna ungu. Warna kematian dan dalam hutungan detik, nyawaku melayang.
Untuk itulah, maka, Nyai Ratu meminta maaf pada pasien yang lain, karena aku
berada dalam keadaan sangat berbahaya. Santet yanga da di kepalaku, hari itu,
akan menghentikan jaringan darah ke jantung dan aku akan mati. “Cepat masuk,
jangan ceritakan masalahnya, karena aku sudah tahu masalah yang sedang
dihadapi. Sekarang ganti celananya dengan sarung dan saya ritual mandi air keras. Air keras peluntur santet
dan secepatnya harus pulih kembali. Pulang ke Kalimantan Timur, sudah terbebas
dari santet Batu Sungai Kahiyang di otak bapak. bagaimana, apakah santet ini,
setelah keluar, harus dikembalikan kepada pengirim? Dalamnhitungan detik, penyanten
dan yang order santet, akan mati karena pecahan batu di kepala bapak, mau?’
tanyanya.
Kalau
saya minta dikembalikan, boleh saya tahu, siapa yang menyantet saya dan siapa
yang memberikan order? Tanyaku, setengah yakin setengah tidak untuk mempertanyakan
hal itu. “Yang mengirim santet adalah
dukun. Dukun sakti yang membjuat batu kali itu masuk di jaringan otakmu dan
sangat mematikan. Sementara yang member order, namanya Nurul, orang dekat
dalamkeluarga Bapak,” ungkap Nyai Ratu Samudera, serius, sambil menunag air
keras, air raksa ke dalam ember kecil dengan asap tebal yang mengepul di kamar
mandi.
Arkian, itulah santet Batu Sungai
Kahiyang, teluh kiriman Abdul Manji, 65 tahun, dukun santet kenamaan di desa
Santu, kecamatan Long Kali, kabupaten Paser, Kalimantan Timur.
Sebagai
dukun santet profesional, Abdul Manji mengerjakan teluh mematikan itu sesuai permintaan
pemesan. Pemesan santet itu tak lain, Nurul Asmiranda, 36 tahun, menantuku,
istri dari Rozak Rosidi, 38 tahun, anak tertuaku.
Yang membuat
aku sakit hati, anak kesayanganku Rozak justru yang mendukung istrinya untuk
melenyapkan aku. Hanya karena ingin buru-buru mendapatkan tanah dan harta
warisanku, mereka berdua tega menghabisi aku. Dengan matinya aku, pikir mereka,
harta warisan jatuh ke tangan keduanya. Mereka akan menguasai semua hartaku,
sementara dua anakku yang lain, Amirudin Satar dan Mira Lesamana Nadya, yang
bekerja di Hongkong, tidak kebagian sama sekali.
Bukan
memuji anak sendiri, sebenarnya anak sulungku Rozak itu orang baik. Dia anak
yang berbakti dan sayang kepada orangtua. Apalagi kepada ibunya, istriku, Nanda
Pradita, 54 tahun, yang telah wafat dua tahun yang lalu. Rozak sangat mencintai
ibunya, memperhatikan ibunya dan sangat perduli kepada semua kebutuhan ibunya.
Maka itu kukatakan pada semuanya, bahwa Rozak anak baik. Jika ada yang tidak
baik di sekitar dia, itu karena Rozak dipengaruhi, diajak tidak baik dan diajak
menjadi jahat.
Menantuku,
Nurul, seorang perempuan yang rakus akan uang, harta dan perhiasaan. Dia serakah
dan tamak akan harta benda. Untuk itu, dia mempengaruhi anakku, Rozak, agar
menguasai harta bendaku secepatnya dengan membunuh aku. Syahdan, Rozak yang
lugu dan takut sama istri, menuruti saja apa yang diinginkan bininya. Walau itu salah dan biadab. Matanya
dibutakan Nurul, telinganya ditulikan Nurul karena cinta dan rasa
takutnya yang begitu besar kepada istri. Anakku itu di bawah kendali istri
sekaligus menjadi keset kaki istrinya yang jahat. Nyai telah membuka semuanya bagaikan gambar
CCTV yang jelas. Bagaimana Rozak ditekan oleh Nurul dan bagaimana bencinya
Nurul kepadaku, yang buat sknerio agar aku cepat mati, setelah dia
mempersiapkan akta jual beli dengan tanda tanganku. Seolah olah dia membeli
semua tanah, rumah, mobil, emas dan kapal motorku. Dengan begitu, setelah aku
mati, dia kuasai hartaku semua dan anak-anakku yang lain, yang sedang bekerja
di Hongkong, tidak dapat bagian. Mereka akan ngotot dengan saksi saksi, palsu,
bahwa telah terjadi jual beli denganku. Untuk menguasai semua harta itu, aku
harus mati. Jika dibunuh dengan pestol atau racun, akan tertangkap polisi.
Sedangkan dengan cara santet, tidak ada bukti dan polisi sulit melacak.
Nyai
Ratu Samudera Hindia menyebut bahwa Nurul memilih Santet Batu Kali Kahiyang.
Santet yang menyerang otak dan sangat mematikan. Dalam hitungan 40 hari, korban
harus meninggal. Dalam hitungan paling
lambat empat puluh hari, santet yang masuk ke tubuh harus dapat membunuh.
Siapapun yang jadi sasaran, haruslah mati! Demikian kesadisan dari jahatnya ilmu santet Kali
Kahiyang, jika sudah ditupukan dukun santet dan mengenai korban.
Nyai
Ratu Samudera Hindia jengkel pada dukun jahat pengirim sangtet kepadaku itu.
Soalnya yang dimatikan dengan Ilmu santet itu, sudah 456 orang. Seluruh
Indoensia dia menebarkan santet. Bahkan dua mati di Amsterdam dan lima mati di
Amerika Serikat. “Kalau dulu santet hanya mampu menyerang dalam hitungan
puluhan kilometer, sekarang santet makin canggih, bisa antar benua. Tulang
santetnya di Indeonsia, yang dibunuh di Brazil, Amerika Selatan, bisa mati,”
kata Nyai ratu Samudera Hindia, kepadaku.
Karena
aku tidak mau membunuh menantuku walau dia jahat kepadaku, maka aku meminta
kepada Nyai Ratu agar membalikkan santet itu hanya kepada dukun santet yang
menyantteku, jangan kepada menantuku yang memberikan order.
Benar
saja, dalam hitunga 3 kali 24 jama, santet balik itu mengenai sasaran. Dukun
yang menyantetku langsung mati. Dadanya meladak dan keluar ribuan cacing dari
perutnya. “Sudah menjadi cirri khas dukun santet, kalau mati oleh santet
sendiri, perutnya akan meledak dan keluar ribuan ulat,” terang Nyai ratu
Samudera Hindia, kepadaku.
Semua itu dapat aku lihat dari baskom air gaib yang
disediakan Nyai Ratu Samudera di rumahnya. Dalam baskom itu aku seperti
menonton video.Bagaimana dukun santet itu terserang santé buatannya sendiri dan
perutnya meledak. Dengan jelas pula mataku melihat ribuan belatung keluar dari
perut Si Dukun Santet yang mati dengan perut menganga.
Setelah
dibentengi oleh Nyai Ratu Samudera Hindia dengan piranti tangkal santet, aku
pulang ke rumahku. Di rumah sudah ada menantuku dan anakku, Rozak. Menantuku
bersimpuh, memeluk kakiku dan meminta maaf.
Dia mengakui perbuatan
jahatnya, mengorder santet Batu Kali Kahiyang yang menyerang otakku.
Batu itu sudah dkeluarkan oleh Nyai Ratu Samudera Hindia yang menolongku, nyari
berbalik kepada menantuku.
Rozak juga menangis di kakiku. Dia juga meminta maaf
kepadaku, karena perbuatan istrinya yang tidak senonoh, karena demi harta
warisan, rela membunuh mertuanya sendiri.
Setelah
benar-benar bertibat nasuhah, kedua suami istri itu, aku maafkan. Mereka
berjanji tidak akan melakukan perbuatan itu lagi dan bersumpah, untuk tidak
silau dengan harta warisanku lagi.
Menantuku mengaku gelap mata karena hartaku yang banyak
dan takut jatuh ke tangan lain. Maka itu, dia nekad menyantet, mendatangi dukun
santet yang membayar mahal, untuk mematikanku dengan teluh Batu Kali Kahiyang.
Karena
menantu dan anakku mengaku tidak silau dengan harta waisanku lagi, maka aku
menjual semua hartaku. Baik berbentuk benda tidak bergerak seperti tanah, rumah
real estate, mobil mewah dan emas berlian, aku jual semua.Aky test anak dan
menantuku, yang memang, ternyata mereka tidak berminat lagi akan harta warisan.
Mereka bekerja keras untuk mendapatkan harta sendiri, uang sendiri, bukan dari
warisan yang harus aku turunkan.
Seetelah
semuanya aku jual, uang Rp600 milyar aku masukkan ke Bank. Aku ambil bunga bank
dan kelak, secara diam-diam, uang Rp 600 milyar itu akan aku bagikan buat
anakku. Toh harta benda, uang, emas dan mobil mewah, tidak akan aku bawa mati.
Semua ditinggal dan aku mati hanya dengan selembar kain putih di dalam kuburan.
Kini,
Nyai Ratu samudera Hindia mengajak aku ke kerajaan Samudera Hindia di Laut
Cilcap. 50 kilometer dari Pulau Nusa Kambangan. Dengan diisi Ilmu Bintang Terbang, aku
kahirnya bisa terbang melayang bersama Nyai ratu Samidera Hindia ke laut
selatan. Masuk ke dalam kerajaan super megah, Kerajaan Nimas Melati Suryani
Anjani. Kerajaan gaib tempat Nyai Ratu Samudera Hindia berguru.
Kenapa
aku tiba-tiba diajak Nyai Ratu Samudera ke dalam kerajaan yang supr gaib di
Laut Selatan Cilacap itu? Belakangan, Nyai Ratu menyebut, bahwa aku menjadi
salah satu dari ribuan pasiennya yang mempunyai bakat supramistik, di mana aku
didampingi Jin Arrohman dari Turki, yang selama ini tidak pernah aku ketahui.
Jin Arrohan yang ada padaku ternyata ikut aku sejak aku kecil. Karena jin Turki
itulah, maka aku diundang khusus, lalu diajari Nyari Ratu untuk terbang ke Laut
Selatan Jawa. Masuk dalam kerajaan super mewah dengan intan, berlian, , mutiara
dengan emas 45 ton di kerajaan dasar laut Samudera Hindia. Sebagaimana nama
yang dilekatkakn kepada Nyai Ratu Samudera Hindia yang sakti mandraguna.
Pada
tahun 2016 awal, yaitu pada Hari Jumat Kliwon, 1 Januari 2016 lalu, semua uang
Rp 600 Milyar sudah aku bagikan. Kuserahkan pada ahli waris yang berhak
menerima karena aku akan mukswa,
menghilang ke kerajaan laut Samudera Hindia.
Nyai Ratu
menyebut, bahwa aku akan mukswa dan masuk ke alma gaib. Untuk itu, semua harta
dunia yang semu, harus dibagikan pada siappaun, terutama keluarga sendiri.
Sebab, kata Nyai Ratu, sebesar apapun harta dunia, gampang didapat, asal mau
dan mampu.
Harta dunia itu penting, tapi yang lebih penting, kata
Nyai Ratu adalah harta akhirat. Kita harus ibadah total kepada Allah Azza
Wajalla untuk mendapatkan harta berlimpah di akhirat nanti, bukan harta dunia
yang fana dan tak bernilai apa-apa. ****
(Kisah yang dialami
oleh Mamak Jenggala, bukan nama sebenarnya, Tia Aweni D.Paramitha menulis
cerita itu untuk portal-mystery.blogspot.com)

Komentar
Posting Komentar