Gus Muwaffiq: Kiayi Kebal dari Sleman Yogyakarta
GUS AHMAD MUWAFFIQ:
KIAI KEBAL DARI SL
EMAN
KARENA rambut
gondrong tubuh tinggi besar maka saya tak tertarik nonton Gus Muwaffiq di
youtube. Tapi rasanya wajah ini tak asing bagi saya dan saya pernah wawancara
dia saat tabliq akbar di Senayan era Gus Dur. Sebab dia asisten pribadi Gus Dur
dan saat itu semua NU, Banser, Ansor dan Fatayat turun di tablik itu. Pada saat
Maulid Nabi kemarin di istana Bogor, barulah saya ngeh, ternyata dia adalah
asisten Gus Dur dulu yang saya wawancarai di lobby hotel Atlet Senayan.
Orangnya cerdas, berilmu dan nyantai. Di depan presiden dia melawak. Saat
cerita mukjizat nabi-nabi, tibalah giliran cerita keajaiban tongkat Nabi Musa.
Dibanting jadi naga, dipukulkan ke laut, laut terbelah dua dan jadi jalan tol.
“Jika Pak Jokowi punya tongkat ini, asyik sekali pak, pak Jokowi tidak susah
susah bangun jalan tol. Tinggal dipukulkan ke laut dan laut langsung jadi jalan
tol!” katanya. Pak Jokowi tertawa terpingkal, begitu juga dengan para menteri
dan tetamu undangan yang hadir di istana Bogor, Rabu Kliwon, 21 November 2018
malam. Siapa sebenarnya Gus Muwaffiq yang dijuluni Kiai Jadhuk ini? Jadhuk
artinya kebal. Jadi Kiai Ahmad Muwaffiq ini adalah kiai yang kebal. Ke4bal
bacok, kebal tembak dan kebal air keras.
Gus Muwafiq, begitu biasa dikenal banyak orang, beralamat tinggal di Perum Jombor
Pratama No. 19, Mlati, Sleman, Yogyakarta. Dari jalan layang Jombor, turun ke
bawah, ada Indomaret depan Terminal Jombor sekaligus pangkalan ojek. Dari situ
masuk menuju Perumahan Jombor Baru lurus mentok, kemudian ke kanan 200an meter.
Sebelum masjid/makam, ada perumahan. Depannya berdiri bendera hijau lambang
Nahdlatul Ulama. Di situlah tempat tinggal Gus Muwafiq.
Nama lengkapnya Ahmad Muwafiq. Orang biasa menyebutnya Kiai Muwafiq, Gus
Muwafiq atau Cak Afiq. Berbadan tinggi besar, kulitnya hitam kecoklatan dan
berambut gondrong. Ia dulu kuliah di IAIN Jogjakarta dan menjadi aktivis
pergerakan. Pernah menjadi Sekjend Mahasiswa Islam se-Asia Tenggara. Kemudian
ketika Gus Dur menjadi presiden, ia menjadi asisten pribadinya.
Selain selesai dalam soal agama karena alumnus pesantren, ia dikenal luas
pemahaman politik dan sejarahnya. Juga, terkenal jadug atau kebal. Konon,
ketika Gus Dur akan dilengserkan pada Mei 2001, ia di depan pasukan berani
mati, sendirian mengangkat mobil panser milik TNI dengan tangan kirinya.
Peristiwa itu kemudian diabadikan oleh wartawan dan menjadi headline di Kompas.
Dai untuk Millenial Zaman Now
Jika kamu – para generasi millenials – ingin mencari pendakwah Islam yang
teduh, inspiratif dan kaya akan makna, namun juga santai (tidak radikal), ada
banyak para dai atau pendakwah yang keren. Salah satunya adalah pendakwah
kelahiran Lamongan, yang kini tinggal di Yogyakarta: Kiai Ahmad Muwafiq atau
Gus Muwafiq.
Jadi, jika kamu ingin ngaji online via YouTube, tak ada salahnya – baik
sekali malah – jika kamu ketik di kolom pencarian YouTube dengan nama “Gus
Muwafiq”, yang membahas pelbagai tema dan persoalan mutakhir. Mengapa Gus
Muwafiq? Berikut beberapa alasan yang perlu menjadi pertimbangan. Sehingga,
kamu menjadi lebih mantap dalam menyimaknya.
Pertama, santri yang mumpuni. Gus Muwaffiq merupakan santri yang sudah lama
mengenyam pendidikan pesantren – sebuah lembaga pendidikan tertua di Indonesia
– sehingga pemahaman keagamaan beliau mumpuni dan khas. Khasnya adalah
pemahaman Islam yang dianut mayoritas muslim Indonesia. Muslim Indonesia
merupakan muslim yang menganut madzhab empat, khususnya Imam Syafi’i yang lebih
dominan. Selain itu, Islam jebolan pesantren terbukti mampu “kawin” dengan
tradisi dan budaya Nusantara. Jadi, soal khasanah Islam dalam al-Quran, hadits
maupun kitab-kitab klasik, beliau mumpuni.
Kedua, paham sejarah dan hafal. Gus Muwafiq merupakan sosok yang sadar dan
paham sejarah. Mengapa sejarah penting? Karena dengan berpijak pada sejarah
itulah kita umat Islam membangun masa depan. Dan beliau, paham sejarah baik
dari teori penciptaan alam semesta, jaman nabi-nabi, sejarah Islam pasca Nabi
Muhammad Saw., geo-ekopol Internasional, sampai sejarah Nusantara. Oh ya,
hafalan beliau juga sangat kuat. Tidak hanya mengerti tetapi memahami. Berbagai
silsilah keilmuan, tokoh maupun dinasti beliau hafal di luar kepala. Ini
memudahkan kamu dalam mencerna pola-pola dalam belajar agama.
Ketiga, Mantan aktivis. Sebelum keliling dakwah seperti sekarang, beliau
telah mumpuni menjadi aktivis kampus. Gus Muwafiq aktif di lingkaran PMII dan
Mahasiswa NU. Pengembaran Intelektual dan “Jalanan”-nya beliau tempuh dari kota
pelajar: di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, sampai ke Mancanegara karena pernah
menjadi Sekretaris Jenderal Mahasiswa Islam se-Asia Tenggara. Salah satu
keunggulan aktivis muslim adalah tahu konsep (dan wacana Islam kontemporer),
tahu medan, tahu peta politik, dan bergelut dengan realitas. Wajar kalau beliau
– selain keliling Indonesia – juga sering diundang ceramah ke luar negari.
Keempat, humoris. Jangan heran kalau kamu berlama-lama menyimak pengajian
beliau (entah online maupun offline), tak bosan karena pembawaannya yang kocak
dan penuh dengan humor. Humor memang menjadi penting dalam suatu ceramah karena
membuat jamaah tidak ngantuk, tidak jenuh dan menjadikan otak kembali fresh.
Kelima, mudah dicerna. Bahasa yang beliau gunakan adalah bahasa para
audiens-nya. Jika di kampus dengan para mahasiswa atau akademisi, beliau bisa
dengan bahasa ilmiah. Jika dengan masyarakat awam, beliau bisa cerita dengan
nalar, tradisi dan psikologi umum masyarakat. Jika dengan para pemuda, beliau
juga bisa santai dan tahu apa yang hits dan menjadi tantangan generasi muda
hari ini. Meski demikian, dalam penggunaan bahasa Indonesia kadang beliau ada
beberapa hal yang kurang (menurut saya). Dan ini pernah diakui beliau. Secara,
beliau mengaku menggunakan bahasa Indonesia baru semenjak kuliah. Sebelum itu menggunakan
bahasa Jawa, khususnya Jawa Timuran.
Itulah sekilas sosok Gus Muwafiq yang mungkin sedikit membantu memantapkan
kamu para generasi millenials zaman now dalam memilih dai, jika ingin
mendengarkan pengajian online via YouTube. Jangan sampai salah memilih
pendakwah, karena akibatnya kamu bisa terprovokasi. Alih-alih mendapat ilmu,
dapatnya malah kebencian (bahkan yang ekstrim) saling mengkafirkan sesama
Islam. Jadi, selamat menikmati pengajian-pengajiannya!
(Penulis: Ahmad Naufa KF/Syaroni As-Samfuriy)
Komentar
Posting Komentar