Keluar Lingkaran Kesulitan Hidup....
Alhamdulillah
Ayahku Selamat Dari Bencana Korona
Sejak ibuku
meninggal, ayahku jarang pulang. Ayah frustrasi dan sangat berat kehilangan ibu. Kasihan, ayah ku mencari pelarian.
Tapi sayang, pelarian
ayah ke hal yang negatif. Bukan ikut pengajian, baca Al Qur’an dan berzikir.
Berserah diri kepada Allah Azza Wajalla. Ayahku menjadi penjudi, pemabuk dan pemain perempuan
malam.
Sebagai
anak tunggal yang masih kecil, aku ditinggal terus oleh ayahku. Pada umur yang
begitu muda, aku sudah mengurus diriku sendiri. Aku mencuci pakaian, memasak
dan menyentrika sendiri. Tiga hari pergi, ayah baru pulang dan meninggalkan
uang untukku makan. Setelah
itu pergi lagi entah ke mana.
Bila tidak ada
uang, lagi kalah berjudi, ayah menjual semua barang berharga di rumah. Dulunya
juga emas ibuku, lalu jual mobil, motor,
sound system, kerboard, hingga ke sofa rumah. Semua dijual ayah untuk
berjudi.
Sementara ayah pergi berjudi, aku dibiarkannya tidur sendiri di rumah.
Aku menghadapi
banyak hal yang mengerikan. Aku pernah didatangi rampok, diancam dibunuh dan
terancam diperkosa oleh penjahat. Namun berkat
bantuan tetangga, aku dapat selamat dari perampokan dan pemerkosaan itu.
Ya, aku
bisa diselamatkan para tetangga. Para
perampok pun berhasil dihalau, dikeroyok warga lalu lari.
Setelah itu, aku pun jadi aman
dari ancaman perkosaan dan pembunuhan mengerikan itu. Beruntung, tetanggaku semuanya baik. Bahkan, bukan
membantu keamanan dan kenyamananku di rumah, tapi mereka sering pula mengirimi
aku makanan ke rumahku.
Bila mereka memasak masakan yang banyak,
pastilah mereka membagi aku. Bahkan banyak ibu-ibu yang sengaja memasak lebih
untuk membagi aku. Aku senang saja menerima bantuan ini. Tapi anehnya, ayahku cuwek saja. Ayah ku masa bodo
dengan hal itu. Tidak
merasa malu dan tidak perduli.
“Kamu
masih kelas empat SD Nduk, baru berumur 10 tahun, tapi kamu sudah dihadapkan
dengan persolan yang begini berat. Ayahmu kok kayak gitu, jarang pulang, kalau
pulang sempoyongan karena mabuk dan baju penuh lipstik karena habis main
perempuan malam. Seharusnya, karena cinta kepada ibumu, justru ayahmu harus
lebih memperhatikan kamu, mengurus kamu dengan baik, merawat kamu dan
menjadikan kamu orang yang berarti bagi keluarga, bangsa dan negara ini. Tidak
memperlakukan kamu seperti ini, ditinggal terus dalam usia yang begitu hijau,”
ungkap Bule Parmi, tetangga sebelah kanan rumahku di Cluster Nuansa Bening, Kota
Tangerang, Banten Timur.
Bule
Parmi pernah menegur ayah agar tidak meninggalkan aku terus menerus seperti itu.
Tetapi ayahku malah marah, tidak menerima nasehat Bule Parmi. Bahkan, ayahku
mengancam akan mencederai Bule Parmi dan suaminya, Pakle Karno, bila terus ikut
campur urusannya.
“Ini
urusan saya, jangan ikut campur,” tegas ayahku, membuat Bule Parmi tidak mau
bicarakan itu lagi kepada ayahku. Perjudian apapun dilarang pemerintah. Ada Perda larangan
judi, minuman keras dan pelacuran di Kota Tangerang. Perda nomor 7 dan 8 yang
disahkan era kepemimpin Wahidin Halim dulu. Kini Wahidin Halim jadi gubernur
Banten. Namun ayah berjudi dengan komunitas Tionghoa secara gelap dan illegal
di sebuah apartemen di Jakarta. Aku diancam ayah, tidak boleh menemuinya di
apartemen itu.
Karena
prihatin kepada nasibku, Bule Parmi lalu menceritakan keadaan ini kepada Bude Daryani
di Pamulang, Kota
Tangsel. Bude Daryani adalah kakak kandung almarhumah ibuku.
Karena
jauh dari kami, maka Bude tidak banyak tahu tentang hal ini. Karena Bude
Daryani tidak tahu tentang keadaan ini sebenarnya, maka Bule Parmi menceritakan
tentang kenyataan ini secara apa adanya. Bahkan tentang keadaanku sesungguhnya, yang diperlakukan
ayahku buruk seperti itu, dibocorkan semuanya kepada Budeku.
Setelah
mengetahui keadaan sesungguhnya, di mana Ayahku berlaku seperti itu,
maka aku diputuskan oleh Bude untuk tinggal bersama Bude di Pamulang. Ayahku tidak menolak keinginan Bude itu, malah
terkesan dia senang aku diurus bedeku karena dia tidak perlu lagi keluar uang
untukku sekolah.
Sebenarnya
citra ayahku begitu buruk di mata banyak orang. Namun di mataku, apapun yang
dilakukannya, apapun buruknya prilakunya, namun aku tetap menghormati ayahku sebagai orangtua. Dia adalah ayahku, orangtuaku yang
pernah mencintai aku dan aku mencintainya.
Bagaimana
pun, ayahku adalah ayahku, seorang yang mencintai aku dan aku mencintainya sampai kapanpun. Untuk itulah, aku masih tetap sangat respek
kepada ayahku, dengan mencium tangannya dan memohon keridhoannya untuk
kepergianku yang jauh dari
dirinya.
Memang,
aku tidak punya siapa-siapa lagi setelah ibuku meninggal. Yang kupunya hanya
ayahku, tetapi ayahku sedang tersesat. Terjerumus dalam lembah hitam yang aku
sendiri tidak tahu kapan berakhir. Namun aku selalu mendoakannya, semoga ayahku
selamat, sehat selalu dan jauh dari penyakit. Aku juga berdoa semoga Allah membuat
ayahku sadar, bertobat dan kembali kepada jalan yang benar.
Pada bulan Maret 2020 ini ayahku
sudah sadar. Tidak berjudi dan tidak mabuk lagi. Namun dia sakit sakitan
sendiri di rumah. Aku pamit sama bude untuk mengurus ayah. Aku kembali bersama
ayah yang sedang sakit.
Tanggal 21 Maret 2020 ayahku dirapit
test oleh tim kesehatan Rumah Sakit
Bunda Kandung. Ayahku positif korona. Kena ravid-19 yang mengerikan itu.
Sebagai orang yang selalu berhubungan dengan ayah, aku juga diperiksa. Mula
mula menggunakan thermo gun, suhuku hanya 34. Yang dicurigai di atas 38 drajat
selsius. Setelah itu aku tetap dikonrol dan diisolasi. Namun kemarin, hari
Minggu tanggal 29 Maret 2020, aku dinyatakan negative. Aku tidak korona dan
ayahku pun dinyatakan sembuh dari korona. Alhamdulillahirrobbilalamin. Walau
belum boleh pulang dan menjalani isolasi, ayahku sumringah.
Ayah berjanji akan mengajakku pindah ke
kampong kami di Harapan makmur, kecamatan Semendawai Timur, Oki Timur, Sumatera
Selatan. Di sana kami punya tanah perkebunan 3 hektar. Ada karet dan durian
montong. “Nanti kita piara bebek, sapid an berkebun pisang,” kata ayahku.
Aku mengangguk dabn bersiap serta
menyiapkan diri untuk pulang ke Semendawai Timur. Kebetulan, kepala desa
Semendawai Timur adalah Kak Tina, kades wanita yang gigih berjuang untuk
warganya dalam membangun. Jalan tanah jadi aspal, jembatan batang kayu kelapa
dirubah besi cor. Aku ingin membantu Kak Tina membangun Harapan Makmur agar
benar benar menjadi makmur. ****
Yana Yuliani Malimping
Komentar
Posting Komentar