Mengenang Rinny Noor, Mick Jaggen dan Anneke Gronloh
MENGENANG RINNY NOOR, MICK JAGGER, DAN
ANNEKE GRONLOH
Oleh: Dimas Supriyanto
Pentas
musik Indonesia kehilangan dua tokoh penting pekan ini: Rinny Noor dan Anneke
Gronloh. Mereka telah mengukir sejarah emas dengan perannya masing masing.
Rinny Noor adalah wanita promotor musik
pertama di Indonesia yang berhasil mendatangkan artis artis dunia konser di
sini. Sedangan Anneke Gronloh merupakan wanita kelahiran Indonesia – Tondano,
Sulawesi, yang menembus pangung musik dan studio rekaman Eropa - khususnya di negeri
Belanda – dengan membawakan lagu lagu Indonesia!
Rinny Noor meninggal di Rumah Sakit
Mayapada, Lebak Bulus, Jakarta Selatan, pada Selasa (25/9) pukul 00:23 WIB pada
usia 61. Sedangkan Anneke Gronloh meninggal pekan lalu di Prancis Selatan, pada
usia 76.
Saya mengenal Rinny Noor sekilas. Ya,
hanya sekilas. Tapi sangat berkesan, yaitu ketika dia mendatangkan Mick Jagger
ke Indonesia di tahun 1988. Saat itu, saya baru 28 tahun, dan menjadi salahsatu
wartawan dan fotografer peliput konsernya di Stadion Utama Senayan pada 30
Oktober 1988 itu. Sedangkan Rinny Noor 33 tahun dan baru melahirkan anak.
Dari Rinny Noor, saya mendapat
pelajaran penting : jangan menganggap remeh wanita bertubuh mungil, yang
terkesan pemalu dan lembut suaranya. Dari baliknya ada magma – kekuatan besar
yang bisa meledak dan meluluhkan apa saja yang dilewatinya.
Terbukti, Rinny bisa mencokok Mick
Jagger, pentolan Rolling Stone, salahsatu dedengkot musik cadas paling sangar
di dunia.
Saya teringat bagaimana penonton di
sini menyambut penyanyi ‘dower’ dari Inggris itu. Di tengah Stadion Utama
Senayan siang itu, saya sedang sibuk membidik pangung dengan lensa “termos”
(Nikonlens 300 mm), ketika pemuda bertelanjang dada yang bertampang macho mewek
di depan saya : “Baaang...Mick Jagger, Bang!! Mick Jager di sini Bang...rasanya
gak percaya...” katanya histeris, sambil menjambak rambutnya sendiri.
Bumi di seputar Stadion Utama Senayan
serasa berguncang ketika lagu yang ditunggu tunggu dinyanyikan – ‘Hongky Tonk
Woman’ – Ya, siapa yang tak kenal lagu itu? Jelas itu lagu wajib bagi para
Stoners. Bayangkan, 70 ribu penonton melompat dan menghentak bumi berbarengan.
Mick Jager berlarian di sayap panggung, ke kiri dan ke kanan, disambut histeria
penggemarnya.
Lalu para penonton di depan mendadak
menunjuk langit. Terlihat asap mengepul, menebal dan membumbung tinggi. Ada
yang tak beres, feeling saya. “Ada apa itu ?” tanya saya kepada wartawan yang
juga berlarian.
“Rusuh di luar, anak anak Priok maksa
masuk, “ jawab seorang di antaranya. Di awal 1980-an anak anak Tanjung Priok
identik dengan rusuh dan repot kalau harus nonton pertunjukkan berbayar.
Apalagi tiket Rp25 ribu, Rp.30 ribu hingga 50 ribu di masa itu - jelas tak
terjangkau oleh mereka. Saya hampir keluar pintu, ketika petugas berwajah galak
memaksa balik. “Balik..balik....nggak aman di luar..” teiaknya
Beberapa tahun kemudian, terungkap,
terjadi perdebatan keras antara Bil Graham, Rinny Noor dan aparat keamanan -
atas kerusuhan di luar stadion tersebut. Aparat memaksa agar pintu dibuka, agar
perusuh bisa masuk, supaya konser aman. Tapi Bill dan Rinny menolak. “Itu
pendidikan yang buruk untuk penonton di sini, “ tegasnya.
TIDAK MUDAH MENDATANGKAN Mick Jagger ke
Indonesia. Masa itu, dekade 1980-an - Indonesia sedang dikucilkan musisi dan
artis panggung dunia, gara gara Bob Geldof teriak teriak, maraknya pembajakan
kaset di sini. Belum lagi dampak meninggalnya crew Deep Purple saat konser di
Stadion Utama Senayann juga (1975).
Pendeknya, citra Indonesia di mata
musisi dunia lagi jelek.
Ketika Rinny Noor mendatangi kantor
Bill Graham, yang mewakili management Mick Jagger di San Fransisco - promotor
kawakan itu membuka peta dunia, dan bertanya, “di mana letak Indonesia?”.
Bill Graham adalah legenda promotor tur
musik rock dunia yang pernah membawa Santana dan Rolling Stone dari Eropa
menuju Amerika.
Saat Graham sudah berhasil diyakinkan,
Rinny mendapat kiriman daftar permintaannya setebal 40 halaman folio. Mick
Jagger dan Rolling Stones adalah artis dunia yang pertama kali menciptakan
Technical Rider (persyaratan/permintaan artis) yang jumlahnya mencapai 40
halaman, sejak 50 tahun lalu. Sisi baiknya, promotor yang pernah
menyelenggarakan show Mick Jagger atau Rolling Stones, dianggap bisa jadi
promotor bagi artis selevelnya.
Maka setelah sukses dengan Jagger,
Rinny Noor lebih mudah mendatangkan Duran-Duran, Beyonce, Richard Marx, Linkin
Park, Alicia Keys, Craig David dan Hanson, dan Britney Spears. Bahkan Rinny
Noor pula yang kemudian meletakkan standar tur musik internasional di
Indonesia.
Promotor dan penyelenggara musik di
Indonsia saat ini berhutang jasa pada Rinny Noor - karena dialah yang membuka
katup penutup puluhan tahun artis dunia ke sini.
Rinny Noor adalah putri seorang
diplomat, dan pernah tinggal di Kopenhagen, Brussel, dan Belanda. Sejak belia
dia mencintai musik. Kakaknya, Ida Noor, salah satu personel Noor Bersaudara,
grup vokal yang cukup tersohor di tahun 1970-an. Dibesarkan di Eropa membuatnya
banyak memiliki referensi musik yang progresif. “Uang saku habis untuk beli
majalah musik, terutama yang ada cerita mengenai Beatles dan Led Zeppelin, dan
piringan hitam,” katanya dalam satu wawancara.
Rinny memulai karir sebagai make up
artist dan stylist untuk penyanyi Indonesia seperti Euis Darliah, Berlian
Hutahuruk, Chrisye, Anggun C. Sasmi, Hetty Koes Endang, Camelia Malik dan
Godbless. “Pendidikan saya hanya sampai SMA, lalu kawin. Semua hal yang kini
saya dapat, saya pelajari dengan otodidak,” katanya. Ia belajar make up sendiri
serta belajar menjahit dari ibunya
Rinny sempat menikah dengan Donny
Fatah, musisi Godbless. Tapi bercerai. Kemudian dia menikah lagi dengan Rizali
Noor, pengusaha kayu, yang memberikan satu putra, Rachman Noor.
Selain berdebat dengan agen artis,
promotor harus koordinasi dengan aparat keamanan, dinas pajak, media, dll.
Semua ini dilakukan demi show yang berlangsung hanya dua jam, tapi dalam waktu
dua jam itulah 1001 masalah terjadi bersamaan.
SELAIN MENEGANGKAN, ada banyak cerita
lucu dan tragis dari promotor. Craig David tiba-tiba tak mau show gara-gara
chef-nya salah memasakkan telur sesuai resep dari ibunya.
Personil Linkin Park yang tampil dalam
"A Thousand Suns: World Tour 2011" di Gelora Bung Karno, Jakarta,
sempat kaget ketika mendapat penonton yang ada di barisan depan gadis gadis
berjilbab yang hafal syair-syairnya. Padahal awalnya mereka khawatir karena
salah satu personilnya (Brad Delson, lead guitar) berdarah Yahudi.
Bill Graham dibuat takjub oleh Rinny
Noor, karena dengan sosoknya yang mungil, berani mengambil tantangan sebagai
promotor musik yang di tahun 1970-an dikenal sangat dekat dengan ‘drugs’, ‘hell
angels’, keributan, dan dianggap tidak cocok dengan perempuan. Tapi itulah
bidang yang ditekuni Rinny Noor yang kemudian mengukir sejarah di panggung
konser musik Indonesia.
GENERASI OPA DAN OMA kita mengenangkan
Anneke Gronloh sebagai legenda, sebagaimana Waljinah bagi penggemar lagu pop
Jawa dan Upit Sarimanah bagi pecinta lagu Pop Sunda. Dia adalah penyanyi
Eurovision pertama wakil negeri Belanda. Tapi Anneke Gronloh lahir di Tondano,
Sulawesi Utara,.
Ia lahir pada tahun 1942 di Tondano,
Indonesia. Setelah pindah ke Belanda, ia menunjukkan bakatnya dan menang
pertama kalinya di usia 17 tahun. Dia tidak perlu menunggu lama untuk menjadi
terkenal. Lagu ‘Brandend Zand’ dirilis pada 1962 dan menduduki tangga lagu
teratas selama lebih dari 30 minggu. Lagu ini adalah single terlaris Belanda
sepanjang masa, terjual lebih dari 3,5 juta kopi.
Nama Gronloh semakin dikenal setelah
dua histnya ‘Paradiso’ dan ‘Soerabaja’, sebuah lagu yang dinamai dari nama kota
Indonesia. Namun yang kemudian menjadi legenda, dan nyaris dilupakan di sini
adalah Anekke Gronloh merupakan penyanyi pertama yang mempopulerkan lagu ‘Nina
Bobo’ – lagu wajib bagi ibu ibu yang sedang menidurkan anaknya.
Di puncak ketenarannya, penyiar Belanda
meminta Gronloh untuk mewakili negaranya di Kontes Lagu Eurovision 1964 di
Kopenhagen. Meskipun manajemennya menyarankan dia untuk tidak pergi, Gronloh
bersikeras membela negaranya.
Dalam rentang kariernya selama 58 tahun
Anneke Gronloh menjadi salah satu penyanyi favorit di negaranya. Anneke
‘Gronloh Singer of the Century’. Dia menerima penghargaan karena menjadi artis
paling dicintai di abad ke-20. ***
Komentar
Posting Komentar